Are you-1

2.4K 133 15
                                    

                  
Suara dentingan bel dari pintu masuk cafe :re kembali terdengar. Pria dengan jaket putihnya serta rambut omray putih hitamnya kembali menyesap kopi di tangannya dalam diam tak mempedulikan orang-orang lain disekitarnya. Sudah sejak ia bertemu dengan tempat ini, ia jadi sering mengunjungi tempat ini hanya sekedar untuk meminum kopi dengan rasa terbaik. Tempat ini diam-diam menjadi cukup terkenal. Terkenal sebagai cafe kopi dengan kopi yang terbaik.

Haise kembali menyesap kopinya untuk yang terakhir. Tidak meninggalkan sisa di cangkirnya. Keadaan cafe ini begitu tenang. Tidak banyak orang yang berkunjung hari ini. Haise menghela nafas setelahnya. Mengangkat sebelah tangannya ke atas, sementara tangannya yang lain meletakkan uang diatas meja. Seorang pelayan berjalan pelan menghampiri Haise.

"Ini uangnya. Terima kasih atas kopinya. Sangat enak seperti biasanya." Ucap Haise. Pelayan wanita dengan rambut pendek warna biru tuanya tersenyum manis menanggapinya seraya menunduk kecil. Haise meraih koper berwarna putihnya yang ia letakkan di bawa bangkunya. Lalu segera meninggalkan cafe.

Seorang gadis dengan terburu-buru dari arah luar cafe membuka pintu cafe cepat-cepat sebelum tangan Haise menjangkaunya. Mata gadis itu terbuka lebar seraya menemukan Haise yang tengah berdiri sambil menjulurkan tangan—ingin membuka pintu. Pandangan mereka bertemu. Haise menatap gadis itu keherenan sementara gadis itu menatap Haise kebingungan. Haise mengedikkan kepalanya seraya memberi kode—agar menyingkir. Gadis itu cepat-cepat tersadar dari lamunannya yang membuat mereka beradu tatap cukup lama.

"Sumimasen." Ucap gadis itu pelan seraya mundur, memberi Haise jalan. Haise tersenyum kecil lalu berjalan keluar. Tak kala tubuh mereka berdua berpapasan gadis itu terkejut ditempatnya. Jantungnya seperti berhenti berdetak. Hidung sensitifnya menangkap aroma manis yang sangat menggodanya. Menggodanya untuk melukai Haise dan memakannya.

Suara dentingan bel dari pintu masuk kembali berbunyi seraya pintu ditutup dan Haise sudah benar-benar pergi. Gadis itu masih terdiam dibelakang pintu dengan jantung yang sekarang mulai berpacu normal.

"Reizi-san! Apa yang kamu lakukan disitu? Cepatlah kemari dan lakukan pekerjaanmu. Kamu sudah terlambat sepuluh menit hari ini." Ucap seorang pelayan dengan rambut pendek berwarna biru tua dari dibalik meja.

"Hi! Touka-san." Ucap gadis bernama Reizi. Ia segera berjalan menuju tempat di belakang meja, tempat dimana pelayan rambut biru tua yang bernama Touka berada. Melepaskan jaket yang ia kenakan yang menutupi seragam kerjanya. Menguncit tinggi rambut putih keperakan sepunggungnya yang nampak indah.

"Touka-san. Apakah pria tadi itu merpati?" Tanay Reizi membuka suara seraya mengambil sebuah cangkir dan membersihkannya. Touka yang juga sedang membersihkan cangkir menoleh menatapnya. Ia nampak biasa saja dengan pertanyaan Reizi yang seharusnya adalah pertanyaan menggemparkan. Reizi jadi bingung sendiri.

"Kau benar. Dia sering datang kemari belakangan ini. Membuat beberapa pelanggan kita merasa terganggu dengan bau harumnya itu. Sepertinya kau juga ikut terganggu Reizi-san." Reizi mengangguk membenarkan.

"Baunya sangat harum Touka-san. Aku baru pertama kali mencium seorang merpati yang baunya harum begitu. Pasti sudah banyak Ghoul seperti kita yang ingin memakannya. Sayangnya dia seorang merpati. Ghoul yang menciumnya pasti berpikir dua kali untuk memakannya." Ucap Reizi jujur yang membuat Touka menarik ujung bibirnya tersenyum kecil.

Cafe seketika menjadi lenggang. Haise adalah pelanggan terakhir yang pergi dan membuat cafe itu saat ini jadi tidak ada pengunjung. Reizi dan Touka masih dengan kesibukannya membersihkan cangkir. Touka melirik Reizi sebentar dan bertemu dengan rambut putih keperakan nan indah milik Reizi. Dahi Touka berkedut.

"Reizi-san. Bukankah sudah aku bilang untuku mengecat rambutmu jadi hitam waktu itu? Kenapa kau tidak mengecatnya?" Tanya Touka seperti teringat saat melihat rambut Reizi yang memang cukup mencolok dilihat. Reizi menoleh menatap Touka dengan wajah tegang. Ia hanya tersenyum kecil sambil menunjukkan jari telunjuk dan tengannya yang terangkat kode untuk berdamai.

"Peace.... Maaf Touka-san. Aku belum bisa mengecatnya. Aku tidak ingin. Lagian warna rambutku ini memang sudah begini dari lahir dan aku menyukainya." Ucap Reizi yang langsung dibalas Touka dengan helaan nafas panjang.

"Aku tau Reizi-san. Tapi warna rambumu itu sangat mencolok. Kau bisa mudah dikenali dengan warna rambut seperti itu. Warna rambutmu itu jadi salah satu identitasmu yang sangat dominan."

"Tapi, Touka-san. Orang juga mengenaliku sebagai manusia dengan rambut ini jadi tidak masalah kan? Lagian, setiap aku berburu diluar aku selalu mengecat rambutku dengan kapur warna merah. Jadi tidak akan ada yang mengenalinya?" Sanggah Reizi. Touka kembali menghela nafas panjang.

"Hmm warna merah? Itu malahan tambah mencolok Reizi-san? Kenapa kau tidak memilih warna biasa seperti hitam. Apa kau ingin menarik perhatian merpati dengan itu?" Sungut Touka. Reizi terkejut lalu terdiam ditempatnya. Ucapan Touka memang benar. Tapi ia masih dalam pendiriannya.

"Kau memang keras kepala."  Ucap Touka lagi. Senyum jahil Reizi semakin lebar. Memang begitulah dirinya. Suara dentingan bel dari pintu masuk kembali mengakhiri percakapan mereka. Seorang pelanggan kembali datang untuk singgah.

"Selamat datang." Ucap Reizi dan Touka berbarengan.

Hi hi salam dari Author yang baru di dunia wattpad ini. Hope you like it

Are You!??Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang