XV

93K 3.5K 353
                                    

Anya left the group.

  
Saat Aurel baru membuka ponselnya, dia melihat Anya sudah left dari grup. Perasaannya mengatakan kalau semua ini karena Aurel yang menerima Aldo menjadi pacarnya. Entah kenapa, perasaan bersalah merayap dihatinya.

Aurel memutuskan untuk mengundang Anya kembali. Namun, beberapa saat kemudian, Reni langsung membatalkan undangan itu.

Aurel mengernyitkan dahinya, lalu memutuskan untuk bertanya kepada Reni.

Aurel: Kok di cancel?
Tanpa menunggu lama Reni membalasnya, dan balasannya mengejutkan Aurel.

Reni: Dia gak bakal join kalo masih ada lo, jadi percuma.

Sepertinya, hubungannya dengan Aldo telah mengancam pertemanan mereka. Memangnya apa salahnya sih kalau dia pacaran sama Aldo?

Aurel: Gara-gara gue sama Aldo ya?

Reni: Kalau lo peka sih harusnya lo tahu, tapi ya gue gak bisa nyalahin lo ataupun Anya.

Aurel: Salah ya gue jadian sama Aldo?

Reni: Enggak, tapi menurut Anya, mungkin iya.

Aurel memutuskan untuk mengabaikannya. Kenapa ada saja orang yang tidak suka dengan kebahagiannya. Entah kenapa dia ingin sekali curhat ke Andika dan meluapkan semua tentang suasana hatinya.

Aurel: Dikkkk, jalan yukkk!

Tanpa menunggu lama, Andika membalasnya.

Andika: Gak bisa. Gue lagi jalan sama Salsa.

Lagi-lagi Aurel harus menelan pil pahit. Hanya perasaannya, atau semua temannya menjauhinya?

Aurel: Kalau besok bisa gakkkk? Gue mau cerita banyak soalnya.

Andika: Gak tau, Rel. Liat sikon ya.

Aurel: Lo marah ya sama gue?

Andika: Gak, Rel. Selo.

Entah kenapa, sangat janggal melihat Andika mengirim pesan padanya tanpa embel-embel 'pumpkin'. Ya, Aurel sadar bahwa awalnya memang dia yang melarang Andika untuk memanggilnya seperti itu. Namun Andika bukan tipe orang yang akan menyerah.

Oh.

Tidak.

Dia menyerah? Batin Aurel dalam hati.

Aurel: Maafin gue, Dik.

Hanya itu yang bisa disampaikan oleh Aurel saat ini. Entah kenapa dia merasa bahwa semua-hampir- temannya tidak menyukai dia berpacaran dengan Aldo.

Andika: Gak ada satupun dari hal ini yang salah lo.

Cukup sudah! Siapapun boleh menjauhinya, memusuhinya, bahkan membencinya, asal bukan Andika. Aurel tidak bisa!

Aurel memutuskan untuk menghubungi Andika. Namun, hingga dering terakhir tidak ada jawaban darinya. Begitupun panggilan berikutnya dan berikutnya.

Andika: Jangan telepon gue!

Masa bodo! Kalau sampe itu anak gak angkat telepon aku, aku samperin ke rumahnya! Batin Aurel dalam hati.

Aurel masih bersikukuh menghubungi Dika. Hingga panggilan kesekian kalinya, Andika menyerah dan memutuskan menjawab panggilan dari Aurel.

Sixteen [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang