-Queen POV-
Senyum hangatnya, tubuhnya yang berbau harum saat kupeluk aroma yang sama sejak pertama kali aku mendekap tubuhnya selama dua puluh tahun lebih aku hidup. Membayangkan sosok itu terbaring tak berdaya dengan wajah pucat sungguh membuat hatiku sakit. Kakek.
Sulit rasanya membayangkan jika aku hidup tanpanya nanti, siapa yang akan memarahiku saat aku berbuat salah? Siapa yang akan membasuh air mataku disaat aku sedih? Siapa yang akan mengkhawatirkanku lebih dari siapapun di dunia ini selain kakek?
Dia hanyalah satu satunya anggota keluarga yang aku milikki, aku bahkan tidak ingat seperti apa hangatnya pelukan seorang Ayah, aku bahkan tidak ingat marahnya ibuku saat aku berbuat salah. Hanya kakek yang selalu ada untukku bahkan saat kedua orangtuaku pergi untuk selamanya, dan kini membayangkan Kakek akan menyusul mereka? Aku bahkan tidak tahu bagaimana akan hidup tanpa kakek.
Kepalaku terasa berputar, penglihatanku berkunang kunang, dengan tenaga yang tersisa aku berjalan menuju landasan pacu dimana sebuah pesawat jet berukuran sedang menunggu ditengah landasan. "Ergh.." aku mengerang sakit saat kurasakan kepalaku seperti ditusuk duri-duri kecil, mencengkram menyakitkan.
Sampai tiba tiba kulihat seseorang berlutut membelakangiku. "Naik ke punggungku." Ujar orang itu, mataku terlalu rabun saat ini, penglihatanku seketika memburuk tak dapat mengenalinya. Aku mengerjapkan mataku dan melihat orang itu adalah Hayden yang berjongkok di tengah landasan.
Mengingat perkataannya tadi bahkan membuatku muak melihatnya, bersamaan dengan rasa sakit di hatiku. Bisa bisanya dia mengatakan padaku untuk tidak mencintainya setelah semua yang terjadi semalam, seharusnya dia tidak usah datang dan membuatku mengharapkan yang lebih darinya.
"Tidak." Ujarku ketus.
Kulihat Hayden mengeraskan rahangnya, lantas meraih tanganku dan menarikku keras hingga aku terhuyung kedepan dan jatuh tepat diatas punggungnya. Aku terdiam, tanganku mengepal erat menahan jantungku yang berdegup begitu cepat saat Hayden mulai merangkulkan tangannya diantara pahaku.
Hayden mulai berdiri dan berjalan kembali menuju jet pribadi miliknya. Aku berdecak sembari memutar mataku kesal. "Kau menyesal karena membuatku jatuh cinta padamu? Coba lihat apa yang sedang kau lakukan sekarang." Ujarku sinis yang tak digubris olehnya.
Aku kembali berdecak kesal. "Turunkan aku sekarang, aku bisa berjalan sendiri!" Aku berteriak frustasi, dengan semua masalah yang menimpaku bertubi-tubi ini, kupikir semuanya akan baik-baik saja, kupikir semuanya akan terasa sedikit lebih mudah jika pria yang saat ini menggendongku ada disampingku selalu. Tapi apa yang kudengar sungguh membuatku merasakan sakit, dia mengatakan bahwa dia menyesal telah bertemu denganku dan tidak seharusnya aku jatuh cinta padanya?
Dia mencintaiku namun dia mendorongku menjauh?
"Berpeganganlah padaku, aku tidak ingin kau jatuh saat aku menaiki anak tangga." Ujarnya datar yang membuatku kembali berdecak. "Kau tuli? Aku ingin kau menurunkanku sekarang."
"Aku akan menurunkanmku dikursi pesawat."
Kulihat di samping anak tangga seorang yang berpakaian kemeja putih dan celana jeans berwarna biru menghampiri kami. "Boss, aku sudah menyiapkan semuanya. Silahkan naik." Ujar pria itu kepada Hayden. Hayden mulai menaiki anak tangga dengan aku yang masih berada dipunggungnya. Aku mulai berpegangan pada bahunya.
Hayden meletakkanku perlahan di sebuah kursi, aku melihatnya pergi meninggalkanku untuk berbicara dengan anak buahnya yang menyapa kami di bawah tadi. Aku terdiam saat Daniel duduk disampingku, ada 4 kursi VVIP lainnya di satu ruangan kabin ini.
"Kita akan segera lepas landas." Ujar Hayden lantas duduk di kursi yang berada dihadapanku. "Apa tidak ada kursi lain yang bisa kau duduki?" tanyaku sarkastik.
KAMU SEDANG MEMBACA
QUEEN
Fiksi PenggemarQueen Alessandra Young adalah seorang cucu dari seorang Raja, gadis itu memiliki segalanya : - Kecantikan ; Queen memiliki paras yang sangat cantik bahkan mampu di sejajarkan dengan Model dan artis papan atas Hollywood. Kecantikannya mampu membuat p...