VIII

136K 5.1K 62
                                    

ANDIKA

"Ma, aku gak mau tahu. Kita pindah minggu depan." Kata gue mantap.

"Mama 'kan udah bilang kalau kita gak bisa pindah dalam waktu dekat. Kamu kenapa ngebet banget sih?" Tanya mama kepo.

"Ma, please."

"No! Kasih mama alasan yang jelas dulu."

Astaga! Untung sayang, "Aurel."

"Hm. Pantesan. Kangen ya?" Katanya lagi sambil ngegodain gue. Ah! Bisa gak sih tinggal jawab, oke kita pulang minggu depan. Ribet banget.

"Ma..."

"Kamu itu, mbok ya jadi anak jangan lempeng gitu mukanya, mana ada cewek yang mau kalau kaya gitu?"

"Ya Allah ma... ini penting banget menyangkut hati aku, please..." kata gue masih memohon.

Mama masih gak respon. Astaga! Yaudah lah mending gue ke kamar.

Pas gue mau naik tangga, mama udah ada di depan gue sambil ngelipet tangan di dada. Gitu lah pokoknya!

"Bagus ya sekarang. Udah berani ngelawan orang tua cuma gara-gara cewek. Bagus!"

Gue menghela nafas, "salah aku apa lagi, ma?"

"Mama belum selesai ngomong kamu main pergi aja!"

Mama ngomong? Perasaan gue gak denger apa-apa, "Mama ngomong apa emang?"

Gue lihat mama kayak nahan emosi gitu. Sabar-sabar aja punya anak kaya gue.

"Ih! Tadi mama manggil kamu tapi kamu malah jalan terus! Sebel ah mama."

Kayaknya gara-gara kebanyakan mikir gue jadi gak fokus dah. "Maaf deh, tadi mama mau ngomong apa?"

Mama menghela nafas sebentar, "kita gak bisa pindah minggu depan. Tapi..." seketika senyum mama merekah, "kita bisa urus kepindahan kita 10 hari dari sekarang. Gimana? Seneng 'kan? Bilang apa dulu sama mama?"

What the? 10 hari? Gak kelamaan? Eh tapi...

"Ma, serius 'kan?" Tanya gue menyelidik.

"Mama gak pernah main-main sama masalah hati, apalagi hati anak mama yang paling ganteng ini." Kata mama sambil mengelus pipi gue lembut. Mama tahu semua tentang Aurel dan gue. Dan pasti mama ngerti. Pasti.

Ya gak apa-apa lah, 10 hari pasti bakal kerasa cepet kalau buat ketemu dia.

Lalu gue meraih dan memeluk mama, "Ma, love you so much. Aku beruntung punya mama." Kata gue sambil tersenyum lebar, yang sangat jarang gue tunjukkin ke orang lain kecuali nyokap bokap.

"Akhirnya kamu senyum juga. Kaya gini kek ke cewek-cewek, biar pada nemplok." Kata mama sambil tertawa.

"Ma, jangan lagi."

"Oke, oke. Sana istirahat aja. Kalau bisa barang-barang yang penting kamu siapin dulu semua biar pas hari-H gak ribet. Dan jangan lupa, don't tell her about it. Shh..." kata mama sambil menaruh jari telunjuk di depan bibirnya. Gue pun mengangguk sambil tersenyum kecil dan langsung menuju kamar.

Sebenernya gue gak sabar buat kasih tahu Aurel. Pasti dia seneng banget. Akhirnya karena gue gak tahan, gue nelpon dia. Tapi selalu mailbox. Kebiasaan kalo baper.

Yaudah biarin aja. Biar jadi surprise aja buat dia. Gue udah gak sabar buat ketemu dia. Semoga dia gak kaget ngeliat gue yang sekarang.

••••

Sixteen [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang