17 - I'm Watching You

464 27 1
                                    

-Hayden POV-

Aku pasti sudah kehilangan otakku, aku tidak bisa fokus dengan apa yang sedang kulakukan sedari tadi. Bahkan disaat aku bersama dengan Anna, aku tetap tidak bisa fokus... dan gadis bangsawan itu selalu merasuki pikiranku. "Ini, heii!! Hayden!!" ujar sebuah suara melengking yang membuyarkan lamunanku. Astaga suara gadis ini benar-benar memekakkan telinga. "Terima kasih." Aku mengambil sebuah minuman kopi dengan ice cream vanilla diatasnya.

Di malam minggu ini aku mengajak Anna untuk pergi berkencan denganku, sejujurnya aku tidak berharap banyak dia akan mengabulkan permintaanku, mengingat apa yang dikatakannya pagi tadi. Mungkin juga dia tidak bisa menolak permintaanku karena tidak enak hati, bagaimanapun juga keluarganya berhutang banyak padaku walaupun aku tidak pernah menganggap pemberianku untuknya adalah piutang.

"Kau terlihat tidak fokus, apa ada yang menganggu pikiranmu belakangan ini?" tanya gadis itu saat kita mulai berjalan menelusuri lorong pusat perbelanjaan di tengah kota Los Angeles. Sejujurnya pikiranku terbagi dua sekarang, antara kenyataan bahwa mungkin Anna adalah salah satu korban di pembajakan pesawat yang kulakukan dan kemungkinan bahwa targetku bergeser dari Anna kepada seorang gadis bangsawan itu. "Ya, sedikit."

Kulihat Anna mendongak menatapku yang jauh lebih tinggi darinya, gadis ini sangat pendek tidak sampai sebahuku. Aku meminum capucinno float yang diberikannya. "Ceritakan padaku mungkin aku bisa membantumu." Ujarnya.

Sontak aku berhenti melangkah, Anna terdiam dan ikut berhenti melangkah menatapku dengan serius saat melihat wajahku. "Anna..." ujarku menunduk menatapnya. Mata biru gadis itu menatapku lurus-lurus. "Ya Hayden?"

"Aku dengar dari seseorang kau pernah mengalami kecelakaan pesawat, kenapa kau tidak bilang padaku?" tanyaku serius padanya. Dia terlihat menelan air liurnya susah payah. "A-apa maksudmu? Aku tidak mengerti."

"Katakan padaku Anna... British Airlines tujuan Dubai? Kau berada di pesawat itu?" tanyaku tercekat. "Ah, bagaimana kau bisa tahu itu? Sial. Siapa orang yang mengatakannya padamu?" ujar gadis itu dengan senyum terpaksa dan tawa kaku, berusaha untuk menghindari pertanyaanku.

"Anastasia! Jawab aku!!" pekikku dengan tegas dengan tatapan marah yang tak bisa ku kendalikan. Anna terhenyak sebentar, namun detik berikutnya dia bisa menenangkan dirinya aku tahu Anna adalah gadis yang sudah sangat mengenalku, dia tahu sikapku, dia tahu sifat tempramenku, seakan dia sudah terbiasa dengan itu. "Ekm ya, aku berada dipesawat itu, aku pergi ke Dubai untuk mempelajari riset terbaru dunia kedokteran. Tapi karena terjadi insiden itu... semuanya tidak berjalan sesuai rencanaku."

"Kenapa? Kenapa kau tidak mengatakan padaku kau ingin pergi ke Dubai?" tanyaku menyudutkannya. Sial, bodohnya aku tidak menyadari gadisku berada di pesawat itu. Bodohnya aku hanya fokus dengan mangsa VVIP tanpa mengecek seluruh penumpang. Sialnya, menyembunyikan gadisku dari anggota gangster yang kupimpin membuat mereka tidak menyadari bahwa gadisku telah menjadi korban. Korban kejahatanku.

Anna mungkin tidak menyadarinya, ya, dia tidak akan pernah mengetahuinya. Dia tidak akan mengetahui bahwa aku seseorang yang sangat mengerikan, berhati dingin. Aku tidak ingin dia mengetahui diriku yang sebenarnya, atau aku akan kehilangannya. "Jika aku mengatakannya padamu, aku tahu jelas apa yang akan kau lakukan. Kau akan membiayai seluruh perjalananku, bahkan aku yakin kau akan menemaniku. Sama seperti apa yang pernah kau lakukan sebelumnya."

Aku tersenyum kecut. "Apa itu berarti kau tidak suka jika aku melakukan semua itu untukmu?" tanyaku. Kedua mata Anna membulat, detik berikutnya dia menggeleng lemah. "Tidak, aku tidak suka itu."

Sontak alisku bertaut mendengar jawabannya. "A-apa?" tanyaku tercekat. Rasanya sangat sakit, kecewa, seperti ada sebuah tombak yang menembus dadaku. Setelah semua yang kulakukan untuknya sampai kapanpun perasaannya tidak akan pernah menjadi milikku betapapun aku telah mengatakan padanya bahwa dia adalah milikku. "Sudah cukup dengan semua yang pernah kau berikan untukku. Semuanya terlalu banyak, aku tidak tahu bagaimana cara untuk mengembalikannya..." kini suaranya terdengar lirih.

"Apa kau tau kenapa aku melakukan itu padamu Anna?" tanyaku menatap kedua mata birunya. Dia membalas tatapan mataku. "Karena aku menyukaimu. Aku suka bagaimana caramu menjalani hidupmu yang sulit saat pertama kali kita bertemu. Kau membantu ibumu berjualan roti di tepi jalan. Kau tersenyum begitu lebarnya menyodorkan sebuah roti kepada pejalan kaki yang lewat. Kau tetap tersenyum meskipun mereka menolaknya mentah-mentah." Ujarku panjang lebar yang membuat Anna terdiam tanpa kata.

"Hayden..." Anna menyebut lirih namaku tanpa berhenti menatapku lembut. "Aku sudah menganggapmu seperti kakakku sendiri. Lagi pula aku yakin apa yang kau rasakan terhadapku sekarang bukanlah cinta."

Aku menaikan salah satu alisku tak percaya setelah apa yang pernah kulakukan untuknya, bisa-bisanya dia berkata seperti itu. "Aku akan berusaha sekuat tenagaku, aku akan mengembalikan semua yang pernah kau berikan untukku dan keluargaku."

Sontak senyuman miring tertarik di bibirku, selama ini yang dia katakan padaku adalah dia akan membayar semua hutangnya. Entah sudah berapa puluh kali Anna mengucapkannya. "Baiklah terserah padamu! Kembalikan seluruh yang pernah kuberikan dengan bunga seratus persen! Kau puas!!" pekikku padanya lantas berbalik dan berjalan meninggalkannya, namun yang kulihat berikutnya benar-benar membuat jantungku seakan naik ke tenggorokanku.

Gadis itu. Gadis bangsawan itu, tengah tertawa lebar dengan seorang pria di sebelahnya. Bukan, dia bukan bodyguardnya. "Mario!" pekik suara seorang gadis dari belakangku. "Anna?" Pria yang bersama puteri Inggris itu terhenyak melihat Anna yang berjalan lambat mendekat.

Sampai kemudian mataku dan mata gadis berambut pirang itu bertemu, mata biru langitnya membulat terkejut. Senyum yang semula terbentuk di bibirnya saat bersenda gurau dengan pria disampingnya itu sontak menghilang saat melihatku. "Kau menolak untuk menemaniku keluar, tapi kau justru pergi bersama dengannya?" Anna berjalan melewatiku menghampiri mereka yang sama terkejutnya denganku sekarang.

Astaga, apa Los Angeles hanya sekecil biji jagung? Kenapa aku bisa sampai bertemu dengannya? Dari puluhan Mall yang ada dikota ini, ratusan restoran, kenapa harus disini?

"Anna, aku bisa menjelaskannya!" Pria berbadan kurus itu terlihat benar-benar tak menyangka akan bertemu dengan Anna disini dan entah kenapa kulihat Anna benar-benar kecewa melihat pria itu bersama gadis lain. Anna berjalan pergi dengan kecewa namun pria itu tidak mengejarnya. "Hai." Ujarku sok ramah pada gadis yang baru kucumbu siang tadi itu.

"Siapa kau? Kenapa kau bisa bersama dengannya?" tanya pria kurus itu. Aku melirik ke arahnya acuh tak acuh. "Itu bukan urusanmu, siapapun aku, apa hubunganku dengannya, itu bukan urusanmu." Ujarku tak tertarik dengan wajah datar.

"Ck..." Dia berdecak sinis. "Queen, kau kenal dengannya?" tanyanya pada gadis itu yang masih terdiam membatu menatapku. Aku melangkah mendekat kearah gadis berambut pirang itu, dia terdiam tak berkutik saat aku berjalan mendekat kearahnya. Entah kenapa, hanya sekali melihat ekspresi pria itu saat aku mendekati Puteri Inggris ini, dia terlihat benar-benar cemburu. Pria kurus itu menyukai gadis ini. Pria kurus yang membuat Anna kecewa dan marah, namun dia mengenal dekat dengan sang puteri Inggris. Interesting.

"Sepertinya kita berjodoh, kita sering bertemu di tempat yang tak pernah kukira sebelumnya..." ujarku padanya dengan senyuman miring. Dia terdiam, namun matanya tak berhenti menatapku. Aku mendekatkan wajahku ke wajahnya lantas berbisik di telinganya. "Ingat. Jangan katakan pada siapapun orang di dunia ini aku adalah dalang dari kejadian itu. I'm watching you." Bisikku dingin ditelinganya.

Aku kembali menarik wajahku menjauh dan melihat ekspresi wajahnya yang sedikit memucat. Aku tersenyum lebar menatap gadis itu. "Kau terlihat cantik dimanapun kau berada, baiklah aku harus pergi. Teman kencanku pergi begitu saja, aku harus mengejarnya. Bye." Aku pun berlalu pergi meninggalkan mereka dan segera menyusul Anna yang entah pergi berlari kemana.

to be continued...

Seminggu penuh baru dilanjut nih. Hoho. Complicated banget ga sih ni ceritaa, Daniel cinta Queen, Queen cinta Hayden, Hayden cinta Anna, Anna cinta Mario, Mario pun cinta sama Queen.

Oia penggemar sinetron Hollywood pasti ga asing sama cast yang jadi Mario disini. Sapa lagi kalo bukan si ganteng Barry Allen, The Flash. Hohoho. Okesip ga nyambung lah. See you on next chapter, jangan lupa dikomen. Kalo ga ada yang komen ga dilanjot! Wkwk

QUEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang