🌻82

9 1 0
                                    

"Eh? Udahan? Kok cepet banget?"

"Gue cuma jenguk, nggak lebih. Ayo!"

April beranjak, lalu berjalan beriringan dengan Elang melewati pintu keluar.

Hening yang panjang sempat mengisi langkah keduanya menuju parkiran.

"Makanan udah diterima. Juga... lo dapat ucapan terimakasih."

April menoleh, berpikir sebentar, beberapa detik kemudian baru paham. Maklum, April tuh otak lemot apalagi soal kode-kodean.

"Sama-sama." Balas April dengan senyum manisnya. "Ehm... kenapa nggak jadi makan bareng?" Tanya April hati-hati. "Padahal gue beli dua porsi, juga banyak kudapan loh~"

"Kita nggak seakrab itu buat makan bareng. Apalagi suasana jadi canggung banget tadi."

Elang sedikit terkejut ketika April menggenggam tangannya.

Elang menghentikan langkahnya, kemudian menatap wajah April yang kebetulan juga tengah menatapnya.

"Ada apa nih? Tumben tiba-tiba gandeng tangan gue?"

"Gue lagi mentransfer kekuatan." Kata April dengan senyum manisnya, menggenggam tangan Elang menggunakan kedua tangannya.

"Kalau mau transfer kekuatan, lo bisa meluk gue. Gue rasa, itu cara terba---

Jantung Elang hampir melompat dari tempatnya ketika tiba-tiba April memeluknya. Padahal tadi dia hanya bercanda, tapi kalau dipeluk beneran sih Elang nggak akan nolak. Malah dengan tidak tahu dirinya pria itu membalasnya dengan erat dan mencuri kecupan di puncak kepala gadis itu.

"Gue nggak pinter berkata manis. Juga... nggak pinter menghibur seseorang. Jadi, lo boleh bilang ke gue apa yang harus gue lakuin biar bisa buat perasaan lo lebih baik."

Mendengar penuturan April, Elang semakin mengeratkan pelukannya, lalu meletakan dagunya di pundak April seraya memejamkam matanya.

Memang bukan waktu yang tepat untuk merasa senang mengingat orang tuanya yang sedang mengalami musibah. Akan tetapi Elang yang mendapat perhatian April seperti ini membuatnya tak kuasa menahan senyumnya. Pria itu merasa bersyukur, di saat hatinya sedang merasa tidak baik-baik saja, April---perempuan yang ia sayangi dan cintai itu---ada untuknya, menemaninya seperti sekarang.

"Dengan adanya lo ada di sini, nemenin gue... meluk gue kek gini, udah buat perasaan gue lebih baik, Pril."

"Ehm... oke." April menyahut pelan. "Tapi... kalau lo meluk gue seerat ini, yang ada gue bisa masuk IGD gegara sesak napas."

Seketika Elang melepas pelukannya, menarik diri, sedikit membuat jarak dengan April.

"Maaf. Gue terlalu erat ya meluknya?"

Wajah Elang yang panik seperti itu terlihat lucu di mata April. Gadis itu jadi tak bisa menahan tawanya.

"Hahaha.ha!"

April langsung menghentikan tawanya ketika Elang tiba-tiba mendekatkan wajahnya.

"Jangan ketawa, lo jadi makin cantik soalnya. Setidaknya jangan di sini."

Elang mengatakan kalimat itu sambil tersenyum manis membuat jantung April berdebar seketika. Tatapan mereka terkunci beberapa detik.

"Apasih?"

April memalingkan wajahnya yang sudah memerah sampai telinga. Perkataan Elang memang biasa saja, khas gombalan buaya darat di muka bumi. Tetapi yang menjadi masalah dan membuat April salting karena jarak wajah Elang yang terlalu dekat dengannya. Hal itu membuat April bisa melihat ketampanan Elang yang paripurna dengan sejuta pesona itu secara jelas.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 3 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

IrreplaceableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang