AUREL
Aku melangkahkan kaki ke dalam rumah, kulihat mama sedang membaca majalah sambil menyeruput teh hijau kesukaannya. Aku langsung duduk di sampingnya dan memeluk pinggang mama. Kurasakan mama yang terkaget karena gerakanku yang tiba-tiba.
"Kamu itu lho, kalau masuk salam dulu kek, apa kek, main nyelonong aja. Untung mama gak jantungan." Kata mama sambil mengusap-usap kepalaku lembut.
"Maaf ma hehe,"
Mama hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuanku, "tadi gimana sekolahnya? Seru gak? Dapat teman berapa? Ada PR gak? Wali kelasnya cowok atau cewek? Kam--"
"Satu-satu dong ma, pusing aku dengernya." Kataku sambil memberenggut.
Mama hanya tertawa melihat responku, lalu melanjutkan, "gimana sekolah barunya? Maaf mama baru bisa nanyain sekarang-sekarang ini soalnya mama sibuk."
Aku berusaha melupakan 'insiden'ku dengan Aldo, "biasa aja sih, cuma anak-anak kelas aku asik semua,"
"Yaudah, istirahat sana." Kata mama lembut. Akupun langsung pergi ke dalam kamarku dan beristirahat. Saat aku masuk ke dalam kamar, aku menyalakan hape dan menchargenya.
Baru beberapa detik menyala, ada satu pesan yang masuk.
Andika: skypean yuk. Kangen.
Aku tersenyum membacanya dan mulai mengetik balasan.
Aurel: tadi siapa ya yang bilang gak kangen gue? Hm.
Sambil menunggu dia mengetikkan balasan, aku menyalakan laptop dan mulai log in ke skype. Beberapa menit kemudian terdengar dentingan dari hapeku. Aku pun langsung membukanya,
Andika: gausah muna gitu dong pumpkin. Gue tahu lo juga kangen sama gue. Buka cepet! Gue tunggu.
Aku langsung berbaring di kasurku dan mulai menghubungi Dika. Pas udah terhubung, dari sini terlihat tempat tidurnya. Disana ada baju yang berserakan dan koper besar, tapi aku gak lihat Andika dimana-mana.
"Dik?" Kataku memanggilnya. Namun tidak ada jawaban.
"Dikkkk!" Teriakku di depan laptop.
Kulihat Andika dari kamar mandi, dia tersenyum simpul lalu mulai duduk di depan laptopnya.
"Hai." Katanya kalem.
"Stop bilang hai! Itu kenapa kamar lo berantakan? Tahu jorok gak?" Tanyaku tak sabaran.
Namun dia hanya menengok ke belakang sebentar dan kembali ke arahku.
"Gue mau prepare. Tadinya. Tapi kata nyokap, kepulangan kita ditunda. Yaudah gue udah gak mood jadi gue berantakin aja. Kenapa? Mau beresin?" Ucapnya dengan muka datarnya. Aku gak nyangka bisa punya sahabat selempeng itu mukanya.
"Tunggu. Lo bilang ditunda? YAH! Kenapaaa? Gue sedih nih."
"Gue gatau, ada masalah gitu lah pokoknya gue gak ngerti." Aku terdiam sebentar. Aku bingung mau ngomong apa. Ih! Kenapa ditunda sih? Aku 'kan udah kangen.
"Pumpkin?"
"Hm?" Ucapku tanpa minat. Tahu ah. Aku sebal!
"Cepat atau lambat, gue pasti pulang ke Jakarta jadi lo gak usah khawatir. Kangen banget sama gue kayaknya,"
Aku terkekeh mendengarnya, "pengen banget gue kangenin? Eh iya gue mau cerita!" Kataku yang teringat 'insiden' dengan Aldo.
Aku mulai menceritakan semuanya. Sedetail-detailnya. Tapi, setelah aku menunggu reaksi Dika, dia cuma diam dan wajahnya agak tegang.
"Lo dicium? Di bibir? Kenapa lo gak nolak?!" Katanya agak keras. Kayaknya aku salah ceritain ke dia.
"Gue gak bisa apa-apa, Dik. Dia langsung nyosor gitu. Gue aja kaget sumpah. Tapi serius gue beneran gak mau dicium sama dia. Kejadiannya tiba-tiba." Kataku panik sendiri. Aku takut sama dia yang kayak ini, soalnya terakhir kali dia kayak gini pas teman SMP ku yang cowok hampir memegang pipiku. Hanya memegang pipiku.
"Anak setan! Gue sumpahin itu anak yang nyium biar bibirnya jontor. Dia nyuri first kiss lo! Anjir! Ah! Kalo ketemu gue abisin itu anak! Bangs--"
"DIEM! Kok lo yang sewot sih? Harusnya gue dong. Lo juga kenapa jadi bawel gitu coba?" Tanyaku agak membentak. Dia itu kenapa? Kok jadi aneh?
"Gue peduli sama lo! Lo dicium di depan anak satu sekolah. Lo dibikin malu sama setan itu! Kenapa jadi gue yang disalahin? Atau lo seneng dicium sama dia? Hah?!"
"Lo gila?! Lo bilang gue seneng? Gue hampir gak punya muka buat masuk kelas. Tapi, apa karena lo marah-marah, lo bisa muter waktu? Gak 'kan?" Ucapku yang mulai tersulut emosi.
"Terserah." Katanya singkat. Tiba-tiba layar laptop mati, dan Andika offline.
Aku panik.
Aku langsung menghubunginya namun nomornya sibuk.
Aku mulai nge-chat dia, tapi gak ada satupun yang dibalas.
Aurel: dikaaaaaa
Aurel: dikaa maafin gueee
Aurel: jangan diemin gueee
Aurel: dika sumpah gue minta maaf
Aurel: lo mah baperan. Ga asik.
Aurel: canda deng lo asik. Tapi maafin gueeeee
Aurel: pokoknya lo harus hubungin gue pas lo baca ini
Aurel: dikaaaa
Aurel: yaudah bodo amat lo baper gue lebih baper
Aurel: tapi telpon gueee
Aurel: jangan marah sama guebdng plisss lo ganyngh deh
Aurel: tuhkan gue typo
Aurel: TELPON GUE CEPETTT!!!
Oke. Aku nyerah. Dika bakal susah banget dikasitau kalau dia baper. Ah sebel! Semua gara-gara Aldo!
Aku memutuskan untuk ke dapur dan membuat susu. Oh iya, aku suka banget sama susu. Alasannya? Enak.
Oke. Setelah itu aku memutuskan untuk ngobrol-ngobrol sebentar sama mama, aku mau curhat. Tapi kayaknya mama udah di kamar, yaudahlah aku ke kamar lagi aja.
Pas aku sampe kamar, tangan udah gatel banget pengen ngecek hape. Siapa tau Dika udah bales. Dan ternyata...
Dia bales!
Andika: hm. Bawel.
Bagus, Dik. Kamu jahat sama aku, kita putus. Gak deng. Tapi gini ya, maksud dia apa coba ngomong gitu? 'hm. Bawel.' Anjir! Untung ganteng! Aku juga gak ngerti kenapa bisa temenan sama dia? Anaknya lempeng gitu Ya Allah Gusti!
Sabar, Rel, sabar. Orang sabar disayang Allah. Aku pun langsung menelpon dia, tidak butuh waktu lama bagi dia untuk mengangkat teleponnya. Seharusnya. Tapi ini sampai dering ke-6 belum ada tanda-tanda dia akan mengangkat telpon. Hingga dering ke-8,
"Apa?"
"Kenapa baper banget sih? Nyebelin tahu gak?" Tanyaku langsung.
"Gak ada yang baper. Pengen banget gue baperin? Ha?"
"Gak. Udah ah sebel gue sama lo!" Aku langsung mematikan telponnya dan mencabut baterainya. Ingatkan aku untuk menjitak kepalanya nanti saat kita ketemu.
••••
Hai hai hai. Sebelumnya aku mau ngucapin makasih buat semua yang udah baca sama vote cerita abal ini. Gak nyangka votenya udah readers udah 900+ aja hehehe
Gak nyangka bakal ada yang baca cerita abal ini wkwkwk, sekali lagi thanks a lot buat kalian semua.
Lasyuuu...
17++ vote for the next chapter
Okay?
Okay.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sixteen [Selesai]
أدب المراهقينGue, siswi baru di SMA Brawijaya yang gak kenal siapapun, tiba-tiba ditarik sama cowok ganteng yang sayangnya nyebelin dan dia cium gue di tengah lapangan. Bayangin dia CIUM GUE. -Aurelia Isabella Friz Gue, cowok ganteng di SMA Brawijaya yang sayang...