37 - Gone (2)

148 12 2
                                    

Author's POV-

Keesokan harinya telah tiba, berita kematian sang Raja begitu cepat menyebar keseluruh dunia. Hari ini akan diadakan upacara pemakaman, seluruh anggota keluarga besar dan seluruh petinggi Negara memberikan penghormatan terakhir. Perdana Menteri menggantikan sementara sebagai pemimpin Negara sampai Raja yang baru dilantik.

Perdana Menteri memutuskan satu minggu berkabung, dimana seluruh kegiatan diluar rumah selama masa berkabung akan dilarang. Sebagai tanda duka cita yang mendalam bagi seluruh Rakyat Inggris.

Sementara itu disebuah apartemen di tengah London seorang pria membuka matanya lebar-lebar saat melihat siaran televisi yang mengumumkan tentang wafatnya sang Raja. Dia adalah Hayden, pria itu sedang menggenggam sebuah kaleng bir dan meremasnya begitu erat hingga kaleng itu remuk.

Perasaannya kalang kabut, dia menyesali segala perbuatannya pada Queen. Tapi dia tidak mampu untuk berbuat apapun, karena bagaimanapun juga dirinya tidak akan pernah pantas untuk seorang Queen.

Menurut juru bicara Kerajaan, Sang Raja meninggal dikarenakan penyakit dan dia meninggal di dalam Istana ditemani oleh cucunya Sang Puteri Queen Alessandra Young.

'Lalu bagaimana keadaan tuan Puteri sekarang?'

'Bagi sang puteri ini adalah sebuah kehilangan besar, setelah Pangeran dan Puteri orangtuanya yang sebelumnya wafat. Kehilangan Sang Raja adalah pukulan berat baginya, dan bagi kita semua. Jadi saya harap upacara pemakaman ini akan berjalan dengan lancar. Terima kasih, maaf tidak ada pertanyaan lagi.'

Ya. Begitulah keterangan dari juru bicara kerajaan. Kami dari CNN ingin menyampaikan turut berduka yang sedalam - dalamnya untuk Puteri Queen dan seluruh Rakyat Inggris. Sekian berita Internasional ini.

Hayden meletakkan kaleng birnya yang remuk diatas meja dan melangkah menuju jendela kaca apartemen. Dia melihat semua gedung menyalakan deretan lilin di sepanjang jalan dan menghias semua jendela mereka dengan beraneka bunga berwarna putih. "Boss! Seluruh warga dan pendatang yang berada di Inggris dilarang melakukan aktifitas apapun selama seminggu kedepan atas meninggalnya Raja Inggris. Bahkan bandara internasional ditutup, kita tidak bisa kembali ke Amerika di minggu ini."

"Aku tahu. Tidak apa-apa. Rasanya memang berat bagiku untuk meninggalkan negara ini." Ujar Hayden lirih.

***

Queen sedang menatap dirinya yang sedang berdiri di depan cermin besar dengan memakai gaun berwarna hitam dan lengan gaun itu yang berwarna putih. Terdengar suara ketukan pintu, Queen menoleh dan berkata "Masuk."

Terlihat sosok Ken yang memakai setelan jas berwarna hitam besera kemeja berwarna hitam. "Are you okay?" tanya Ken dengan raut wajah khawatir yang dapat terlihat jelas. Queen mengalihkan pandangannya dari Ken dan kembali menatap pantulan dirinya di cermin. "I don't know."

Ken berjalan kearah Queen. "Ayolah, acara penghormatan sudah hampir selesai, kita akan segera berangkat ke pemakaman." Ujar Ken pada Queen.

"Aku tidak tahu, apa aku cocok berada disana."

"What? What do you mean?" tanya Ken sembari berdiri di belakang Queen dan menatap pantulan Queen di cermin.

"Acara itu untuk keluarga terdekat saja."

"Tunggu dulu... apa ini soal, orangtuamu Pangeran dan Puteri, bukanlah orangtuamu itu? Yang kau bilang di pesawat?" tanya Ken yang hanya dijawab oleh tatapan nanar Queen. "Aku sudah bilang bahwa ini bukan hal yang pantas untuk menjadi lelucon."

"Aku juga berharap ini adalah lelucon. Semuanya yang terjadi adalah lelucon untuk mengerjaiku, mempermainkanku. Aku harap semua ini adalah lelucon..." lirih Queen yang membuat alis Ken berkerut.

"Wait a moment. How? How??"

"Jadi jika kau bukanlah anak biologis dari Pangeran dan Puteri, lalu bagaimana bisa kau disini? Ini semua tidak masuk akal. Apa ini adalah cerita novel? Seperti film? Dan yang ada di televisi itu? Kau bercanda kan?? Jelaskan padaku!" sambung Ken kesal.

Queen berbalik dan mendongak menatap mata biru Ken yang lebih tinggi darinya. "A-aku bukan anak mereka, aku bukan cucu raja, aku bukan keluargamu, aku bahkan tidak memiliki setetespun darah yang kau miliki! Orangtuaku... maksudku Pangeran dan Puteri Young, mengangkatku menjadi anak mereka. Karena mereka tidak bisa memiliki anak."

"That's, that's... doesn't make any sense! You have a blond hair like me, and blue eyes like mine."

"Aku harap aku bisa memberikan buktinya, tapi aku tidak bisa memberikannya karena bukan ada padaku. Bahkan ternyata Kakek ah bukan... Sang Raja mengetahuinya." Ujar Queen yang terdengar tercekat saat mengatakan Sang Raja.

Ken tak bisa berkata apapaun selain menarik Queen kepelukannya. "Ah-ha... Ah, A-aku tidak tahu harus berkata apa, aku senang..."

"A-apa kau bilang?" ujar Queen dengan alis yang bertaut dipelukan Ken.

"A-aku tidak tahu kenapa aku senang, mendengarnya. Aku lega, kau bukan saudaraku."

"What?!!" pekik Queen yang sontak membuat Ken melepaskan pelukannya. "Ah maaf. Ayo, sudah waktunya kita pergi." Ujar Kenneth yang terlihat salah tingkah dan pergi meninggalkan Queen sendirian dikamarnya.

"Apa dia gila?"

***

Di pemakaman yang berada di pinggir Kota London pemakaman untuk keluarga Kerajaan, Petinggi Negara dan Para Pahlawan terdahulu. Mobil Jenazah besar berwarna hitam tiba bersama Rombongan yang mengantar ke peristirahatan terakhir. Queen beranjak turun dari mobilnya bersama Daniel yang berjalan dua langkah didepannya.

Pemakaman dengan tema militer di mulai, sementara itu di dalam mobil mercedes hitam, seseorang menatap Queen dari kejauhan. Dia adalah Hayden. Pria itu menatap Queen dari ujung kaki hingga kepala, tidak ada yang luput darinya. Menatap Queen yang tengah memakai kacamata hitam. Duduk bersama para hadirin yang hadir.

Hayden melihat betapa tegarnya gadis itu dari kejauhan, tidak menangis meraung-raung walaupun dialah yang paling kehilangan.

Disaat yang sama Kenneth menatap Queen dibalik kaca mata hitamnya, diam diam memperhatikan gadis itu. 'Sejak pertama kali aku melihatmu, aku selalu mengganggumu, membuatmu kesal, tapi itu semua karena aku ingin perhatian darimu. Aku senang mengganggumu karena itu aku akan mendapatkan perhatian darimu, aku benci dengan kenyataan bahwa kau adalah sepupuku, saudariku, musuhku dalam merebut tahta. Tapi aku senang jika kenyataannya kau tidak memiliki setetes darah pun denganku. Karena dengan itu aku bisa menyatakan sedikit perasaanku padamu' gumam Ken jauh di dalam hatinya.

Queen menatap dari kejauhan peti yang dimasukan kedalam tanah, air matanya seolah telah habis ia tumpahkan. Queen tidak menangis tersedu sedu seperti semalam. "Aku harap kau disini, bersamaku... Hayden..."

Hayden yang hanya mampu menatap Queen dari jauh, air mata menetes dari mata kanannya. "Aku harap aku bisa berada disampingmu... My Queen." Ujar Hayden dengan suara parau sembari melepas kacamata hitamnya.

"Aku memiliki sebuah cara... untuk dapat bersamamu... atau bahkan untuk kehilanganmu, selamanya." ujar Hayden lirih. "Aku akan menyerahkan diriku ke FBI, menebus segala kesalahanku, menebusnya walaupun aku akan membusuk dipenjara, atau berakhir dengan peluru panas yang menghujam jantungku. Aku akan menebusnya, dengan itu... aku akan berani untuk setidaknya melangkah satu kali... mendekat padamu."

tbc~

QUEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang