12 - Old Friend Meeting

495 30 3
                                    

-Queen POV-

Apa yang baru saja dia katakan? Apa aku salah dengar? Apa dia baru saja mengatakan bahwa dia akan melindungiku meskipun itu harus mempertaruhkan nyawanya?

Aku pernah dengar bahwa di Negara lain ada pengawal kepresidenan yang ditugaskan untuk melindungi kepala Negara beserta keluarganya. Itu memang tugas mereka jika harus menjadi perisai utama kalau terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Tapi entah kenapa saat Daniel yang mengatakannya terlihat berbeda bagiku, tatapan mata hangatnya seakan benar-benar rela jika dia mati untukku.

Aku meneguk ludahku susah payah. "Well, ini sudah malam. Thank you, good night Daniel." Ujarku kaku sembari kemudian berjalan cepat meninggalkannya menuju kamarku. Sesampainya dikamar aku langsung menghempaskan tubuhku di atas ranjang.

***

"NONA!!!" TOK TOK TOK. Aku mengerjapkan mataku, merasa risih dengan kebisingan suara yang memanggil namaku sedari tadi. "NONA BANGUN!! NONA AKAN TERLAMBAT PERGI KE KANTOR!!" Aku beralih bangkit frustasi pada suara Daniel yang membangunkanku. "YA! AKU SUDAH BANGUN!!" pekikku kesal.

Dengan terpaksa aku beralih berdiri membuka tirai panjang yang menutupi kamarku, terlihat matahari sudah terbit menerangi kota Los Angeles dengan cahaya jingga kekuningan. Aku berjalan menuju kamar mandi, tak sampai lima belas menit kemudian aku selesai. Berjalan menuju koper yang baru kusadari belum sempat kupindahkan seluruh isinya ke lemari. "Sial. Aku lupa membenahinya." Desisku sembari mengangkat koper itu dan meletakkan diatas ranjang.

Aku mengaduk-aduk isi kopernya mengambil sebuah kemeja berlengan panjang, celana bahan ketat berwarna hitam dan sebuah blazer berwarna cokelat. Setelah selesai mengenakan pakaian, aku memoleskan sedikit makeup dan lipstick terang berwarna merah. Aku mengambil sebuah flatshoes berwarna merah maroon, menyelampirkan tas kecil di bahuku dan mengambil blazer yang akan ku kenakan nanti setibanya di kantor baruku.

"Mungkin kau akan menyesali keputusanmu ini Queen." Ujarku pada diriku sendiri yang terlihat cantik di depan cermin. Aku menghela nafas pendek sembari berjalan keluar dari kamarku. Saat aku menuruni tangga kulihat Daniel menghampiriku di bawah tangga dengan setelan tuxedo rapi. "Ini sudah terlambat Nona, kita harus bergegas."

"Tenang saja Daniel, aku bahkan belum sarapan." Ujarku padanya. Kulihat dia berjalan cepat menghilang dari pandanganku, lima detik berikutnya dia membawa satu pack kopi yang berisi empat cup kopi panas dan satu plastik pastry di tangannya yang lain. Wow, aku terkesan, kapan dia membeli semua itu?

"Baiklah, ayo berangkat. Bisa kau perintahkan seseorang untuk memindahkan isi koper ke lemariku?" Ujarku tak mampu mengelak lagi saat dia memberikan kepadaku sebuah cup coffee.

"Yes Miss." Ujarnya dengan susah payah Daniel membukakan pintu apartemen mengingat semua sarapan yang dibawanya. "Apa Ken sudah bangun?"

"Ya Nona, dia sudah siap. Lebih mudah membangunkan Tuan muda Kenneth dibanding membangunkan Nona." Ujarnya yang membuatku langsung menoleh kearahnya dengan tatapan mata tajam, detik berikutnya dia tersenyum kaku. "Sorry."

"Well, well, well. Bahkan seorang puteri cantik sepertimu tidur seperti beruang yang sedang hibernasi." Ujar suara jelek, menyebalkan, yang menyambutku saat aku keluar dari apartemenku. Kulihat Ken sudah berpakaian tuxedo rapi, bersandar di dinding yang berada di tepi pintu lift. "Selamat pagi juga Ken." Desisku saat aku berlalu dihadapannya.

"Astaga astaga!! Apa itu makanan?!!" serunya saat melihat Daniel yang membawa kopi dan roti. "Bahkan seorang pangeran sepertimu melihat makanan seperti beruang kelaparan yang melihat ikan salmon." Ujarku tepat dimukanya. Ha! Makan itu Ken!!

"Ya, ya, ya, selamat pagi juga Queen!" balasnya mendesis saat membawa roti dan kopi di kedua tangannya. Pintu lift terbuka kami bertiga masuk ke dalamnya. "Aku memang kelaparan, dari semalam aku tidak makan apapun." Sambungnya sembari mengunyah pastry itu.

QUEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang