14 - Interesting

402 25 0
                                    

Mulmed : Anastasia Morgan (19)

-Hayden POV-

"Lapor, sir! Semua harta yang kita dapatkan dari perampokan pesawat sebulan yang lalu telah diberikan kepada yang membutuhkan semuanya secara merata."

"Very good. David." Aku berdiri dari sofa beludru berjalan keluar dari mansionku. "Where are you going boss?" tanya David saat aku membuka pintu. "Seperti biasa David, menemui gadisku."

"Okay boss, aku akan menjaga mansionmu selama kau pergi." Aku tersenyum tipis lantas beranjak keluar menuju deretan mobil yang terparkir di depan mansionku. Jika kalian bertanya apa semua mobil itu kudapatkan dari hasil perampokanku? Hell no, tentu saja tidak. Aku cukup kaya untuk mendapatkan semua mobil itu dan mansionku bahkan tanpa bekerja, kekayaanku bahkan cukup untuk mendanai seluruh kebutuhan Negara bagian ini.

Aku mencuri harta mereka bukan semata-mata untukku, aku hanya mewakilkan mereka memberikan sedikit dari harta mereka - yang kurampas - untuk orang-orang yang membutuhkan. Kau boleh menganggapku kuno karena cara berpikirku, aku tidak akan mempermasalahkannya. Aku mungkin terispirasi dari kisah dongeng anak kecil Robin Hood yang mengambil harta orang kaya untuk orang miskin.

Tapi aku tahu mungkin dalam kisah Robin Hood pria itu hanya mengambil harta dari orang kaya yang tamak dan sombong. Berbeda denganku, aku mengambil kebanyakan harta orang kaya tidak peduli mereka siapa, mereka tamak kah, atau sombong kah? Aku tidak peduli. Yang jelas uang mereka sangat banyak, apa salahnya aku mengambilnya untuk orang miskin?

Mungkin caraku salah...

Tapi apa pedulimu?... Hayden Hunter telah menolong banyak orang.

Aku beringsut masuk ke dalam sebuah mobil SUV keluaran Range Rover, kemudian mengemudikan mobilku keluar melewati jalanan kota Los Angeles yang cukup ramai Sabtu siang ini. Tak sampai satu jam mengemudi aku sampai di sebuah toko roti, memakirkan mobilku di pelataran lapangan parkir kecil yang mungkin hanya cukup untuk dua mobil. Bangunannya memang tidak begitu besar terdiri atas tiga lantai. Lantai dasar untuk toko roti dan dua lantai lainnya untuk tempat tinggal.

Aku mendorong pintu masuk dan terdengar bunyi lonceng. "Selamat da- ...tang." Ujar suara seorang gadis yang menjaga toko berdiri di balik meja kasir. Aku tersenyum saat melihat wajah gadis itu yang pertama kali senang menyambut seorang costumer, tapi saat melihatku senyuman itu berubah menjadi wajah datar tak tertarik.

Aku berjalan menuju meja kasir melihat deretan roti yang terpajang di display kaca. "Kenapa wajahmu seperti itu? Aku juga pelanggan toko roti ini, bahkan pelanggan setia." Ujarku padanya dengan senyuman yang paling menggoda yang kumiliki. Gadis berambut coklat itu akhirnya tersenyum, senyuman kecut terpaksa yang menggemaskan.

"Ekhm, baiklah..." dia menghela nafas cepat. "Apa yang ingin ada pesan Tuan? Kita memiliki roti raspberry yang baru selesai di panggang. Apa anda ingin mencobanya?" ujarnya dengan senyuman terpaksa yang benar-benar lucu.

Aku mengangguk cepat. "Ya boleh."

"Makan disini atau di bawa pulang?" tanyanya sembari menyentuh touchscreen mesin kasirnya. "Disini, denganmu..." ujarku yang disambut oleh lirikan mata tajam olehnya. "Sebuah roti raspberry, apa anda ingin menambah kopi atau teh?"

"Ya, aku ingin kopi. Apakah Capucinno ada?" tanyaku yang tak berhenti menatapnya yang kesal karena terus kuperhatikan sedari awal aku melangkahkan kakiku masuk. "Ya, tuan. Sebuah roti raspberry dan capucinno. Ada lagi?" tanyanya kini menatapku dengan salah satu alis yang terangkat.

"Ya, aku ingin kau menemaniku memakan rotinya." Ujarku menggodanya.

"Berhentilah menggangguku Hayden, aku sedang membantu orangtuaku, tolonglah." Ujarnya memohon kali ini. Aku hanya diam, jujur aku sedikit merasa kesal dengan sambutannya yang selalu tidak baik denganku. "Aku benar-benar berterimakasih atas apa yang telah kau lakukan pada aku dan keluargaku. Setelah aku mendapatkan pekerjaan aku janji aku akan mengembalikan semua yang pernah kau berikan pada kami."

"Ini pesanan anda tuan." Ujar suara seorang pria pegawai toko roti yang membantu gadis dihadapanku ini. Aku mengeluarkan dompetku, mengeluarkan lembaran uang seratus dollar memberikannya kepada gadis itu. "Ambil saja kembaliannya. Thank you Anastasia." Ujarku lantas membawa nampan berisi pesananku ke meja.

Aku beranjak duduk di sebuah sofa dan meletakkan pesananku diatas meja. Kulihat wajah Anna terlihat murung setelah aku pergi tanpa banyak bicara, lonceng kembali berbunyi seperti biasa Anna menyambut kedatangan pelanggan toko roti orangtuanya.

"Selamat datang." Gadis itu menyapa pelanggan pria yang datang, wajahnya tercengang sejenak lantas berubah menjadi senyuman yang mengembang lebar di bibirnya. Aku menyesap cangkir kopi saat kurasakan perasaan cemburu yang membakar di ulu hatiku saat melihat Anna tersenyum pada pria berjaket kulit cokelat itu.

Mataku berubah menajam saat menyadari pria itu adalah pria yang sama yang pernah kutusuk dengan pisau di perampokan pesawat saat itu, ah si bodyguard Puteri kerajaan Inggris itu. Apa yang dia lakukan disini? Aku meletakkan cangkir kopiku dan dengan cepat berjalan menuju wastafel lantas bersembunyi di balik dinding yang berada dekat dengan mereka. Aku memasang telingaku baik baik berpura-pura mencuci tanganku sembari mendengar pembicaraan mereka.

"Wow, aku tak menyangka anda bisa menemukan tempat ini dengan cepat, tuan." Anna terdengar sumringah saat bicara dengan pria itu. "Tolong jangan panggil aku tuan, cukup Daniel saja." Ujar pria itu.

"Anastasia, apa kau ada waktu untuk pergi ke tempat lain? Ada yang ingin ku bicarakan berdua."

"Apa ini tentang perampokan pesawat yang terjadi sebulan yang lalu?" tanya Anna dengan suara yang sedikit halus tapi aku bisa mendengarnya. Tunggu dulu apa maksudnya ini? Apa Anna berada disana saat perampokan itu berlangsung? Apa Anna termaksud korban perampokan dan pembajakan pesawat yang kulakukan? Damn it!!

"Ya, Anastasia. Aku akan sangat menghargainya jika kita bisa bicara... berdua saja." Ujar pria itu yang membuatku menautkan alisku. "Aku mengerti, tunggu sebentar." Ujar Anna. Aku berjalan keluar dengan cepat dan sebisa mungkin tanpa menimbulkan kecurigaan. Aku beranjak masuk ke dalam mobilku dan memakai kacamata hitamku yang ku ambil dari dashboard mobilku. Tak sampai lima menit Anna keluar bersama bodyguard kerajaan itu.

"Jika dia berada disini, dia tidak mungkin berada sendirian. Pasti sang puteri berada disini." Sontak senyuman licik tergurat di wajahku, teringat saat aku mencuri ciuman gadis berambut blonde itu. Benar-benar pengalaman yang tak terlupakan, seharusnya kugunakan pembius itu untuk membawanya ke hotel. Haha, itu pasti akan sangat menyenangkan.

Aku meraih ponselku yang berada di saku celanaku, menghubungi Jack untuk menanyakan laporan yang seharusnya diberikannya padaku setiap satu minggu. Bagaimana bisa dia begitu ceroboh sampai tidak melaporkan padaku bahwa ada kemungkinan bahwa sang puteri ada disini.

"Halo Jack?"

"Yes boss?"

"Aku tahu kau tahu untuk apa aku menghubungimu?" ujarku sembari melihat saat Anna beranjak masuk ke sebuah taksi bersama dengan pria itu. Aku menyalakan mesin mobilku dan membuntuti mereka. "Ya, maaf boss. Kondisi disini sangat tidak mendukung, para penjaga baru mendapat banyak jadwal pelatihan."

"I don't give a fuck with that Jack!!" aku berteriak padanya. Aku menghela nafas cepat, menetralkan rasa amarahku yang serasa sudah sampai ke ujung kepalaku. "Aku melihat pengawal pribadi puteri kerajaan disini, apa itu berarti dia juga berada disini?"

"Yes boss, Daniel ditugaskan untuk menjaga pangeran dan puteri Young sementara mereka bekerja."

Senyuman miring sontak tertarik di bibirku. "What? They're here for work? That's interesting."

to be continued...

QUEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang