Hari ini, Andika dan Salsa berencana pergi ke mall untuk mencari hadiah ulang tahun mamanya Salsa.
Salsa yang sudah siap dengan pakaian kasualnya pun keluar dari kamarnya saat mamanya memanggil dan mengatakan bahwa Andika sudah ada di depan.
Ya, keluarga Salsa sudah cukup kenal dengan Andika karena mereka sering mengerjakan tugas di rumah Salsa.
"Ma, aku pergi dulu ya." Kata Salsa sambil mengecup pipi mamanya.
"Hati-hati sayang."
"Oke. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
"Tante, saya pergi dulu ya." Ucap Andika sambil mencium tangan mamanya Salsa.
"Iya nak Dika. Hati-hati."
"Iya tante. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Mereka pun pergi dengan motor Andika yang membelah keramaian jalanan kota Jakarta.
••••
"Dik, gue mau nanya dong." Ucap Salsa sambil meremas jari-jari tangannya. Saat ini mereka sedang berjalan keliling mall.
Andika menatap Salsa bingung, "lo kenapa sih?"
Salsa yang terkejut dengan nada suara Andika yang tidak biasanya pun menoleh dan menatap langsung ke manik cokelat Andika.
"Gue kenapa?"
Salsa bisa mendengar decakan yang dikeluarkan oleh Andika, "lo aneh akhir-akhir ini."
"Hah? Maksudnya?" Tanya Salsa yang masih tidak mengerti.
"Lo kayak baru kenal sama gue tahu gak? Kalau mau nanya ngomong dulu itu bukan lo banget."
"Eh? Ng... itu, emang ya?"
Andika mendenguskan napas kasar, lalu menatap ke arah Salsa, "yaudah tanya aja."
"Hah?"
Andika menggeram kesal. "Bodo, Sal." Lalu meninggalkan Salsa dibelakangnya.
"Ih anjir! Kok gue ditinggalin?!" Ucap Salsa sambil menyamakan langkahnya dengan Andika.
Andika hanya mengabaikan Salsa dan lanjut mencari-cari sementara Salsa merasa bodoh. Kenapa coba gue jadi gini? Batinnya dalam hati.
Lama mereka berkeliling dan dirasa belum menemukan yang cocok, akhirnya mereka mampir di tempat makan dan istirahat sejenak.
Setelah memesan, Andika mencoba fokus ke Salsa, "Sal,"
Salsa yang sedang -pura-pura- sibuk dengan ponselnya pun mendongak dan menatap tepat di manik cokelat Andika. "Kenapa?"
"Selera tante Risa apa? Biar nanti kita tinggal sesuaiin aja."
"Nyokap itu sukanya yang sederhana, terus yang gak terlalu ribet."
Andika nampak mengerutkan alis tanda berpikir, "jam tangan?"
Salsa berpikir sejenak, apa mamanya butuh jam tangan atau tidak. "Nyokap kayaknya lagi gak butuh jam tangan sih, tapi boleh lah."
"Selain itu? Nyokap lo suka apa lagi?"
"Kok lo nanya lagi?" Tanya Salsa bingung.
"Gue juga mau kasih kado buat tante Risa." Ucap Andika kalem.
Salsa pun ber-ooh ria seraya berpikir, "nyokap itu suka ngoleksi buku resep gitu. Kalau lo mau nanti kita cari aja."
Andika pun mengiyakan.
Setelah pesanan mereka sampai, mereka pun makan dengan tenang tanpa ada yang berniat untuk membuka percakapan. Hingga akhirnya selesai dan mereka pun menghampiri toko buku terlebih dahulu.
"Gue gak ngerti buku yang kaya gimana. Coba lo pilihin deh." Ucap Andika sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
Salsa memilih buku resep masakan nusantara dan masakan Asia. Percayalah kalian, mamanya Salsa akan senang hati memasak makanan apapun jika dia sudah punya buku resepnya.
"Dik, ini udah ket--" Dilihatnya Andika sedang menuju ke tempat novel remaja. Dia membolak balikkan novel karya Tere Liye berkali-kali.
Salsa pun menghampirinya dan berdiri di sebelahnya, "lo suka novel Tere Liye?"
Andika terkejut tiba-tiba Salsa sudah ada disampingnya. Salsa terheran, segitunyakah novel-novel ini sampai Andika kaget?
"Anjir! Kaget gue."
Salsa pun bertanya lagi, "lo suka novel Tere Liye?"
Andika pun mengalihkan pandangannya dari novel ke Salsa.
"Enggak, gue cuma ke inget kalau Aurel suka ngoleksi novel karya Tere Liye."
Tanpa sadar, Salsa mendengus sebal. "Terus lo mau beliin dia itu novel?" Dan tanpa sadar juga, nada suaranya berubah menjadi agak... sinis?
Andika mengerutkan alisnya, lalu akhirnya menjawab, "ya maunya gitu."
Salsa pun mendengus kesal, "ngapain sih lo masih mikirin dia? Dia itu udah punya cowo, Dik. Lo gak usahlah kasih-kasih kayak gitu lagi ke dia."
Andika terkejut dengan kata-kata Salsa. Bukan karena Salsa mengingatkan bahwa Aurel sudah punya pacar, tetapi nada bicaranya seolah Salsa sangat marah.
"Kok lo sewot?"
Kata sesingkat itu berhasil menyadarkan Salsa. Kenapa dia harus sesensi ini saat Dika menyebut nama Aurel?
"Udahlah! Terserah lo mau beliin dia atau gak, toh bukan urusan gue juga." Ucap Salsa sambil menuju kasir untuk membayar. Sadar apa yang dilakukan Salsa, Andika pun mengejarnya dan meraih lengannya.
"Apaan sih?!" Ucap Salsa sedikit berteriak.
"Gue yang bayar." Balas Andika dengan kalem.
"Lo bayar aja sana tuh semua novel Tere Liye!" Salsa buru-buru ke kasir dan membayar bukunya, sementara Andika masih di posisi semula dan memperhatikan Salsa dari jauh.
"Aneh."
••••
"Kita mau kemana lagi?"
"Pulang."
"Lo kenapa sih?"
"Gak apa-apa."
"Sal, lo ken--"
"Gue gak kenapa-napa."
"Balik nih jadinya?"
"Hm."
Benar-benar. Hanya karena satu nama dapat merusak moodnya seharian.
Bisakah dia melupakan sahabatnya itu. Apakah dia gak sadar kalau Salsa selama ini yang disampingnya? Kenapa selalu Aurel, Aurel, dan Aurel lagi. Semua tentang itu cewek. Aldo jadian sama dia, Andika gak bisa move on dari dia. Apa sih istimewanya?
"Lo udah ada Aldo, jadi Andika boleh kan buat gue?"
Andika yang sedang berjalan disampingnya pun menoleh, "hah? Apaan nyebut-nyebut nama gue?"
"Kepo lo."
Sepertinya yang orang-orang bilang itu benar. Perempuan itu sangat susah ditebak.
••••
WELL I'M BACK!!!
Sumpah ini udah ngestuck parah nulisnya jadi maafkan kalo cuma seadanya. Ohiya jangan dianggap sepele, part ini adalah awal konflik, jadi setelah basa basinya udahan ya wkwkwk
And thanks a lot for 6k readersnya yeayyyyy!! Alasyu all so much mwa mwa
Jangan lupa vomment yaaa, thankyouu!
KAMU SEDANG MEMBACA
Sixteen [Selesai]
Teen FictionGue, siswi baru di SMA Brawijaya yang gak kenal siapapun, tiba-tiba ditarik sama cowok ganteng yang sayangnya nyebelin dan dia cium gue di tengah lapangan. Bayangin dia CIUM GUE. -Aurelia Isabella Friz Gue, cowok ganteng di SMA Brawijaya yang sayang...