1 - Are You Kidding Me?

2.1K 55 3
                                    

"Beritahu Queen segera menghadapku."

"Yes, Master."

Pria berbalut Tuxedo itu berjalan keluar dari sebuah kamar berarsitektur mewah yang seukuran setengah besar lapangan sepak bola. Dia berjalan tegap suara sepatu kulitnya berderap meninggalkan bunyi menggema melewati lorong dengan tiang-tiang berdiameter besar yang menyangga kokoh bangunan mewah itu, menaiki tangga melingkar dengan sebuah lampu gantung berlian besar diatasnya. Pria itu mengetuk sebuah pintu kayu besar dengan pahatan abstrak di tepi pintunya. "Siapa disana?" Tanya sebuah suara lembut dari balik pintu.

"Ini saya Nona, Tuan besar menunggu anda dikamarnya." Tak berapa lama seorang gadis berambut pirang membuka pintu, mata biru terangnya menatap tak tertarik pria bertuxedo dihadapannya. "Apa? Apa lagi yang diinginkan kakek?" Tanyanya lagi.

"Saya tidak tau Nona, tapi beliau menunggu anda segera."

"Baiklah." Gadis itu beranjak keluar dari kamarnya, rambutnya pirang platinum panjang terurai sampai ke pinggul, kulitnya putih seputih salju, gadis itu cantik seperti dewi yang berjalan di muka bumi.

Tak berapa lama gadis itu sampai di kamar suite besar tempat seorang pria tua yang rambutnya memutiih seutuhnya, berdiri memunggungi mereka menatap keluar jendela dengan tongkat yang berada di salah satu tangannya. "Ada apa kakek memanggilku?" Tanya gadis itu sembari menghempaskan bokongnya di sebuah sofa besar beludru. "Baiklah saya akan pergi Tuan." Ujar pria berbalut Tuxedo yang langsung membuat pria tua itu berbalik menatap mereka.

"Tidak, tidak. Mr. Reeves kau tetap disini."

Pria berbalut Tuxedo itu terhenyak sebentar lantas mengangguk. "Yes my King." Ujarnya lantas berdiri tepat di tepi sofa tempat gadis berambut pirang itu duduk. "Queen sayang, satu-satunya cucu kakek. Kau tahu kakek sangat sayang padamu bukan?"

Gadis bernama Queen itu mengangguk sekali. "Kau sesungguhnya gadis yang baik, tapi karena kehilangan orangtua disaat kau masih kecil membuatmu merubah sikapmu."

"Jangan bertele-tele kakek, cukup katakan apa yang ingin kakek katakan padaku." Pria tua itu tersenyum hangat lantas duduk di sofa tepat dihadapan Queen. "Kau sudah menyelesaikan kuliahmu, mendapat peringkat tertinggi diseluruh universitas, kakek ingin kau meneruskan memimpin perusahaan kakek."

Gadis itu masih diam, mendengarkan. "Berapa umurmu?" Tanya pria tua itu.

"Tadi kakek bilang kakek sangat menyayangiku lantas apa maksud pertanyaan itu? Kakek seharusnya sudah tahu. Aku 21 tahun kek." Queen merajuk.

"Kau sudah dewasa dan kakek tidak akan selamanya berada di dunia ini, kakek sudah tua, sudah semestinya kakek pensiun. Baik di perusahaan atau dalam tahta, hanya kau yang kakek miliki."

Queen membulatkan matanya. "Tidak tidak, kakek jangan bicara seperti itu. Aku tidak suka kakek bicara seperti ini." Mulut gadis itu bergetar, kedua mata birunya berkaca-kaca. "Tapi sayang, cepat atau lambat kakek akan pergi."

"Tidak! Aku benci kakek bicara seperti ini, aku tidak mau hidup sendirian di istana ini. Tidak! Aku sangat menyangangi kakek kenapa kakek bisa bisanya berbicara kejam seperti itu." Bahunya naik turun, Queen menutup wajahnya dengan kedua tangan, menangis terisak.

Pria berbalut Tuxedo yang sedari tadi berdiri di samping Queen terhenyak, tak pernah dia melihat sisi lemah seorang Queen. Gadis yang memiliki segalanya, kecantikan, kesombongan, keangkuhan, kesempurnaan, bahkan kekuatan materi diatas segalanya, kini menangis tertunduk menutupi wajahnya dengan rambut panjang pirangnya.

Queen tidak bisa menahan rasa sedihnya lagi kalimat yang diucapkan kakeknya itu adalah momok yang sangat menakutkan bagi Queen. Pria tua itu berjalan tertatih dan duduk di samping Queen, menepuk-nepuk lembut punggung gadis itu menenangkannya. "Baiklah kakek minta maaf, kakek tidak akan bicara seperti itu lagi. Tapi kakek ingin kau masuk ke perusahaan kakek sebagai presiden direktur. Mulai besok." Ujarnya sembari menarik tubuh Queen kepelukan tangan rentanya.

QUEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang