19 - Listen To Me

442 32 0
                                    

-Queen POV-

Waktu terus berjalan, tengah malam berubah menjadi dini hari. Aku sudah berdiri di balkon kamarku selama tiga jam terakhir, memandangi kota Los Angeles dengan pikiranku yang terbang entah kemana. Menghiraukan rasa dingin yang sudah menusuk-nusuk tubuhku, aku tidak peduli jika aku akan sakit karena ini. Aku tidak bisa tidur, tidak peduli berapa kali aku mencoba dengan berbaring di atas ranjang.

Pikiranku terbagi dua, bagaimana bisa Hayden menganggap gadis itu sebagai teman kencannya? Jika itu berarti dia sudah memiliki kekasih, untuk apa dia menciumku? Bukan sekali, tapi dua kali. Jangan pikir aku bisa melupakan ciuman pertama yang dia curi. He is a thief, a heart thief. Berani-beraninya dia mempermainkanku, mempermainkan seorang Queen aku tidak akan berdiam diri, lihat saja nanti.

Lalu aku memikirkan orang itu, seseorang yang tidak pernah ku sangka akan mengambil banyak dari bagian otakku hanya untuk memikirkannya. Terkadang aku bertanya benarkah dia akan pergi? Meninggalkanku? Dimana dia pernah mengatakan padaku bahwa dia akan tetap disampingku melindungiku tak peduli jika harus mempertaruhkan nyawanya?

Sekarang dia akan pergi... dia pergi.

Aku berjalan kembali ke dalam menuju pintu kamarku, menggenggam gagang pintunya, merasakan keraguan untuk membuka daun pintu itu. Takut ternyata dia sudah pergi bahkan sebelum aku menyadarinya. Tapi aku memberanikan diriku, aku menarik pintu itu, melangkah keluar, menuruni anak tangga satu persatu.

Setiap langkah yang kuambil untuk menuruni anak tangga, membuatku semakin takut akan kenyataan ketidak-hadirannya di sekitarku. Sepi. Lampu apartemen setengahnya dimatikan, memberikan kegelapan kelam yang tidak pernah kurasakan sebelumnya. Aku mengedarkan pandanganku sekeliling, tidak ada dia dimanapun, bagaimana dengan kamarnya?

Sepi, apa mungkin dia sudah pergi? Tanpa berpamitan denganku, tanpa menjelaskan kepastian apakah dia akan kembali atau akan pergi selamanya. Aku tahu mungkin dia hanya akan pergi ke London dan aku tetap bisa bertemu dengannya tapi tetap saja, aku tidak bisa pergi ke London karena tinggal di Los Angeles adalah perintah kakek.

Sampai kemudian aku melihat sosok seseorang yang tengah duduk di meja makan yang menghadap langsung ke jendela besar, sebuah koper hitam besar teronggok tepat disamping sosok itu. Daniel? Dia masih disini. Ku perhatikan diam diam dari tempatku berdiri, dia hanya menatap kosong kedepan kearah jendela kaca memperlihatkan pemandangan redup-redup lampu gedung pencakar langit lainnya.

Kedua tangan besarnya tertangkup bertautan di atas meja, gusar, seakan ada sesuatu yang mengganggunya, menahannya untuk tetap berlama-lama disini. Matanya yang tajam menatap keluar jendela, sampai ku lihat dia mengucapkan sesuatu sangat pelan tapi mampu sedikit kudengar. Jika aku tidak salah dia mengatakan. "Aku tetap akan pergi."

Aku terhenyak, berjalan mundur perlahan tanpa suara tak ingin membuatnya menyadari aku berdiri disini memperhatikannya. Sesampainya di anak tangga, aku langsung berlari secepat mungkin yang kubisa untuk kembali ke kamarku. Aku menutup pintunya perlahan tidak ingin dia mengetahui aku belum tidur.

Aku bersandar di balik pintu, merasakan jantungku berdegup cepat, tak lama kemudian aku mendengar suara seseorang mengetuk pintu. Aku terkejut dan langsung menutup mulutku dengan kedua tangan, Ya Tuhan apa dia menyadari aku berdiri disana?

Tok. Tok. Orang itu kembali mengetuk pintu kamarku dua kali. Aku memutuskan untuk tetap menutup mulutku, diam. "Nona? Anda sudah tidur?" tanya sebuah suara yang benar-benar familier ditelingaku, itu suara Daniel. Apa dia kemari untuk mengucapkan selamat tinggal?

"Ya, tentu saja Nona Queen sudah tidur." Sambungnya dengan suara yang lebih pelan tapi aku masih mampu mendengarnya. Aku menurunkan tanganku yang semula menutup mulutku. Dia tidak menyadari sebelumnya aku turun ke bawah. "Aku akan pergi." Ujarnya dengan nada lembut yang lebih terdengar putus asa. Berbeda dengan suaranya yang biasanya berbicara denganku penuh keyakinan, dan tegas. Entah kemana perginya suara itu?

QUEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang