3 - Thank You

801 47 4
                                    

-Daniel POV-

"Y-yes I'm okay."

"KETUA!"

"Eagle, amankan seorang wanita dengan mantel merah. Over." Ujarku pada anak buahku. Kami berjalan lebih cepat menuju badan pesawat. "Ketua Reeves anda baik baik saja?" tanya Elena bodyguard perempuan yang juga pernah satu angkatan bersamaku di SWAT. "Tidak apa apa."

"Tuxedo anda basah terkena soda." Sambungnya lagi, kulihat bagian punggungku basah terkena noda Coke yang dilemparkan perempuan tadi. "Ah sial."

"Buka saja." Ujarnya. "Lapor Ketua! Nona Queen sudah berada di kelas VVIP." Seorang anak buahku melapor padaku. Aku membuka Tuxedo yang kukenakan lantas memberikannya kepada Elena. "Ah untunglah tidak sampai mengenai kemejaku. Tugas pengawalanmu selesai sampai disini, terima kasih Elena. Kau boleh pergi." Aku tersenyum kepada gadis itu sebelum beralih masuk ke dalam pesawat dan melangkah menuju Queen yang duduk termenung menatap kosong keluar jendela pesawat. Aku beringsut duduk di kursi di sampingnya. "Ada apa Nona? Apa anda terluka?" tanyaku khawatir.

"A-apa?" Dia menoleh kearahku menatapku sekilas lantas menunduk tangannya menghapus sesuatu dari wajahnya. "Aku tidak apa-apa." Dia kembali menoleh keluar jendela, menghiraukanku seolah aku tidak berada disini.

"Thank you." Ujarnya pelan. Aku mengenyit kembali menoleh kearahnya. "Apa?"

Dia menoleh menatapku, mata birunya benar benar indah. "Aku tahu kau mendengarnya, aku tidak mengucapkan sesuatu dua kali." Ujarnya ketus dan dingin. Aku tersenyum. "Saya hanya tidak yakin anda mengucapkan hal seperti itu Nona."

"Kalau begitu aku tarik kembali." Ujarnya sembari menaikkan kedua alisnya saat menatapku.

Para penumpang yang terhormat, harap mengenakan sabuk pengaman anda karena pesawat akan segera lepas landas. Aku beralih bangkit saat mendengar suara pemberitahuan itu, Queen menatapku dengan tatapan heran saat aku berlutut dihadapannya. "Apa yang kau lakukan?" tanyanya padaku dengan sinis.

"Memastikan keselamatan anda Nona." Ujarku pendek sembari membantu memakaikan sabuk pengaman di depan perutnya. Dia terdiam menatapku, aku tersenyum padanya.

Kulihat dia mengerjapkan matanya beberapa kali lantas mengalihkan pandangannya saat aku melihat semburat merah di pipinya. Dia gadis yang angkuh namun sungguh melumpuhkanku. 'Astaga, bangun dari mimpimu Daniel!'

Aku kembali duduk lantas memakai sabuk pengamanku sendiri. "Permisi Tuan, ini dari seorang wanita diluar." Seorang pramugari memberikanku sebuah Tuxedo. Aku tersenyum saat menyadari siapa yang memberikannya. Elena. "Thank you."

"You're welcome, sir."

"Aku menarik kata-kataku kembali." Ujar Queen yang memecah keheningan diantara kami. Pesawat bergetar, mulai berjalan menuju landasan untuk segera lepas landas. "Apa Nona?"

"Aku menarik kembali kata-kataku yang menyebutmu tidak pantas untuk menjadi bodyguardku." Ujarnya dengan nada lembut namun masih ada keangkuhan di dalamnya. Aku tersenyum mendengarnya. "Aku mengerti Nona."

"Ah, aku sangat mengantuk bisakah Nona membangunkanku saat kita sampai?"

"What?" matanya memicing menatapku. Aku tersenyum. "Aku bercanda, hehe. Tidak lucu ya Nona?" Dia tersenyum miring sebelum akhirnya tertawa renyah. "Dasar gila." Ujarnya padaku, sungguh cara yang bagus untuk mencairkan suasana.

Namun yang kulihat selanjutnya senyumannya perlahan sirna. "Daniel, pria diarah jam tiga dia terus menatapku dengan cara yang aneh." Aku sedikit terhenyak saat menyadari untuk pertama kalinya dia memanggil namaku, namun detik berikutnya aku menoleh kearah yang dimaksud olehnya. Seorang pria sekitar umur dua puluh tiga tahunan, dengan rambut coklat dan mata hazel menatapku sembari tersenyum ramah lantas menoleh ke arah lain.

QUEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang