Chapter Five

2.7K 176 9
                                    

Erica sudah tidak tahan lagi, akhirnya malam itu dia membawa keluar selimut dan jubah bertudungnya juga bantalnya dan berjalan kearah kamar Liam.

“ Hai-“ katanya saat Liam membuka pintu, Liam tersenyum melihat Erica yang nyengir dengan bawaannya yang banyak. Dia tidak banyak bertanya, melainkan hanya menyuruhnya untuk masuk. Erica lalu menaruh bantal dan selimutnya dikasur kecil Liam, dan dia membuka tudungnya. Erica meniup niup tangannya agar hangat karena diluar tadi dingin sekali.

“ Teddy masih saja menyabotase kamarmu?” tanya Liam sambil melemparkan kayu kedalam perapian. Erica berjongkok didepan perapian lalu menghangatkan diri. Dia menghela nafas merasakan hangatnya api yang menjalar ketubuhnya.

“ Tidak apa-apa aku menginap disini malam ini?” tanya Erica sambil menoleh kearah Liam yang sedang membereskan kasurnya, sambil mengangkut bantal dan selimutnya dari tempat tidurnya lalu merapihkan bantal dan selimut Erica.

“ Aku kan sudah bilang, tidak masalah..” katanya, lalu dia duduk ditepi ranjang- memperhatikan Erica yang masih menghangatkan tubuhnya. Erica lalu bangkit berdiri dan membuka tali jubahnya, menanggalkan diri hanya dengan pakaian tidurnya, yang membuat Liam memalingkan wajahnya- dia tidak pernah melihat wanita dalam potongan pakaian seperti itu, dan kali ini semuanya terpampang didepan wajahnya. Erica yang tidak memperhatikan langsung naik ketempat tidur dan menyelimuti setengah tubuhnya, Liam masih tidak melihat kearahnya.

“ Kau tidur dimana?” tanya Erica, membuat Liam akhirnya menoleh. Dia bernafas lega setelah melihat sebagian tubuh sang putri sudah terbungkus dengan selimut sehingga dia tidak memikirkan hal-hal aneh lagi.

“ Dikursi- dilantai—aku dimana saja bisa..” jawabnya, membuat Erica tersenyum.

“ Terimakasih, ya—“ erica meraih tangan Liam. Liam menunduk memperhatikan jari mereka yang bertautan. Dia tersenyum dan mempererat genggamannya.

“ Tidurlah, Erica- ini sudah malam..” katanya, lalu mengelus kepala Erica. Erica menurunkan tubuhnya dan menyelimuti tubuhnya sampai batas leher. Dia masih memperhatikan Liam yang menaruh bantal dan selimutnya dikursi, lalu mulai naik kekursi dan menyelimuti dirinya sendiri. Mereka saling berpandangan berseberangan. Mata Liam seakan tidak bisa lepas dari wajah Erica. Erica tidak suka jika diperhatikan sedalam itu, dia lalu membalikkan tubuhnya agar tidak bisa lagi memandangi wajah Liam. Liam yang tahu maksud dari sang putri hanya tersenyum puas, berhasil mengerjai sang putri.

Keesokan paginya, Erica sudah bangun terlebih dahulu. Dia melihat Liam masih tertidur pulas dikursi. Harus diakui, ini adalah tidur paling puas yang pernah dirasakan Erica setelah berhari-hari terganggu. Walau ranjangnya tidak seempuk ranjang dikamarnya, setidaknya dia bisa berbaring. Erica mengulet sebentar lalu dia turun dari ranjang untuk melemparkan kayu kedalam perapian, dan mulai duduk menghangatkan diri. Sesekali dia menoleh, memperhatikan Liam yang masih tertidur. Tiba-tiba pikirannya teringat, dia harus segera kembali kekamarnya. Tanpa banyak suara lagi, dia memakai jubahnya, lalu membawa semua barangnya kembali kekamar. Seperti dugaannya, Teddy sudah pergi dan Ashley masih tertidur pulas. Erica tidak sempat mengucapkan selamat tinggal kepada Liam. Mungkin sehabis makan dia akan kesana sebentar untuk mengucapkan terimakasih dan minta maaf tidak mengucapkan selamat tinggal.

Dan benarlah, setelah makan pagi- erica langsung menuju kamar Liam kembali. Tapi tidak ada orang didalamnya. Dia menoleh kesana kemari mencari kemana Liam, tetapi tidak ada- dan ruangan ini kecil, tidak mungkin Liam bersembunyi. Saat masih sibuk mencari, bunyi pintu dibuka mengagetkan Erica.

“ Erica?”

“ Liam!” dia menghela nafas lega. Liam yang kelihatan lelah, mungkin habis memberi makan kuda dan sebagainya, menaruh handuk yang dia kalungkan dilehernya lalu mengelap keringatnya. Erica memperhatikan wajah Liam saat dia berkeringat, ada sedikit desiran didalam dada Erica melihat Liam yang berkeringat, wajahnya yang kemerahan dan bibirnya yang merah.

Happily (N)ever AfterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang