Selamat Membaca..
Zean menatap layar ponselnya dengan ekspresi serius. Beberapa panggilan tak terjawab dari Papa dan Mama mereka masuk sejak tadi pagi, tapi ia sengaja mengabaikannya. Ia tahu pasti bahwa ini bukan sekadar kabar biasa-ada sesuatu yang terjadi pada Chika dan Christy.
Dan instingnya mengatakan bahwa mereka sedang dalam bahaya.
Zean mengembuskan napas panjang sebelum memasukkan ponselnya ke dalam saku. Ia meraih jaketnya, lalu dengan cepat keluar dari Apartemennya. Bgitu sampai di parkiran, ia masuk ke dalam mobilnya dan menyalakan mesin dengan gerakan cepat.
Tangannya mencengkeram setir dengan kuat, sementara pikirannya terus berputar, mencoba menghubungkan semua petunjuk. Semalam, ia sudah merasa ada yang tidak beres saat ia tidak bisa menghubungi Chika. Biasanya, adiknya itu tidak pernah sulit dihubungi, apalagi kalau menyangkut Christy.
Dan sekarang, Papa dan Mama meneleponnya berkali-kali.
Tanda-tanda ini cukup untuk membuatnya yakin-Chika dan Christy pasti sedang dalam pelarian.
Zean menekan pedal gas lebih dalam, mobilnya melaju dengan kecepatan tinggi melintasi jalanan kota yang masih cukup lengang di pagi hari. Matanya fokus ke depan, tetapi pikirannya bekerja lebih cepat, mencari kemungkinan tempat di mana Chika bisa membawa Christy.
Ia mencoba berpikir seperti Chika. Jika Chika ingin bersembunyi, ia pasti akan memilih tempat yang tidak bisa langsung dilacak oleh Opa dan Oma. Tempat yang cukup aman tetapi tidak terlalu mencolok.
Sebuah nama langsung muncul di benaknya.
Apartemen Kak Dey.
Zean langsung membelokkan mobilnya, melajukan kendaraan ke arah kawasan apartemen elite di pusat kota. Kak Dey adalah teman lama mereka, seseorang yang cukup dekat dengan Chika dan bisa dipercaya. Tempat itu cukup strategis-tidak mencolok tetapi juga tidak mudah dilacak oleh keluarga mereka.
Setengah jam kemudian, ia sampai di depan gedung apartemen tinggi yang berdiri megah di tengah kota. Zean memarkir mobilnya, lalu turun dengan cepat. Ia berjalan masuk ke dalam lobi, langsung menuju lift tanpa membuang waktu.
Begitu pintu lift terbuka di lantai yang dituju, ia melangkah dengan cepat menyusuri lorong, lalu berhenti di depan salah satu unit. Ia mengetuk pintu beberapa kali dengan cukup keras.
Tak lama, pintu terbuka sedikit. Dari celah itu, wajah Chika muncul, matanya terkejut melihat siapa yang datang.
"bang?" bisiknya, jelas tidak menyangka.
Zean menatapnya tajam. "Gue tahu lo bakal ke sini."
Chika diam sejenak, lalu membuka pintu lebih lebar. "Masuk."
Begitu Zean melangkah masuk, ia langsung melihat Christy yang duduk di sofa, memeluk bantal erat dengan wajah tegang.
Saat melihat Zean, mata Christy membesar, lalu ia berdiri dan berjalan cepat ke arahnya.
"bang zean..." suara Christy terdengar lega, tetapi juga penuh ketakutan.
Zean tanpa ragu menarik Christy ke dalam pelukannya, mengusap lembut punggung adiknya. "dedek nggak apa-apa, sayang?"
Christy mengangguk pelan, meskipun tubuhnya sedikit gemetar.
Zean melepaskan pelukan itu, lalu beralih menatap Chika dengan serius. "Opa dan Oma pasti udah ngamuk."

KAMU SEDANG MEMBACA
YANG INDAH? | ch2
FanfictionSemua orang bermanfaat dimata orang yang tepat ~ybs