35 - No Way

152 12 1
                                    

-Author POV-

Queen membuka matanya, melihat wajah Hayden yang terlihat sangat kacau dihadapannya. Itu akan menjadi ciuman terakhir bagi mereka. "Selamat tinggal." Ujar Queen lantas beralih bangkit dan berjalan keluar dari pesawat.

Dibawah tangga sudah ada Ken dan Daniel yang menunggunya. Menatap kearah Queen dengan tatapan yang sulit diartikan, ada sedih dan perasaan khawatir. "Kau tidak apa-apa?" tanya Ken saat Queen berada dihadapannya.

"Entahlah... Aku... Aku tidak yakin." Ujar Queen sembari tersenyum tipis menatap sepupunya itu. Daniel berlutut membelakangi Queen. "Naiklah ke punggungku Nona, aku akan menggendongmu sampai ke lobby depan bandara."

Queen terdiam dan hanya menatap punggung itu, punggung yang berbeda. "Benar, naiklah, kau sakit selama perjalanan." Ken menyarankan. Queen beringsut pelan membungkuk dan menumpukan seluruh tubuhnya ke atas punggung Daniel.

Pria itu langsung berdiri setelah Queen berada dipunggungnya. Daniel tidak tahu apa yang harus dikatakannya kepada Queen agar gadis itu tidak terlalu sedih. Tapi apa yang bisa dikatakannya? Setelah semuanya yang terjadi, perkataannya tidak akan ada artinya.

Mereka bertiga beringsut menelusuri bandara London, dengan wajah Queen yang menunduk membiarkan wajahnya tertutupi rambut panjangnya agar tidak ada yang mengenalinya dalam keadaan berantakan seperti ini.

Karena tanpa keberadaan pengawalan ketat, tidak ada yang menyadari bahwa Pangeran dan Puteri Inggris berjalan dengan tenang melewati kerumunan orang. Ditambah dengan rambut Ken yang terlihat berantakan dan memakai kacamata hitam milik Daniel, tidak ada yang mengenalinya.

Akhirnya mereka tiba di luar lobby bandara dan langsung menaiki taksi. Queen dan Kenneth duduk bersampingan di kursi belakang sementara Daniel berada di kursi di samping supir.

"Buckingham palace." Ujar Daniel saat supir mulai menjalankan mobil. Daniel meraih ponsel di sakunya dan mulai menghubungi seseorang. "Halo. Aku ingin kau membuka pintu gerbang dan membiarkan taksi masuk ke dalam istana. Aku akan menjelaskannya nanti, tapi kami sudah kembali. Puteri dan Pangeran Ken. Baiklah... aku mengerti."

Supir itu terhenyak saat melihat kaca belakang, memperlihatkan sosok Queen yang tanpa make up duduk terpejam dibelakang mobilnya. "Ya Tuhan aku tidak menyangka akan membawa keluarga kerajaan dengan taksiku." Supir taksi yang sudah terlihat tua itu tersenyum sumringah.

"Ah ya Tuan. Aku akan senang jika anda tidak terlalu mempermasalahkan ini." Ujar Daniel. "Ah tentu saja, salam Yang Mulia." Ken membuka kaca mata hitamnya dan tersenyum kaku kearah kaca belakang yang memperlihatkan sedikit bagian wajah supir yang sudah renta itu.

Ken melihat Queen yang berada disampingnya dengan keadaan yang sungguh bukan seperti seorang Queen. Gadis itu terpejam, mengenakan sebuah hoodie kebesaran dan jeans hitam serta high heels, jelas bukan style seorang Queen. Ken langsung memakaikan kaca mata hitam itu kepada Queen. Ken yang cenderung bersikap berisik dan menyebalkan pun terdiam, tak mampu berkata apapun saat melihat keadaan Queen yang benar benar tidak seperti Queen yang biasanya.

Sepanjang perjalanan mereka semua hanya diam dan tidak banyak bicara, dan untuk pertama kalinya sebuah taksi biasa memasuki lingkungan istana yang biasanya terlarang. "Sebuah kehormatan bagiku. Terima kasih." Ujar supir itu saat Daniel memberikan selembar uang 500 poundsterling.

"Ah tuan, aku tidak memiliki kembalian untuk uang sebanyak ini."

"Ah tidak apa. Ambil saja. Terima kasih dan aku akan senang jika anda menganggap semua ini tidak pernah terjadi."

"Tentu saja, aku sudah cukup senang dengan kenyataan bahwa aku pernah menjadi supir keluarga kerajaan." Ujarnya dengan senyum hangan pria paruh baya itu sebelum berikutnya pergi meninggalkan lingkungan istana.

QUEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang