XXXIV

66.5K 2.7K 283
                                    

"Gue putus gara-gara lo."

Bila sangat amat terkejut dengan pengakuan Aldo seperti itu. Terlebih lagi cara dia menyampaikannya seolah hal itu sangat sepele. Tidak ada ekspresi marah, kesal, apalagi tertekan. Benar-benar seperti Aldo biasanya.

"Kenapa gue? Lo gak tahu kalo semua orang disekolah ini nganggep gue PHO?" Tanya Bila menggebu-gebu.

Kantin yang lumayan sepi dan suasana yang sunyi semakin mendukung perasaan Bila yang tak menentu. Entah dia harus merasa kesal, ataukah senang karena bisa lebih dekat dengan cowok yang disukainya?

"Sekarang gue tanya sama lo. Lo ngerasa gak kalo lo itu PHO?"

Bila menggeleng pelan. Dia memang tidak merasa menjadi perusak hubungan Aldo dan Aurel, tapi Bila merasa perasaannya yang salah karena menyukai seseorang yang sudah mempunyai pacar.

"Yaudah. Selesai. Lo gak harus ngerasa kayak gitu kalo kenyataannya berbanding terbalik," ucap Aldo dengan senyum seperti biasanya. "Lagian, gue duluan kok yang deketin lo. Jadi, selo aja." Lanjutnya lagi dengan senyum yang semakin merekah.

Dia ngomong apa barusan? Apa? Gue gak salah denger 'kan ini? Sumpah demi apa? Batinnya menjerit. Bila tidak menyangka bahwa dari sekian ratus ribu kosa kata yang bisa Aldo gunakan, Aldo malah memilih kata-kata yang membuatnya semakin menyukainya. Padahal rencananya setelah dia membicarakan hal ini dengan Aldo, dia akan membulatkan tekad untuk move on. Karena suka dengan seorang bajingan dan pemain perempuan macam Aldo akan semakin membuatnya sakit.

Tapi persetan lah dengan bajingan dan lainnya, toh Aldo memang sudah mempunyai image seperti itu sejak lama. Dan bagaimanapun juga, Bila sangat menyukai Aldo. Meskipun ada 1001 alasan dia bisa meninggalkan Aldo, Bila akan tetap memilih 1 alasan agar bisa tetap bersamanya.

Toh, heartbreaker macam Aldo sama PHO kayak gue pantes 'kan buat bareng? Batinnya lagi sambil tersenyum.

"Kenapa diem?" Tanya Aldo tiba-tiba.

"Hah? Enggak. Gak kenapa-napa."

Aldo berdiri dari kursinya, "gue mau ke kelas. Mau bareng?"

Bila mendongak menatap Aldo. Cowok itu, kenapa bisa sangat sempurna sih dimata Bila? Mengedip pun rasanya sayang.

"Gapapa?"

"Siapa yang larang? Gue udah gak punya cewek, fyi." Aldo masih menampakkan senyumnya itu. Senyum yang bisa membuat perempuan mana pun jatuh padanya, termasuk Bila.

"Tapi 'kan, kelas lo sama gue jauh-jauhan." Ucap Bila berusaha menolak, meskipun dalam hatinya sangat menginginkannya.

"Sejauh apa sih? Gak sampe naik pesawat, 'kan?"

Bila menunduk sambil tersenyum malu. Dia memang tidak akan pernah menolak Aldo meskipun dengan berbagai cara.

"Yaudah deh."

"Daritadi kek bilangnya."

Dan mereka tertawa bersama, seolah tidak ada apapun yang dapat menghancurkan tawa itu.

••••

"Aurel,"

Aurel yang tengah membereskan mejanya pun menoleh kearah suara yang memanggilnya.

"Oh, Siska. Kenapa?" Tanya Aurel pada salah satu teman sekelasnya itu.

"Kayaknya lo emang bener-bener putus ya sama Aldo?"

Aurel menatap jengah pada Siska. Pasalnya, dia adalah orang kesekian yang menanyakan hal itu kepadanya. Memangnya ada apa sih dengan putusnya mereka? Segitu berpengaruhnya kah pada anak-anak satu sekolah? Seperti tidak ada yang pasangan yang pernah putus saja.

Sixteen [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang