ALDO
Pas sampe rumah, gue langsung parkirin motor gue di garasi dan naik ke lantai dua, tepatnya kamar gue. Tapi saat gue mau tutup pintu, gue dengar suara guci pecah. Sontak gue langsung ke lantai bawah.
"Kamu gak becus ngurus anak!"
"Kamu yang gak becus. Kamu itu ibunya, harusnya kamu yang ngontrol anak-anak dirumah!"
"Kamu juga ayahnya, harusnya jangan cuma aku doang yang kontrol mereka. Kamu pikir aku gak kerja?!"
"Gara-gara kamu gak becus jadi ibu, Arinda hamil! Ibu gak guna!" Setelah itu bokap gue melayangkan tangannya ke muka nyokap gue. Hampir.
Dengan cepat gue menginterupsi mereka. "CUKUP! KALIAN PIKIR KALIAN PANTES JADI ORANGTUA GUE, KAK GITA, SAMA ARINDA? LO BERDUA ITU SAMA-SAMA GAK GUNA!" Setelah itu gue langsung lari ke kamar Arinda.
Arinda hamil.
Arinda hamil.
Arinda hamil.
"SHIT!"
Gue langsung mengetuk pintu kamar Arinda.
"ARINDA! BUKA PINTUNYA, ATAU GUE DOBRAK!" Gak ada jawaban dari dalam, seketika gue panik. Dia ngapain anjir di dalem?
"ARINDA! GUE HITUNG SAMPAI TIGA, ATAU GUE HANCURIN PINTU KAMAR LO!"
Masih belum ada jawaban dari dalam. Gue menghela nafas panjang.
"SATU..."
"DUA..."
Masih belum ada jawaban.
"TI...--"
KLIK!
Dengan cepat gue langsung menerobos masuk ke dalam kamar Rinda. Dan gue lihat kamar dia sangat amat hancur berantakan. Dan dia cuma nangis di atas tempat tidur.
"Jawab gue, siapa cowok brengsek itu? JAWAB!" Teriak gue penuh emosi. Berani-beraninya dia!
"G--gue ga--gak ma--u hiks jawa--jawab hiks.."
"Pilih mana lo kasitau orangnya, atau besok gue obrak-abrik sekolah lo."
"Plis bang, jangan. Gue takut bang. Gue takut." Kata dia gemetaran.
"Lo gak punya otak atau gimana? Hah?! Masih kelas 9 lo udah hamil. Lo mau jadi apa kalau udah gede? Lo mikir harusnya. Mikir!"
"GUE BERUSAHA CARI PERHATIAN DARI KALIAN SEMUA, TAPI GAK ADA YANG PEDULI SAMA GUE! SALAH GUE CARI PERHATIAN KE ORANG LAIN?! HAH?! JAWAB BANG JAWAB!" Dia nangis. Dan gue gak bisa ngeliat dia nangis. Tapi dia bilang apa? Gak ada yang peduli?
"CARA LO MINTA PERHATIAN YANG SALAH. GUE CARE SAMA LO! LO YANG TERLALU ASIK SAMA DIRI LO SENDIRI. LO PIKIR SIAPA YANG SELIMUTIN LO TIAP MALEM? SIAPA YANG NGERJAIN PR LO PAS LO UDAH KECAPEKAN? SIAPA YANG BELIIN OBAT LO PAS LO SAKIT? TERUS SIAPA YANG AMBILIN RAPORT LO SAAT 'MEREKA' BAHKAN GAK PEDULI SAMA KITA? SEKARANG LO BISA GAK JAWAB GUE?!"
Gue menghela nafas, "bahkan, meskipun gue kakak lo yang paling bego, gue masih tetap peduli sama lo. Dan lo masih gak bisa lihat itu? GUE SAYANG SAMA LO RIN!"
Arinda cuma diam gak jawab pertanyaan gue. Gue gak bisa marah kayak gini sama dia. Gue sayang sama dia.
"Bang..."
Gue hanya melirik ke arahnya. Dia balas melihat ke arah gue.
"Rasanya gue mau mati, bang. Capek gue kayak gini terus." Setelah itu dia tertidur di atas tempat tidurnya yang berantakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sixteen [Selesai]
Ficção AdolescenteGue, siswi baru di SMA Brawijaya yang gak kenal siapapun, tiba-tiba ditarik sama cowok ganteng yang sayangnya nyebelin dan dia cium gue di tengah lapangan. Bayangin dia CIUM GUE. -Aurelia Isabella Friz Gue, cowok ganteng di SMA Brawijaya yang sayang...