34 - The Last Kiss

218 14 0
                                    

-Author POV-

"Mari kita, jangan pernah bertemu lagi... meskipun kita bertemu... jangan menyapaku. Teruslah berjalan, seperti kita tidak pernah saling mengenal..." Kalimat itu begitu menyakitkan terdengar oleh telinga pria bermata cokelat madu itu. Tenggorokannya tercekat, tak bisa berkata apapun.

Beginikah akhirnya? Disaat dia mulai tulus jatuh cinta kepada seseorang, disaat dia menemukan seseorang yang benar-benar disayanginya. Hayden harus mendorong pergi gadis itu jauh jauh. Seandainya waktu dapat diulang kembali, akankah Hayden akan tetap melakukan hal yang sama? Melakukan kejahatan itu walaupun dengan tujuan yang baik?

Seandainya ia tahu akan bertemu dengan Queen disuatu hari nanti, gadis arogan dan sombong yang juga mencuri hatinya. Akankah dia tidak akan berbuat jahat demi membuat dirinya cukup pantas untuk bersanding dengan gadis itu?

Hayden akhirnya menarik sebuah senyuman tipis. "Baik... Baiklah..." pria itu menghela nafas, membiarkan jejak air mata dipipinya kembali mengering. "Kita jangan pernah bertemu lagi setelah ini, tapi jawab pertanyaanku..."

Queen terdiam, gadis itu sungguh tak percaya dengan jawaban yang Hayden berikan. Queen sungguh tak percaya Hayden akan menanggapi gertakannya setelah semua yang terjadi Hayden hanya memilih untuk diam.

"Apa kau ingin aku mengantarmu ke istana?" tanya Hayden menatap kedua mata Queen lurus lurus, dapat terlihat ketulusan dari matanya. Rasa cinta yang dapat terlihat dengan jelas, kesedihan yang juga berada di mata itu disaat yang sama.

Hayden merasa dirinya tidak akan pernah cukup pantas untuk Queen. Kejahatannya tidak termaafkan. "Ah tidak..." Hayden menggeleng, bukan seperti ini. Hayden tidak bisa membayangkan jika tidak bisa bertemu dengan Queen lagi, tapi apa yang bisa dilakukannya? Dia bukan pria yang baik baik, jika dia terus bersama dengan Queen, kejahatan yang dilakukannya seperti bayangan hitam miliknya yang selalu ada kapanpun dia pergi. Membayangi, dan tidak akan pernah bisa menghilang.

"Ijinkan aku untuk melakukan satu hal terakhir untukmu, mengantarmu ke istana." Ujar Hayden, setidaknya inilah yang mungkin bisa dilakukannya sebagai perpisahaan. Queen terdiam, Queen tidak pernah peduli jika memang Hayden pernah mencoba untuk menyakitinya dan nyaris membunuhnya. "Jawab pertanyaanku terlebih dahulu." Ujar Queen, mereka masih saling menatap.

"Apa kau mencintaiku?" tanya Queen dengan air mata yang menggenangi kedua mata birunya. Hayden tersenyum tipis, sebuah senyuman yang dipaksakan dan terkesan menyakitkan baginya. "Lebih dari apapun, lebih dari diriku sendiri."

"Lalu... apakah kau mencampakanku karena kejadian pembajakan pesawat itu? Karena kau orang yang jahat?" tanya Queen setetes air mata mengalir dipipi kirinya. Hayden terhenyak, Queen benar. "Lebih dari itu, Queen. Bukan hanya itu, sebelumnya aku telah melakukan penipuan, pencurian dengan korban orang-orang penting dan yang memiliki banyak uang."

Hayden menunduk, masih dengan posisinya yang berlutut di hadapan Queen. "Mungkin kakekku di surga akan begitu malu memiliki cucu sepertiku, dia mendirikan yayasan yatim piatu untuk anak anak dengan kerja kerasnya, mencari donasi dengan susah payah, sampai dia bisa membuat begitu banyak yayasan dan membantu banyak anak anak yang kesulitan. Sedangkan aku, aku mencari jalan pintas, mencuri dari pejabat yang korupsi, orang kaya yang memiliki banyak perusahaan namun memalsukan pembayaran pajak mereka. Aku... tidak pantas untukmu."

"Dasar bodoh." Queen memaki dengan setetes air mata yang kembali mengalir. "Apa?" Tanya Hayden sembari menatap Queen.

"Aku kau pikir aku akan peduli hanya karena semua itu, entah apa yang akan terjadi jika kau tidak membajak pesawat yang kutumpangi saat itu. Mungkin... kita tidak akan pernah bertemu."

"Seharusnya aku tidak melakukannya, jika kita tidak pernah bertemu denganmu... maka aku pasti tidak akan merindukanmu. Jika aku tidak pernah merindukanmu... aku pasti tidak selalu memikirkanmu. Jika aku tidak pernah memikirkanmu, maka aku tidak akan pernah jatuh cinta padamu. Jika aku tidak mencintaimu... kita tidak perlu berpisah." Ujar Hayden dengan setetes air mata mengalir di pipinya.

QUEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang