27 - Conflict

305 20 1
                                    

-Hayden POV-

Aku terdiam, hanya bisa menatap kedua mata biru gadis itu. Kalimatnya terus terulang dikepalaku. "Kau mencuri hatiku sekarang aku minta padamu, kembalikan." air mata yang semula tergenang dimatanya, menetes, meluncur di pipi kanannya. Sesuatu di dalam hatiku terasa sakit, tenggorokkanku seakan tercekik sulit rasanya untuk dapat mengeluarkan suara.

Apa gadis dihadapanku ini baru saja mengatakan perasaannya? Padaku?

Aku tak bisa berpikir, otakku beku, aku tak bisa berpikir menggunakan logikaku. Aku menggamit tangannya menarik Queen yang tenggelam diantara perasaannya itu kepelukanku. Bukannya berhenti menangis, gadis yang kupeluk ini semakin menangis sejadi-jadinya. Tak ada yang bisa kulakukan selain memeluknya lebih erat, menenangkannya.

Disaat yang sama jantungku berdegup cepat, aku tidak bisa menyangkalnya lagi bahwa aku memang jatuh cinta padanya. Aku tidak peduli apa yang akan terjadi nantinya, asalkan aku bersama dengan gadis ini rasanya waktu seakan berhenti. "Sudah kubilang, aku selalu memikirkanmu bangsawan ataupun rakyat biasa. Apa artinya itu? Kita semua sama." Ujarku akhirnya sembari membelai rambutnya yang terasa halus.

"Bahkan jika semua orang di dunia ini menodongkan pistol  ke kepalaku, memaksaku untuk mengatakan kenyataan ini. Aku tidak akan pernah mengatakannya aku tidak akan pernah mengatakan kepada dunia bahwa kau bukanlah keturunan kerajaan Inggris. Aku tidak akan pernah mengatakannya, tidak akan." Ujarku dengan menekankan kalimat terakhir. Benar, apapun yang terjadi aku tidak akan pernah mengatakannya.

Aku kehilangan pikiranku, aku yang seperti ini. Sungguh bukan seorang Hayden.

"Dan satu hal lagi, kau ingin aku mengembalikan hatimu?... tidak akan, aku tidak akan pernah mengembalikannya karena aku yang akan memilikinya." Ujarku yang membuat Queen bergerak, aku merenggangkan tanganku yang melingkar memeluknya. Queen menghapus air matanya lantas menatapku saat aku melepaskan pelukanku darinya.

Tak banyak yang bisa kuucapkan saat ini, kami hanya saling menatap. Lewat tatapan seakan kami dapat lebih banyak mengucapkan kalimat dibanding berkata-kata. Aku tersenyum menatapnya, namun Queen masih terdiam tenggelam dengan pikirannya. "Be my girl." ujarku pendek, kaku. Aku tidak pernah mengucapkan kalimat cinta. Setidaknya tidak pernah seserius ini, aku akui aku sering mengucapkan kata cinta pada gadis lain. Namun semua itu hanyalah sebuah perkataan bukan perasaan.

Kali ini rasanya berbeda, butuh keberanian untuk mengucapkan tiga kata pendek itu. Seakan seluruh hidupku dipertaruhkan, hanya untuk mendengar jawaban apa yang akan dikatakannya. Dari ekspresinya, seakan dia tidak siap untuk ini, tidak siap untuk bisa mencintaiku seutuhnya. Mencintai seorang penjahat sepertiku, pencuri, sedangkan dirinya bahkan terlalu berharga, terlalu indah untuk menjadi pajangan di balik lemari kaca tahta kerajaan. Dia lebih indah berharga seperti bunga langka yang berada di alam indah selayaknya surga. Tak pantas dilihat oleh manusia kotor berlumur dosa sepertiku.

"It's okay, you don't need to answer it now." Ujarku akhirnya, memaksakan senyuman dibibirku.

Queen masih terdiam tak melepaskan pandangannya, situasi ini aneh. Aku mengalihkan pandanganku darinya dan menatap ke arah pemandangan kota dihadapanku. Yang kurasakan berikutnya adalah ciuman cepat di pipiku yang bahkan sulit untuk dapat kusadari namun cukup untuk membuat jantungku memacu lebih cepat.

"I think it's more than an answer." Ujarnya tersipu, namun lebih berusaha untuk menutupi semburat merah di pipinya. Aku hanya bisa tersenyum lebar mendengar ucapannya yang terdengar lucu bagiku, ekspresinya menahan malu dan senang disaat yang sama.

"Yes, it is."

“So, karena aku sudah menjadi pacarmu sekarang. Aku ingin kau masuk ke dalam dan tidurlah, jangan pikirkan apapun tentang hal yang terjadi hari ini. Dan jika kau memutuskan untuk mencari orangtua kandungmu, aku akan membantu." Ujarku sembari membelai rambutnya.

QUEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang