24 - One Step Far Away

374 20 0
                                    

-Daniel POV-

Entah kenapa satu bulan bagiku terasa seperti sepuluh tahun lamanya, aku begitu merindukannya sampai seakan aku sekarat karena rasa rindu ini. Akhirnya sang Raja mengijinkanku untuk kembali ke Los Angeles, dia menugaskanku untuk mengecek keadaan Queen karena Raja sangat mengkhawatirkan gadis berkulit putih itu.

Walaupun aku hanya akan berada di Los Angeles selama empat hari, setidaknya aku akan melihat wajah Nona. Aku tidak berharap dia merindukan aku, siapa aku sampai berharap dia akan menganggap keberadaanku?

Aku tidak pernah berharap bahwa perasaanku ini akan mendapatkan perhatian darinya, asalkan aku dapat melihatnya walaupun sebentar, asalkan aku dapat bertemu dengannya sekali lagi untuk mengobati sedikit rasa rinduku padanya. Aku tidak apa-apa.

Walaupun aku akan merasakan rasa sakit, karena semakin aku merasakan perasaanku ini terhadapnya, maka selama itu pula aku akan menyadari betapa jauhnya dia. Jauh tak tergapai.

Aku berjalan cepat menelusuri kota Los Angeles dan saat aku mendapatkan kabar dari Elena bahwa Nona Queen saat ini tengah berada di sebuah café untuk bertemu seseorang. Aku langsung menuju kesana tanpa banyak menunda waktu.

Aku turun dari mobil Mercedes hitam yang kukendarai di depan sebuah café, lima orang bawahanku berada di depan bangunan itu berdiri sejajar. Aku mengernyitkan keningku heran. "Apa yang dilakukan mereka diluar? Bukannya di dalam menjaga Nona?"

Betapa bodohnya mereka meninggalkan Nona sendirian di bangunan itu tanpa pengawalan. "Apa yang kalian lakukan disini?" tanyaku kesal. "Ah ketua! Nona meminta kami menunggu diluar karena dia sedang bertemu dengan seseorang dan membahas sesuatu yang sangat pribadi."

Aku melihat ke dalam melalui dinding kaca, dia tengah membaca selembar kertas, aku tidak bisa melihat wajahnya karena dia membelakangi bagian depan. Bahunya bergetar. Alisku mulai berkerut saat aku mulai merasakan ada sesuatu yang tidak beres.

Aku melewati mereka, Jack menahanku dengan meletakkan tangan kekarnya di depan dadaku. "Apa yang kau lakukan?!" tanyaku garang. "Maaf ketua, aku tidak ingin anda masuk ke dalam dan membuat Nona marah."

Aku menaikan kedua alisku tak percaya anak buahku sendiri melarangku untuk melakukan tugasku. Aku menepis tangannya dari dadaku. "Aku yang akan menanggung semuanya. Kau tetap tunggulah disini." Ujarku lantas mendorong pintu kaca dan saat aku mulai berjalan mendekat kulihat tubuh Nona Queen terhuyung ke samping terjatuh.

Seperti gerakan refleks aku langsung berlari menghampirinya, namun aku terlambat sesosok pria menangkap tubuh Nona yang membuatku langsung berhenti melangkah. Pria itu... Hunter...

"Apa yang terjadi padanya?!" Hunter berseru keras kepada seorang pria yang duduk berhadapan dengan Nona. Sesuatu yang jauh berada di dalam hatiku seakan runtuh begitu saja. Para pengawal Nona yang lain berlari menghampirinya saat melihat Nona tak sadarkan diri. Aku hanya bisa berdiri terpatung saat merasakan hatiku terasa begitu sesak diantara semua yang sedang terjadi saat ini.

Aku ingin menolongnya, aku ingin melindunginya, aku ingin menjadi bantalan saat dia terjatuh, menjadikan diriku tameng terdepan saat dia diserang. Tapi saat melihat pria itu... Hunter, Hayden Hunter berlari lebih cepat dariku menghampirinya, berlari lebih cepat dariku untuk menjadi bantalan bagi Nona untuk terjatuh. Disaat itu pula aku merasa begitu gagal, begitu hancur saat menyadari ada seseorang yang jauh lebih pantas melindunginya dibanding diriku.

"A-aku tidak tahu, cepat bawa dia ke rumah sakit terdekat..." ujar pria itu. "Tanpa kau perintahkan pun aku tahu harus berbuat apa!" pekiknya kesal dan seperti gerakan refleks dia mengangkat Nona di depan tubuhnya.

"Ketua! Nona pingsan!" seruan Elena membangunkanku dari segala pikiran yang menenggelamkanku ini. Aku berlari menghampiri pria itu yang sudah terlebih dulu memberikan komando pada bawahanku. "Biar aku yang membawanya." Ujarku pada pria penjahat itu.

"Bukakan saja pintunya!" serunya padaku dan melewatiku begitu saja. Aku berdecak dan langsung berlari keluar dari café itu dan membukakan pintu belakang mobil Mercedes hitam. Aku merampas kunci dari Jack. "Biar aku saja yang membawanya, kau bawa mobilku!" ujarku sembari melemparkan kunci mobilku. Aku langsung mengemudikan mobilnya dengan cepat, tanpa mempedulikan Hunter yang berada di kursi belakang bersama Nona Queen. Atau aku berusaha untuk tidak mempedulikan mereka dan mengemudi secepat mungkin menuju rumah sakit terdekat.

Aku melihat spion dan melihat Elena membawa motor besar melewatiku dan menekan klakson motor besarnya untuk membuat beberapa mobil menepi. Lantas aku mengemudi lebih cepat setelah Elena mampu membuka jalan untuk mobil Nona. Aku melihat ke spion belakang dan melihat Hunter yang menatap Queen yang tak sadarkan diri lamat-lamat.

"You better looking at your front or we will be got an accident. I will not doing anything to your precious princess." Ujarnya dengan penekanan. "Ck, aku bisa mengemudi bahkan dengan mata tertutup." Ujarku sembari memutar kepalaku dan melihat ke belakang kali ini. Aku dapat mengemudi mengikuti Elena tanpa membuat goresan sedikit pun pada mobil-mobil yang kulewati dengan ganas.

"Wow I'm impressed with all of you. Terlebih dengan wanita yang mengendari sepeda motor di depanmu itu."

"Apa yang kau lakukan disini?" tanyaku padanya sembari kembali melihat ke depan. "Aku kebetulan sedang membeli Latte dingin disana, tempat itu café favoriteku untuk meminum kopi...."

Aku berdecak sinis, kemungkinan yang sangat dibuat-buat, disaat aku ingin kembali berbicara pria itu menyela. "Dan ah, apa kau bisa mengemudi lebih cepat lagi? Aku sedikit khawatir dengan keadaan puteri berhargamu ini. Seluruh tubuhnya sangat dingin."

Mataku membulat dan kini aku mengemudi lebih cepat lagi menyela kendaraan di depanku, membuat mobil bergerak tak karuan. Aku kembali melihat ke belakang takut kepala Nona terbentur sesuatu. Namun yang kulihat adalah Hunter memeluk tubuh Queen lebih erat. "Jangan khawatir dia tidak akan merasakan guncangan apapun dengan pelukanku ini."

"You! You're doing that on a purpose, don't you!!" geramku padanya.

"Aakh, kepalaku pusing." Aku mendengar sesuatu dari belakang, itu suara Nona Queen. "Hai." Ujar pria brengsek itu dengan nada lembut pada Nona.

"You! What are you doing here?!" geram Nona dengan suara parau.

"I'm holding on you, so tight."

"What?" lirih Nona. Dia benar-benar lemah, apa yang sebenarnya terjadi? Jika dia sedang sakit untuk apa dia bertemu dengan seseorang?

"Karena jika aku tidak memelukmu, kepalamu akan terbentur sesuatu. Bodyguard pribadimu menyetir seperti orang gila karena kau pingsan." Ujar Hunter dengan nada yang benar benar menggelikan bagiku.

Kini mataku bertemu dengan mata biru Nona. "Reeves?" lirihnya dengan mata yang sembab. Jadi yang kulihat benar, tadi dia menangis.

Mataku membulat saat kulihat dari kaca, Nona menangis terisak dipelukan Hunter. "HEI!! Apa yang kau lakukan padanya!!" pekikku. Mata Hunter mendelik kaget melihat Queen yang terisak di dadanya. "A-aku tidak melakukan apapun."

"Hei, a-apa kau sakit? Bagian apa yang sakit, bertahanlah, kita akan segera sampai dirumah sakit."

"NO!!" seru Nona Queen yang langsung membuatku melihat ke belakang, membiarkan salah satu tanganku yang menggenggam stir kemudi. "W-what why?!" tanya Hunter pada Nona.

"I'm not sick! Just get me back to the apartment!" serunya dengan nada parau. Aku menekan radio komunikasi di telingaku. "This is Reeves, come in. Butterfly is okay, just get back to her apartment now. Over and out."

"Hei hei, it's okay. Hang in there. It's okay, everything will be fine." Ujar Hunter menenangkan Nona Queen yang semakin terisak di dadanya membuatku terhenyak. Rasanya Nona Queen semakin jauh, dan semakin jauh dariku..

THE END OF SEASON 1

Yep. Ceritanya ngegantung disini dulu yaa. Pengen fokus ngelanjutin cerita yang sudah terlantar lamaaa sekali.

Terima kasih yang udah setia baca cerita QUEEN dari awal. Ya, Queen ternyata bukan keturunan bangsawan. Dan sepertinya Hayden Hunter sudah mulai tumbuh benih-benih cinta sama Queen. Sedangkan Daniel Reeves yang udah jatuh cinta sama Queen justru harus menelan pil pahit.

Begitulah dulu rangkuman cerita ini, sampai ketemu lagi. Di part aka season selanjutnya.

QUEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang