Aku memutuskan untuk bergabung dengan team buletin sekolah, dan tugas pertamaku adalah memotret pertandingan football sore ini. Dengan kamera yang bergelantungan dileherku, aku dan ketiga temanku sudah duduk dibangku penonton sejam sebelum pertandingan dimulai.
“ Apa aku harus memotret kegiatan mereka di loker juga? Tanyaku
“ Kau tidak akan mau masuk kedalam ruang ganti lelaki—eww..” Reina menggidikan bahu
“ Kenapa memangnya? Selain wanginya tidak sedap tentu saja—“ ujarku
“ Tidak semua ruang ganti lelaki itu tidak sedap tahu—“ Jake memprotes. Aku dan Reina tersenyum. Penonton sudah ramai berdatangan dan memenuhi bangku penonton.
“ Sebaiknya aku turun sekarang, doakan aku—“ kataku lalu berusaha untuk turun pelan-pelan dari bangku yang sudah agak padat. Saat sudah dipinggir lapangan, kulihat Lucy dan team cheerleader lainnya sudah siap dengan pakaian mereka dan juga pom-pomnya. Aku memotret mereka dari jauh sebanyak 2 kali. Lalu aku melihat hasilnya. Lucy terlihat paling cantik diantara mereka semua. Tak lama kubu lawan datang- dan pendukung mereka bersorak. Aku memotret mereka dari jarak jauh dan dekat, berusaha untuk memfoto wajah mereka satu persatu, tapi percuma.
Lalu teriakan semakin riuh saat team sekolah kami memasuki lapangan. Austin yang sebagai kapten memegang helmnya ditangan sambil tersenyum memasuki lapangan, aku buru-buru menjepretnya, dan saat kulihat hasilnya cukup memuaskan. Aku pindah berfoto dan memfokuskan untuk pemain lainnya. Aku terhenti saat melihat Austin dan Lucy berciuman dipinggir lapangan sebelum Austin lari dan bergabung dengan mereka. Entah kenapa semakin hari- dadaku semakin sesak melihat mereka berdua. Bukan, aku tidak suka pada Austin kok.
Peluit dibunyikan dan pertandingan dimulai. Sambil memotret dan sesekali menonton dan ikut bersorak saat team kami mendapat poin, aku berdiri dipinggir lapangan sampai-sampai aku merasa pegal sendiri. Sudah berjalan hampir habis, dan team kami masih unggul- kuarahkan kameraku lagi saat mereka sedang mengambil jeda, Austin melihat kearah kameraku dan langsung kupotret- aku puas melihat hasilnya. Benar- benar fokus. Tidak kusadari aku tersenyum ketika aku memperhatikan matanya yang tajam. Dia membawa bola keujung lapangan, kameraku dan suara orang-orang yang bersorak langsung mengikuti dirinya dan- aku meloncat girang. Team kami menang malam ini. Diantara jeritan dan sorakan yang membahana dilapangan, tiba-tiba aku teringat tugasku untuk mengabadikan moment tersebut. Aku menjepret beberapa kali saat Austin dan yang lainnya berpelukan. Saat mereka semua berkumpul ditengah lapangan berloncat-loncat. Kulihat Austin membubarkan diri dari kerumunan dan dia menghampiri Lucy. Mereka kembali berpelukan dan berciuman. Aku tersenyum kecut sambil membuang mukaku, kembali memfoto kejadian lain yang terjadi dilapangan.
Setelah semuanya selesai, aku naik lagi menghampiri Jake, Luke dan Reina yang masih menghabiskan makanan dan minuman mereka dibangku penonton. Aku duduk disebelah Luke, dia menawari aku minumannya dan aku langsung menyedotnya- baru sadar merasa kehausan.
“ Coba lihat foto-fotonya—“ kata Luke sambil meraih kameraku. Dia dan yang lain mengerubungi kameraku dan tersenyum memperhatikan hasil jepretanku. Aku yang tidak ikut melihat dan masih menyedot minumanku bingung melihat ekspresi mereka yang sudah selesai melihat, menatapku nyengir.
“ Apa? Hasilnya jelek ya?” tanyaku lalu merebut kameraku lagi dan melihat hasil jepretan-jepretanku
“ Tidak- bagus sekali kok—“ ujar Reina
“ Untuk Austin!” timpal Luke dan mereka semua terkikik. Aku berhenti melihat-lihat lalu memandang mereka bingung.
“ Hah?”
“ Oh, Haley!! Kau tidak lihat, semua hasil jepretanmu kebanyakan adalah tentang Austin- sini—“ Jake merebut kameraku dari tanganku lagi, aku ikut mengerubungi Jake kali ini. “ Kau lihat- dari sini—“ Jake mulai memperlihatkanku hasil-hasilnya. Dan sampai habis barulah aku sadar, aku kebanyakan mengambil gambar Austin. Dia sedang berkacak pinggang, dia sedang berjongkok, berlari- aku menutup mulutku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Happily (N)ever After
RomanceCinta sejati itu selalu lahir baru disetiap zaman, begitulah kata orang-orang.