Hii! Udh lama ya author ga update haha maafkan author yg lupa sama kalian kaliaan. Ini sengaja author panjangin ceritanya ya hehe buat chapt terakhir.Enjoy for the last chapt!!
Kenapa ini harus terjadi? Kenapa harus Shawn? Ini semua salahku, its all my fault. Aku masih berada di pemakan Shawn sekarang yg baru saja dimakamkan, orang orang sudah pergi setelah pemakaman usai, keluarga serta kerabat Shawn juga pergi sekitar beberapa menit yg lalu "Kendall, ayo kita pulang. Sepertinya sebentar lagi akan turun hujan" Ujar Harry yg membujuku untuk kesekian kalinya"Tidak Harry, aku masih ingin tetap disini jika kau ingin pulang, pulanglah. Nanti aku akan menyusul" setelah itu, aku tak mendengar ocehan ocehanya lagi. Bukanya aku egois denganya, hanya saja aku sangat terpukul dengan semua kejadian ini dan pastinya aku amat sangat trauma dengan semua yg aku alami, terutama senapan.
"Aku akan menunggumu" ujar Harry yg bergabung duduk disampingku. Aku menoleh padanya dan mencium pipinya sebagai tanda terimakasih.
"Apa kau masih sedih?" Tanya Harry dengan melihat kedua bola mataku "ya" aku menarik nafas dan masih melihat batu nisan berwarna putih itu.
"Kau tahu, ternyata ia tidak seburuk kelihatanya. Buktinya, ia menolongku Har. Dan disaat aku mulai menganggapnya sebagai kakaku, ia justru pergi, ia pergi karnaku....its just because of me.." tak terasa air mataku jatuh kembali ketika mengingat Shawn. Itu sangat sulit bagiku walau aku baru saja dekat denganya. tapi entahlah, perasaanku sudah nyaman denganya, ketika aku berada didekatnya aku merasa nyaman.
Harry lantas memeluku di dada bidang miliknya "menangislah jika itu mampu mengurangi kesedihanmu"
Setelah puas menangis dan membasahi baju milik Harry, aku melepas pelukanya dan berpamitan pulang pada Shawn karna cuaca sudah menunjukan akan ada badai lebat. Ya walaupun itu hanya sekedar batu nisan.
****
"Mommy!!" Darcy memeluku dengan Hangat, begitupun Daisy. Mereka seolah olah tak ingin aku kemana mana lagi, kau tahu ketika aku pertama kali bertemu mereka kembali, mereka menanyakan beribu ribu macam pertanyaan yg tak kumengerti. Seperti 'Apakah perkantoran ibu bagus selama disana?' Dan 'Selama bekerja disana ibu tinggal dimana' Atau 'Dimana oleh olehnya?' Dan masih banyak yg lagi pertayaan pertanyaanya.
Kuyakin Harry-lah yg mengucapkan kebohongan kebohongan itu agar mereka tidak bersedih dan terus menerus memikirkanku karna usia mereka masih kecil untuk mengetahui semua masalah ini.
"Ibu, ibu. Apakah benar kita akan pindah? " ujar Daisy yg menanyakan pertanyaan itu. Aku menautkan kedua alisku, siapa yg akan pindah?
"Huh?" Aku balik bertanya, ia memutar kedua bola matanya yg membuatku terkekeh karna itu adalah kebiasaanku ketika mengulang pertanyaan.
"Jangan lakukan itu Daisy"
"Apa? Itukan kebiasaan ibu. Hahahaha" kami sama sama tertawa, kurasa ia sudah semakin besar sekarang. Memangnya berapa lama aku meninggalkan mereka? 1 bulan? Tidak mungkin.
"Kendall" kami menghentikan aktifitas kami ketika Harry memanggilku. Daisy pun kembali bermain dengan Darcy
"Ya?" Aku bangkit dari duduk dan menghampirinya.
"Kau sudah mengetahuinya?" Tanya nya yg membuatku bingung.
"Em? Mengetahui apa?" Sebenarnya apa yg sedang kami bicarakan?
"Tentang rumah baru" aku membelalakan mataku, Harry membeli rumah baru lagi? Astaga. Sungguh, aku sangat terkejut dan selaligus senang. Eh tunggu tunggu dalam rangka apa ia membeli rumah lagi
KAMU SEDANG MEMBACA
HARRY STYLES
Fiksi PenggemarTerjadinya Cinta yg rumit didalam suatu kehidupan, Masa lalu yg datang secara tiba tiba. akankah mereka dapat menyelesaikan masalah demi masalah yg mereka hadapi?