28 - Conflict (2)

285 18 0
                                    

-Queen POV-

"Our story, this love. A maniac, a murder, a criminal like me fell in love with a princess like you. And a princess like you, fell in love with me? Its not even exist in a fairytale." Bisiknya di telingaku yang membuatku tertegun. Dia melepaskan pelukan hangatnya dariku, meregup kedua bahuku lantas menatap kedua mataku lamat-lamat.

"Berhentilah keras kepala. Aku tidak akan mengelak atau menolak apa yang telah kau katakan. Benar, aku memberikan banyak barang kepada gadis lain. Aku juga tidak akan memintamu percaya padaku, karena aku bisa membayangkan bagaimana menyebalkannya perasaan itu, jatuh cinta pada penjahat sepertiku. Yang bahkan pernah mengancam akan membunuh, namun di waktu yang lain aku mempermainkan hatimu dengan mencuri ciumanmu untuk kesenangan."

"Aku bisa membayangkannya betapa mengerikannya itu, maafkan aku."

Aku menarik senyum kecil. "Glad you know that."

"Aku tidak akan memintamu percaya padaku, aku hanya akan meminta maaf saat ini atas apapun yang pernah kulakukan padamu."

"Baiklah." Ujarku akhirnya. Tidak pernah terpikir olehku aku jatuh cinta pada seseorang yang bahkan tak pernah kubayangkan akan hadir di mimpiku. Seorang penjahat, seseorang yang mengerikan, tapi juga memiliki sebuah sisi yang dapat membuatku jatuh begitu saja kepelukannya, seperti orang bodoh.

"I love you." Ujarnya yang membuatku terhenyak, kulihat Hayden mulai mendekat kearahku menghapus jarak diantara kami. Dia menatapku lamat-lamat, akupun melakukan hal yang sama dengan menatap kedua mata cokelatnya yang membuat perutku terasa mengejang. Kedua tangan besarnya yang semula meregup bahuku, bergerak menelusuri leherku kemudian berhenti di pipiku.

Hayden mendekatkan wajahnya padaku, semakin dekat hingga kurasakan nafas hangat menerpa wajahku terasa begitu kontras dengan malam yang terasa begitu dingin. Aku memejamkan mataku saat kurasakan bibirnya menyentuh bibirku. Dia menciumku lembut, aku membalasnya dan mulai mengalungkan tanganku di lehernya.

Saat dia melepaskan ciumannya dariku, Hayden menempelkan dahinya di dahiku. "Is this a dream?" tanyanya padaku. Aku tersenyum miring. "Kau ingin aku mencubitmu? Mungkin ini semua memang mimpi, aku harap ini mimpi." Ujarku yang membuatnya membelai rambutku.

"Baiklah. Cubit aku."

Aku tersenyum lantas mencubit sekuat tenaga perutnya yang langsung membuatnya berjingkrak menjauh dariku mengerang memegangi perutnya yang ku cubit. "Aaarrgh!! Astaga ya Tuhan. Aku hanya bercanda." Desisnya sembari menahan sakit.

"Ah, jadi ini bukan mimpi." Ujarku sembari memijat keningku seolah frustasi.

Hayden tertawa, sungguh tawanya membuatku tak bisa berkomentar, begitu mempesona. Aku memang tidak pernah melihatnya tertawa selama ini, selain senyum miring licik yang selama ini diperlihatkannya padaku. "Hubungi aku jika kau memiliki jadwal kosong besok, aku tahu kau orang yang sibuk, bahkan disaat weekend seperti sekarang ini. Aku akan pulang sekarang, tidak enak jika seorang pria yang baru saja menyatakan cinta sudah bermalam di apartemen pacarnya."

Aku tertawa kecil. "Tidak apa apa jika kau ingin pengawalku membuatmu berbaring dirumah sakit." Hayden tertawa geli. "Baiklah kalau begitu..." Kulihat Hayden meletakkan telapak tangan kanannya di depan dada, kemudian membungkuk sedikit seakan memberikan hormat ala kerajaan yang sering dilakukan pegawai Istana di tempatku tinggal. "Saya permisi pamit, Yang Mulia." Ujarnya dengan senyuman lebar, diakhiri dengan sebuah wink menggoda yang membuatku menahan tawa.

"Baiklah. Bye."

"Bye, aku akan meneleponmu besok pagi. Selamat tidur, semoga kau bermimpi tentang aku yang menjadi pangeran berkuda putih." Ujarnya sebelum menghilang dibalik pintu kaca balkon. Satu menit setelah Hayden pergi, aku beringsut masuk ke dalam dan melihat Daniel yang berdiri tepat dihadapanku.

QUEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang