"Makasih, Dik." Ucap Aurel saat sudah sampai dirumah.
Andika mengernyitkan dahinya bingung, "makasih buat apa?"
"Buat semuanya."
"Gak usah bilang makasih buat hal yang emang udah jadi kewajiban gue. Gue seneng ngelakuinnya buat lo."
Aurel tersenyum hangat, "yaudah iya, iya. Hati-hati ya, sampein salam gue buat nyokap bokap lo."
"Oh jadi gue diusir?"
"Gak gitu. Ini 'kan udah malem terus lagi marak begal sama gangster, gue takutnya lo kenapa-napa."
"Rumah gue cuma beda berapa gang doang kalo lo lupa."
"Ya tapi 'kan tetep aja, serem tahu!"
"Yaudah iya. Gue balik ya."
Aurel tersenyum pelan, "oke. Hati-hati."
Setelah memastikan motor Andika menghilang dari rumahnya, Aurel pun masuk kedalam rumah. Disana terdapat mama dan papanya sedang asyik menonton televisi berdua sambil berangkulan.
"Assalamu'alaikum."
Mereka berdua pun menoleh bersamaan.
"Wa'alaikumsalam. Eh udah pulang, nak?"
Aurel pun mendekat dan mencium tangan kedua orangtuanya. "Iya udah ma."
Mamanya mengerutkan dahinya saat menyadari mata Aurel yang sembab. Setelah itu, tanpa bertanya lebih jauh sang mama mengusap mata Aurel pelan.
"Mama gak tahu siapa yang bikin kamu nangis sampe sembab gini matanya. Tapi, kalau kamu ada masalah apapun, mama siap kok dengerin dari pagi sampe pagi." Aurel yang mendengarnya pun tanpa ba-bi-bu langsung memeluk mamanya erat. Tanpa sadar air matanya mengalir kembali. Aurel sudah bodoh karena merasa bahwa dia tidak akan merasa bahagia bila tidak ada Aldo disampingnya. Padahal kebahagiannya sudah ada didepan mata.
"Iya ma. Yaudah aku ke kamar dulu, ya?" Setelah dibalas dengan anggukan, Aurel pun langsung menuju ke kamarnya.
"Oh iya, tadi pacar kamu ke rumah. Padahal mama kira tadi kamu perginya sama dia." Aurel membeku ditempat. Mamanya memang belum mengetahui bahwa dia sudah putus dari Aldo. Untuk apa cowok sialan itu kesini?
"Dia bilang apa ma?"
"Enggak bilang apa-apa sih, cuma katanya kalo kamu udah sampe rumah, kamu disuruh telepon dia. Kalian berantem ya?"
Tanpa merespon ucapan mama, Aurel langsung masuk ke kamar dan mengaktifkan ponselnya.
Dan benar saja, sudah ada 10 panggilan tak terjawab dari Aldo, dan beberapa pesan tentunya.
Aldo: kalo lo baca ini plis telepon gue.
Aldo: atau chat gue.
Aldo: gue mau ngomong sesuatu.
Aldo: penting.
"Lo pikir gue peduli?"
Tanpa membalas pesan itu, Aurel melempar ponselnya ke kasur dan bergegas menuju kamar mandi. Disana, dia memikirkan semuanya. Benar-benar semuanya.
Tentang kehidupan sekolahnya menjadi anak pindahan, kejadian mengejutkan yang membawanya kepada Aldo, bagaimana masalahnya dengan Andika, hingga hubungan mereka yang renggang karena Bila.
Renggang apanya? Udah hancur. Batinnya sambil menertawai diri sendiri.
Aurel sama sekali tidak menyangka bahwa kehidupannya akan benar-benar berubah seperti sekarang. Saat disekolahnya yang lama, dia bisa terbilang 'kasat mata' karena tidak ada satu orang pun yang mengenalnya. Tapi disini? Hanya karena satu cowok bisa menjungkir balikkan hidupnya. Luar biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sixteen [Selesai]
Novela JuvenilGue, siswi baru di SMA Brawijaya yang gak kenal siapapun, tiba-tiba ditarik sama cowok ganteng yang sayangnya nyebelin dan dia cium gue di tengah lapangan. Bayangin dia CIUM GUE. -Aurelia Isabella Friz Gue, cowok ganteng di SMA Brawijaya yang sayang...