"Assalamualaikum," Ucap seseorang di depan pintu.
"Wa'alaikumsalam, eh ada Aurel. Yaampun sayang, apa kabar?" Balas seorang wanita.
Aurel tersenyum sambil mencium tangan wanita tersebut. "Baik tante. Tante gimana kabarnya?"
"Alhamdulillah tante baik-baik aja. Ayo sayang, masuk dulu."
Aurel pun memasuki rumah tersebut, tepatnya rumah Andika. Ya, setelah dia bertanya kepada mamanya alamat rumah Andika yang baru, Aurel pun langsung bergegas.
"Kamu tahu gak sih? Tante kangen banget sama kamu. Kamu kenapa gak kesini-sini?" Tanya Amila-mamanya Andika- sambil tersenyum senang.
"Itu tante, hm, aku baru sempet kesini soalnya yaaa gitu tan. Sekolah agak ribet." Ucap Aurel sambil tersenyum gak enak.
"Iya gak apa-apa, tante ngerti kok."
Aurel pun memilin tangannya pelan seraya menghembuskan nafas. Aurel melihat keadaan rumah Andika dan matanya menangkap sebuah figura Andika dan seorang perempuan, tapi Aurel mencoba mengabaikannya.
Dan Aurel pun tersadar, apa yang membawanya ke rumah Andika.
"Tante, Dikanya ada?"
Amila mengerutkan alis seperti berpikir, namun akhirnya menjawab, "Andikanya lagi nemenin temennya beli kado buat mamanya. Paling sebentar lagi pulang."
Aurel pun ber-oh ria. Apa seharusnya dia pulang ya? Besok kan masih bisa. Tapi, saat pikiran itu berlarian di otaknya, terdengar suara motor yang memasuki rumah.
"Assalamualaikum, ma itu diluar ada sendal siap--"
"Waalaikumsalam, itu punya Aurel, Dik. Dia nungguin kamu nih."
Aurel yang dilihat seperti itu oleh Andika merasa kikuk sendiri. Dia merasa Andika melihatnya dengan tatapan... kecewa? Marah?
"Hai, Dik." Kata Aurel canggung.
Andika tak membalas perkataan Aurel, malah langsung membawanya-menarik tangannya- ke lantai atas, kamarnya.
"Eh, Dika kamu mau bawa Aurel kemana?" Tanya Amila panik.
Andika pun menghela nafas, lalu memandang ke arah Amila, "ma, aku ada urusan sama dia. Aku mau bawa ke kamarku. Aku janji gak akan aneh-aneh, mama boleh cek kita berdua tiap 5 menit sekali." Ucap Andika tanpa jeda lalu langsung menarik tangan Aurel menuju kamarnya.
"Kalian kalau mau selesaiin masalah, baik-baik dong caranya!" Teriak Amila dari bawah namun tak mendapat respon dari keduanya.
"Memang dasar anak muda."
••••
Andika menarik tangan Aurel menuju kamarnya, saat sudah di depan kamarnya, Andika membawa Aurel masuk dan membanting pintu kamarnya dengan keras.
"Lo bisa gak sih pelan-pelan?!" Teriak Aurel dengan nafas yang memburu.
Andika mengusap wajahnya kasar. Demi Tuhan dia kalap menarik Aurel seperti itu. Dia gak maksud untuk kasar sama Aurel. Saat tadi melihat Aurel, rasanya semua emosi yang ada dalam dirinya ingin segera dia luapkan untuk gadis itu.
"Sorry."
Aurel menahan emosinya yang sudah diujung tanduk. Bagaimana tidak? Cowok didepannya ini sudah menariknya dengan kasar, tolong garis bawahi 'dengan kasar' dan setelah itu dia bertingkah seolah yang tadi itu bukan apa-apa, malah meminta maaf seperti orang yang sudah melakukan kesalahan yang biasa saja.
"Lo kenapa kesini?" Tanya Andika dengan muka yang kembali datar.
Aurel berdecak pelan, "gue mau minta maaf."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sixteen [Selesai]
Teen FictionGue, siswi baru di SMA Brawijaya yang gak kenal siapapun, tiba-tiba ditarik sama cowok ganteng yang sayangnya nyebelin dan dia cium gue di tengah lapangan. Bayangin dia CIUM GUE. -Aurelia Isabella Friz Gue, cowok ganteng di SMA Brawijaya yang sayang...