23 - The Truth

394 20 3
                                    

-Queen POV-

Aku berjalan memasuki ruang kerjaku dan langsung kulihat tatapan frustasi dari teman satu ruanganku. "Astaga jam sebelas? Yang benar saja Queen." Ujarnya yang langsung membuatku menatapnya tajam. "Ukh, em, maafkan aku."

"Aku tahu kau adalah temanku Mario, bahkan teman dekat, tapi kau tetap harus tahu dimana posisimu." Ujarku ketus, dia tak tahu aku menahan geli tawaku saat melihat ekspresinya saat ini. "Aku tahu maafkan aku, boss."

"Haha sudahlah, aku hanya bercanda. Maafkan aku sudah terlambat. Apa yang kulewatkan?" tanyaku pada Mario yang kini berdiri ternganga di depan mejaku. "Aku tak percaya kau tega padaku Queen." Ujarnya mendramatisir, lantas kami tertawa bersama.

Tapi seketika aku merasakan seperti ada sesuatu yang hilang, sesuatu yang kurasa berharga. Daniel, apa yang mungkin pria itu sedang lakukan disana sekarang?

"Ekgh, no." Aku menggelengkan kepalaku, berusaha menghilangkan wajahnya dari pikiranku. Bisa-bisanya aku memikirkan dia, untuk apa?

Sampai kemudian kulihat sebuah pesan masuk di ponselku, alisku bertaut saat yang kulihat adalah nomor pengacara kerajaan. Tanpa banyak berpikir aku langsung membuka pesan itu.

From : Pengacara Robert
Nona Queen bisa kita bertemu? Ada sesuatu yang ingin saya berikan pada anda, ini sangat penting.

Tidak biasanya dia mengirimiku pesan, lebih parahnya lagi dia memang tidak pernah mengirimiku pesan. Aku dan pengacara itu hanya bertemu sesekali. Aku bahkan sudah lupa terakhir kali aku bertemu dengannya.

Reply to : Pengacara Robert
Aku tidak sedang berada di Inggris, aku di Los Angeles mungkin dalam jangka waktu yang lama.

Send.

Tak berapa lama setelah aku duduk di balik mejaku, nada pesan ponselku kembali berdering.

Secepat mungkin saya akan ke Los Angeles, harap kosongkan jadwal anda akhir pekan ini. Terima kasih Nona.

"Apa yang begitu penting sampai dia rela menemuiku ke Los Angeles?" ujarku kecil yang ternyata di dengar Mario dan membuat pria itu menatapku dengan alis yang bertaut. "Siapa yang barusan meneleponmu? Apa ada yang salah?" tanya Mario padaku.

Aku menggeleng sembari kembali meletakkan ponselku di atas meja. Akhir pekan? Itu berarti dua hari lagi. "Tidak apa-apa, hanya teman lama."

"Kau punya teman? Aku tidak yakin." Ujar Mario sarkastik. Aku hanya bisa tersenyum kecut. "Tentu saja, jangan kau pikir hanya kau temanku di dunia ini."

"Oh ya Queen, sudah lama aku tidak melihat pria itu, ekhm siapa namanya. Ah Reeves, Daniel Reeves, kemana dia?" tanya Mario yang langsung membuat moodku hancur. Kenapa semua orang yang kutahu menanyakan keberadaannya?

***

Two Days Later

Aku berjalan memasuki sebuah Café kopi yang berada tak jauh dari Mall tempatku bekerja. Aku melihat ke sekeliling, tempat ini terlalu sepi untuk ukuran Café Kopi dengan merk terkenal. Kulihat sesosok pria yang berdiri melambai padaku dengan senyuman sumringah.

Pria itu mengulurkan tangannya menyambutku. "Long time no see, her majesty. Please have a seat." Ujarnya padaku. Aku mengangguk, dan setelah dia melepaskan tangannya dariku aku ikut duduk di sebuah sofa yang berhadapan.

QUEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang