XXIX

67.8K 2.6K 201
                                    

"Ya, gimana tadi penampilan dari kelas XI IPA 4? Keren gaaaak?" Teriak salah satu MC diatas panggung. MC yang lain pun menyahuti, "keren lah kak, dramanya itu benar-benar menyentuh hati." Ucapnya sambil mendramatisir memegang dadanya.

Anak-anak ada yang bereaksi dengan tertawa, ada juga yang tidak memperhatikan dan memainkan ponsel masing-masing, dan ada juga sekumpulan cowok-cowok tongkrongan yang berada di sisi lapangan meneriaki "gak jelas lo!", "jayus woy jayus!", dan kalimat yang sebenarnya sangat menyurutkan semangat MC yang juga merupakan siswa SMA Brawijaya.

"Yaudah nih, gak usah buang-buang waktu, sekarang kita sambut penampilan dari kelas 12 IPA 6!" Ucap MC sambil menyambut kelas 12 IPA 6 yang menampilkan Stand Up Comedy.

Sementara dikelas, anak-anak XI IPA 2 mulai menyiapkan penampilannya-penampilan Aldo sebenarnya-.

"Do, lo sama siapa tampilnya? Mau solo aja?" Tanya salah satu anak kelasnya. Aldo yang sedang mengatur senar gitarnya pun mengalihkan pandangannya, "siapa aja sabeb sih gue, tapi gue gak mau solo soalnya gue gak bisa nyanyi."

Kelasnya akan tampil setelah ini, dan mereka masih belum tahu siapa yang akan menampilkan nyanyiannya bersama Aldo. Aldo masih mengatur gitarnya hingga dia teringat sesuatu, "kalau tampilnya bareng kelas lain, bakal kena punishment gitu gak?" 

Yang lain terdiam tidak menyahuti.

"Emang lo mau tampil sama siapa, Do?"

"Ada deh."

Aldo tersenyum tertahan, lalu pergi meninggalkan kelas dan menemui seseorang.

Saat dikelas XI IPA 6, Aldo melongokkan kepalanya kedalam dan menanyakan sebuah nama, "ada Bila, gak?"

Bila yang sedang tertawa bersama Dona dan dua temannya pun serentak menolehkan kepalanya di depan pintu kelas. Bila terkejut saat Aldo yang berada didepan kelas mencarinya. Sesuatu yang tidak pernah dia pikirkan sebelumnya. Saking terkejutnya, Bila lupa bahwa Dona sedang menatapnya dengan pandangan tak terbaca.

Ia langsung menuju depan kelas dan menemui Aldo.

"Kenapa?" Ucapnya dengan kebingungan yang kentara.

Sontak Aldo tersenyum, "bantuin gue, plis."

"Bantuin apa?"

"Nyanyi bareng gue di panggung,"

Bila membulatkan matanya tak percaya. Seingatnya, hubungannya dengan Aldo belum sampai sedekat itu untuk bisa membantu Aldo segitu besarnya.

"Gak!" Teriak Bila tanpa sadar. Aldo sempat terkejut dengan teriakan Bila. "Plis, Bil. Gue gak ada temen."

"Gak. Gue gak mau. Suara gue jelek, Do!"

"Bagus kok, bagus. Sumpah bagus banget gak boong gue."

"Kenapa gak minta cewek lo aja?"

Aldo terdiam sesaat. Benar juga. Kenapa dia gak minta Aurel saja untuk menemaninya? Kenapa malah Bila?

"Tapi gue maunya lo." Ucapnya tanpa pikir panjang.

Bila tak tahu harus bereaksi seperti apa. Haruskah dia senang atau sedih? Senang karena Aldo mengingat dia, atau sedih karena dia hanya dicari saat Aldo butuh.

Ah, emang gue siapanya dia? Ya iyalah gue dicari kalo lagi dibutuhin doang. Batin Bila kecewa.

"Gak mau. Gue gak bisa."

"Gak mau apa gak bisa nih? Konsisten dong."

Bila mendengus kasar, "gak mau dan gak bisa."

"Plis, Bil. Plis."

Sixteen [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang