"Kalau emang lo mau putus, gue bisa apa? Gue sayang sama lo. Banget. Tapi gue hargain keputusan lo. Seenggaknya kita masih sahabatan, 'kan? Jangan jauhin gue. Anggep aja hubungan ini gak pernah ada. Gue tetep sahabat lo."
••••
Rabu, 21 Maret 2015
Hari-hari berlalu seperti biasa, Aurel mulai merasa nyaman dengan sekolah barunya, dan makin dekat dengan Anya dan Reni. Aldo pun mulai biasa saja saat melihat Aurel, begitupun sebaliknya.Tidak terasa sudah hampir 2 minggu Aurel pindah ke SMA Brawijaya. Dia mulai merasa kerasan di sekolah ini.
Dan mengenai Andika? Seperti katanya waktu itu, kepulangannya ditunda dan sampai sekarang dia belum memberikan kabar lagi untuk Aurel. Bahkan, itu saat terakhir kali mereka berkomunikasi.
Karena Aurel masih baper, maka Aurel pun enggan menghubunginya terlebih dahulu.
"Gue denger, bulan depan SMA kita bakal tanding basket sama SMA Bivatara 2. Mati aja udah. Itu jago-jago banget anjir!" Kata Devin, ketua kelas XI MIPA 3 saat sedang pelajaran kosong.
Aurel yang sedang melamun mendengar ucapan Devin.
"Bivatara? Gue baru denger masa," Kata Aurel.
"Yah, lo anak baru sih. Asli dah itu sekolah mancay banget basketnya! Putra putri sama aja jagonya, gak ngerti gue. Gue kasihan sama Aldo, periode ini 'kan dia yang jadi kapten basket." Kata Devin sambil mencatat catatan biologi di papan tulis.
Kapten basket? Aldo? Boleh juga.
"Gue yakin Aldo bisa ngatasin." Kata Aurel tanpa sadar.
Tanpa sadar juga, perkataan Aurel didengar seluruh anak kelas, "Aih, udah yakin-yakin aja, Rel. Ntar dicium lagi, nangis, baper, ngomel." Ucap salah satu anak kelasnya.
"Yah Anya cemburu! Tabok, Nya, Tabok." Kata anak lainnya mengompori.
Yang dikompori hanya diam tak peduli, Anya mengerti kenapa Aurel bicara seperti itu. Siapa yang bisa ngeraguin Aldo? Sekali kedip juga yang lain pasti tau skill yang Aldo punya.
"Eh anjir! Sumpah gue gak sadar ngomong gitu. Sumpah!" Kata Aurel panik. Bego lo Rel, bego.
"Yailuy sampe ngomong sumpahnya dua kali gitu. Takut ke gap lagi lamunin Aldo ya?" Kata Devin ikut mengompori.
"Tau ah. Bacot lu, Vin!"
"Oh, baper nih baper. Gak asik lu. Baperan."
"Bodo amat anjir. REN! Temenin ke kamar mandi kuy." Ajak Aurel ke Reni. Sebenarnya itu hanya alibi karena Aurel gak tahan di ledek seperti itu.
Reni yang dari tadi hanya mendengarkan mulai beranjak dari kursinya dan keluar kelas.
"Ren, gue baru tahu masa kalo Aldo itu anak basket. Gue kira karate doang." Kata Aurel.
"Dari tinggi badan juga udah ketauan kali dia anak basket."
"Iya sih. Keren juga ya, udah anak basket, karate lagi. Coba gak bandel, gue--"
"Gue apa? Hm?" Kata seseorang menginterupsi.
Aurel sempat kaget, namun berusaha menutupinya, "Ngapain lo disini?" Tanyanya sewot.
"Dih selo aja dong. 'Kan gue cuma nanya," kata seseorang itu yang ternyata Aldo.
Selagi Aldo dan Aurel beradu mulut, Reni dan Rion mengobrol dan tanpa sadar meninggalkan Aurel dan Aldo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sixteen [Selesai]
Teen FictionGue, siswi baru di SMA Brawijaya yang gak kenal siapapun, tiba-tiba ditarik sama cowok ganteng yang sayangnya nyebelin dan dia cium gue di tengah lapangan. Bayangin dia CIUM GUE. -Aurelia Isabella Friz Gue, cowok ganteng di SMA Brawijaya yang sayang...