XXXII

67.4K 2.8K 310
                                    

AUREL

Aku benci mengatakan ini, tapi aku merasa membutuhkan Andika sekarang.

Ya, aku tahu pasti ini akan terdengar egois. Dulu aku yang menjauhinya hingga kami tak beda jauh dengan orang asing.

Hal yang membuatku membutuhkannya adalah karena aku tidak tahu ingin berbicara dengan siapa. Seperti tak akan ada seorang pun yang mengerti kecuali dia.

Tapi aku takut.

Takut jika Andika bukan seperti dulu.

Aku tak buta saat melihat perhatiannya pada Salsa. Mereka cocok dan aku mengakuinya.

Tapi untuk sekarang saja, aku benar-benar membutuhkannya.

Aurel: Dik? Lo ada waktu gak?

Send.

Sepertinya Dewi Fortuna sedang berada dipihakku, karena tak lama cowok itu membalas pesanku.

Andika: Kenapa?

Aurel: Gue mau ketemu lo. Bisa gak?

Dia berbeda. Tak tergapai. Dingin. Dan aku benci itu. Tapi itu semua salahku, jadi aku pantas menerimanya.

Andika's calling...

Aku terkejut saat melihat panggilan masuk dari Andika. Dengan buru-buru aku pun mengangkatnya.

"Halo,"

"Kenapa?"

"Gue mau ketemu sama lo."

"Gue kira lo lupa sama gue."

"Enggak, Dik. Gue gak mungkin lupa sama lo."

"Jadi, lo hubungin gue kalau ada butuhnya doang?"

"Gak gitu, Dika."

"Ya terus apa? Lo gak mungkin hubungin gue kalau gak butuh. Dari dulu juga gitu 'kan?"

"Dika..."

"Sorry, gue kebawa suasana."

"Bisa 'kan kita ketemuan?"

"Gue gak tahu. Gue takut cewek gue marah."

"Cewek lo? Salsa? Kalian jadian?"

"Kenapa? Lo pikir lo doang yang bisa jadian sama orang lain?"

"Lo kenapa jadi sensi gini sih sama gue?"

"Gue gak sensi."

"Iya, lo sensi sama gue."

"Terserah."

"Nyesel gue hubungin lo!"

Aku menutup teleponnya dengan kasar. Kenapa sih dia gak pernah berubah? Selalu mengungkit yang lalu-lalu. Itu malah membuatku merasa makin bersalah.

Andika baik. Gak seharusnya dia menyukai orang sepertiku.

Andika's calling...

"Kenapa? Lo mau marah sama gue?"

"Gue gak pernah bisa marah sama lo, Rel. Dan lo tahu itu."

Kata-katanya membuatku sadar, bahwa dia masih menyukaiku.

"Lo kenapa, Dik?"

"Kenapa apanya?"

"Kenapa lo selalu bahas yang dulu-dulu? Kenapa selalu ngebawa-bawa kita? Kita yang dulu udah gak ada. Lo harus terima itu."

Sixteen [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang