7 - Long Time No See

601 30 2
                                    

Mulmed : Visualisasi Queen Alessandra Young

-Queen POV-

Jujur saja aku tidak begitu suka dengan balapan formula one seperti ini, terlalu membosankan, aku jauh lebih suka menghadiri acara-acara seperti Fashion Show atau semacamnya. Terlebih lagi 78 lap benar-benar memakan waktu yang sangat banyak, setelah dua jam akhirnya pertandingan selesai dengan Lewis Hamilton sebagai pemenangnya mengharumkan nama United Kingdom sebagai tuan rumah Grand Prix kali ini. Well done.

Saat aku melihat selebrasi di podium kemenangan dari jauh aku melihat seorang pembalap pria memandangiku dengan tatapan yang sulit kuartikan, pria itu, dia terus memandangiku dari sebelum pertandingan dimulai. Siapa dia?

Saat aku melihat tatanan rambutnya dan senyum miring itu aku baru mengenali siapa dia, sontak tenggorokanku tercekat, aku menelan air liurku susah payah saat dia melambaikan tangannya padaku. "Mr. Reeves?" aku menolehkan kepalaku memanggil nama Daniel yang berdiri di sampingku. Dia menunduk menyamakan tingginya denganku.

Haruskah aku bilang padanya bahwa pria itu adalah penjahat yang setengah bulan lalu membajak pesawat? Ah tidak mungkin, aku sudah terlanjut berpura-pura kejadian itu seolah tidak pernah terjadi di dalam kehidupanku. "Yes Miss?" tanyanya.

"Eh em, aku ingin pergi ke toilet." Ujarku akhirnya. Aku beralih bangkit, Daniel berjalan di belakangku. Sontak aku berbalik. "Kau tidak ingin ikut ke toilet wanita bukan?" tanyaku sinis. Mata abu-abunya membulat. "Eh tidak, maafkan aku Nona. Aku akan menunggu disini."

Aku berjalan keluar dari deretan penonton yang bersorak sorai atas kemenangan tuan rumah. Aku menuruni tangga menuju sebuah toilet yang berada tak jauh dari arena tanpa seorangpun bodyguard yang menemaniku. Aku akan baik baik saja kan? Lagi pula aku masih berada di kompleks Istanaku. Penjaga bertebaran dimana mana, aku melangkah masuk ke dalam bangunan kecil tempat penjualan stand aksesoris pertandingan balap kali ini.

Suasana sepi karena semua orang sibuk merayakan kemenangan Hamilton di arena. Aku menunduk takut seseorang mengenaliku, melangkah cepat menuju toilet, ah akhirnya sampai dengan cepat aku mendorong pintu masuk toilet perempuan.

Setelah selesai aku mencuci tanganku di wastafel sembari bercermin melihat diriku yang terlihat cantik dengan rok berwarna cokelat berada tinggi di atas lutut memperlihatkan kaki jenjangku. Memoles sedikit lipstick merahku dan memasukkan kembali lipstikku ke dalam dompet kecil yang kubawa. Bercermin terakhir kalinya sembari menyisir rambut pirang panjangku dengan jari jemariku sebelum akhirnya keluar dari toilet.

Saat aku membuka pintu aku melihat seorang pria berbalut racing suit berdiri di hadapanku, menghalangi jalanku. Aku menunduk hanya berjalan menghindari pria itu, tapi dia malah ikut melangkah ke arah yang sama denganku.

Aku berdecak kesal di dalam hati, menenangkan rasa amarahku sejenak aku kembali melangkah ke arah lain, dia ikut kembali melangkah ke arah yang sama menghalangi jalanku. Aku tak bisa menahan rasa kesalku. "HEI!!" pekikku sembari mendongakkan kepalaku untuk melihat siapa pria sialan ini.

Mataku membulat saat melihat sepasang mata coklat hazel menatapku dengan tatapan sarkasme. "Oh, hei." Ujarnya dengan senyuman miring. "Long time no see." Ujar pria itu yang membuatku tercekat setengah mati, dia adalah bajingan tampan yang memimpin para penjahat itu. 'OH NO!!' gadis di dalam diriku berteriak panik ketakutan.

Aku berusaha menenangkan diri. "Who are you?" tanyaku datar, aku berhasil menetralkan rasa panikku bertemu dengan pria bajingan ini. Walaupun jujur saja jantungku sudah berdetak tidak beraturan. Alis tebal pria itu hampir bertaut mendengar ucapanku, namun selanjutnya ekspresi wajahnya berubah dingin. "Kau sungguh gadis pintar yang mempesona, kau tahu siapa aku..." ujarnya misterius.

Oh damn it! Jangan katakan kalau dia tahu aku mengingat semua kejadian itu!!

Dia berjalan mendekat, membuatku melangkah mundur menjaga jarak, namun dia terus melangkah mendekat kearahku menyudutkanku dengan ekspresi wajah dan tatapannya yang dingin mengintimidasi membuat kakiku terasa lunglai dibuatnya. "W-what do you mean?" tanyaku akhirnya, saat tubuhku membentur dinding tak bisa melangkah menjauh lagi.

Aku melihat ke sekeliling, sepi, tidak ada orang lain. Tapi aku melihat seorang pria bersembunyi di balik tembok dengan tangannya yang menggenggam pistol ke arah kami. Itu Daniel! Aku kembali menatap kearah pria bermata cokelat hazel itu. Namun sontak dia melihat ke arah aku melihat sebelumnya, dia menyadari keberadaan Daniel. Stupid Daniel!!

Dia kembali menoleh ke arahku tersenyum miring. "Well, sepertinya pertemuan kembali kita ini kurang menyenangkan karena ada mata-mata." Aku mengatupkan bibirku rapat-rapat, merasa takut karena pikiran buruk yang menelusuk masuk tentang kemungkinan apapun yang bisa terjadi padaku saat ini, dengan seorang penjahat kelas kakap yang berada dekat di hadapanku.

Dia menatapku dengan tatapan tajam namun detik berikutnya dia tersenyum lebar, memperlihatkan deretan giginya yang putih tertata rapi. "Kita akan segera bertemu lagi. I'll be watching you, both of you. Bye beautiful." Dia melangkah pergi dengan senyuman itu. Demi Tuhan, itu adalah senyuman terindah yang pernah ku lihat.

Aku menyandarkan tubuhku ke tembok merasa lunglai dengan segala perasaan yang berkecamuk di dalam hatiku saat ini. Daniel berlari menghampiriku dengan pistol yang masih di genggamnya, dia membidik pria itu yang berjalan menjauh dengan cepat. Daniel menarik pelatuknya bersiap melontarkan peluru ke arah pria itu. Mataku membulat dan langsung menggamit tangannya, menghalanginya menembak pria itu. "No, Reeves!!" sergahku.

"You know who is he don't you, Miss?! You remember everything?!"

to be continued...

Sorry ya pendek, sebenernya belom mau lanjut berhubung di part kemaren belom mencapai target. Tapi tak apa, anggap aja ini iklan (loh?)

Hehe, jangan lupa vote, lebih baik di komen. Thanks mwaah

QUEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang