AreYou-21

389 46 0
                                    

Lonceng di daun pintu berbunyi nyaring. Touka menoleh cepat, tidak peduli degan cangkir yang sedang diisinya dengan kopi. Matanya berubah murung. Tidak sesuai harapan.

"Ada apa dengan tatapanmu itu?" Ucap orang yang masuk tadi. Duduk di bangku kecil didepan Touka.

Hari sudah berubah malam. Cafe sudah tutup dari sore tadi.

"Sudah kau temukan dimana anak itu?" Tanya Touka tidak berpaling. Meletakkan cangkir berisi kopi hitam keatas meja. Orang itu menerima kopi hangat itu dengan wajah senang.

"Tidak. Tapi aku punya prasangka dimana dia sekarang." Laki-laki berkaca mata itu meletakkan cangkirnya ke meja. Touka menatapnya penasaran.

"Aku juga punya. Tapi aku tidak ingin prasangka itu benar, Nishiki. Aku sangat takut. Setiap hari aku antusias menatap pintu. Menunggu dia muncul di depan pintu. Aku tidak ingin nasib Reizi sama seperti Kaneki....." Ucap Touka tertunduk murung.

"Yaaa. Aku juga tidak ingin ia begitu.... Tapi aku punya banyak kemungkinan yang membuktikan prasangkaku itu. Sepertinya Reizi ada di Aogiri sekarang... Kau sudah tanya Ayato, Touka?" Tanya Nishiki.

Touka diam. Menggeleng pelan. "Bagaimana caraku menanyainya? Bodoh!"

Nishiki terkekeh pelan. Lantas lenggang lagi.

"Kita harus menyelamatkan Reizi dari sana...." Ucap Touka lirih.

"Yaaa. Kita harus menjemputnya. Walau itu terlalu mustahil." Nishiki tersenyum getir.

Hari ini tepat dua bulan setelah peristiwa pelelangan itu. Reizi belum kembali ke :re

****

                 

Haise dengan seragam jas putihnya beridiri sendirian di depan sebuah pintu dengan ornamen-ornamen menyeramkan. Di tangannya sebuah kantong kertas berisi sebuah topeng dan buku di pegangnya erat-erat.

Topeng hitam dan buku itu entah kenapa datang padanya di malam natal beberapa waktu lalu. Pengirimnya entah siapa. Tapi membuatnya sangat penasaran. Yang ia dapat dari kiriman itu hanya alamat tempatnya berada sekarang dan kertas kecil yang berisikan sebuah nama. Kaneki Ken.

Siapa itu Kaneki Ken Haise tidak tau. Karena itulah ia datang kemari. Berharap mendapatkan jawaban atas hal yang sangat mengusik rasa penasarannya. Siapa yang mengirim topeng dan buku itu? Untuk apa dia mengirim kiriman itu? Siapa Kaneki Ken?

"Permisi. Apa kau masih buka?" Tanya Haise.

Laki-laki berpenampilan seram dengan tubuh bertato dan mata merah hitam seperti mata Ghoul menyambutnya dari dalam toko. Tersenyum hangat.

"Ya, kami buka." Ucapnya. Haise mengedarkan pandangannya. Toko yang lumayan besar itu lantainya hitam putih seperti papan catur. Dindingnya penuh dengan topeng-topeng menyeramkan beraneka bentuk. Apa toko ini yang membuat topeng kiriman itu.

"Ano. Ini dikirimkan kepadaku. Ini dikirimkan dari toko ini kan?" Haise menunjukkan topeng hitam pada penjaga toko itu. Penjaga toko itu seketika terkejut.

"Ini adalah hadiah dari seorang pelanggan. Apakah aku salah kirim?" Tanyanya. Haise lalu menunjukkan buku yang juga dikirimkan padanya. Bertanya apakah penjaga toko itu juga yang mengirimkan buku itu. Namun, tidak. Penjaga toko itu hanya membuat dan mengirim topengnya. Mungkin buku itu adalah titipan.

Haise sedikit kecewa. Ia tidak mendapatkan jawaban atas rasa penasarannya.

"Maaf. Kalau begitu, aku kembalikan saja topeng ini."

"Tidak perlu. Mungkin ini takdir yang membuat kita dipertemukan." Jawab penjaga toko. Haise sedikit kebingungan. Takdir apa?

"Ah! Kalau begitu. Apakah kau menerima pesanan topeng?"

"Tentu saja." Jawab penjaga toko itu.

Setelah mengunjungi toko itu Haise langsung pulang ke apartemennya. Mengurusi berkas-berkas penyelidikan. Penyelidikan tentang keluarga Ghoul elit, Rose. Haise memijat-mijat batang hidungnya. Pandangannya mulai berat. Ia lalu melepas kacamatanya.

Topeng hitam berbahan lentur dengan ornamen gigi-gigi putih yang terlihat menyeramkan yang ia letakkan di atas tempat tidur kembali membuat Haise terhanyut dalam pikirannya.

Topeng itu... Seperti pernah dilihatnya. Yaah! Dia yakin sekali. Tapi, topeng yang dilihatnya itu sedikit berbeda. Yang ia ingat hanya ornamen gigi-gigi putih yang menyeramkan itu. Topeng itu diapakai oleh Ghoul yang ia temui saat melawan Lantern dulu. Ah! Insiden itu sudah lama.... Setelah itu dia juga tidak pernah bertemu Ghoul itu lagi...

****

Bulan menyabit di langit kota tokyo. Langit hitam berhias bintang gemintang. Malam yang sunyi itu terpecahkan oleh suara teriakan mengerikan seseorang yang sudah kehabisan banyak darah karena tusukan tiba-tiba oleh senjata yang paling mematikan.

Sosok dibalik siluet hitam jalan kecil yang gelap tersenyum senang dengan darah yang memuncrat mengenai wajah dan rambut putih panjangnya yang dikuncir kuda. Lantas mengusap noda darah di wajahnya dengan punggung tangannya. Lalu memotong-motong mangsanya itu. Darah lagi-lagi bermuncratan. Makan dalam sunyinya malam.

"Melihatmu berlumuran darah begini, tidak ada lagi yang tergiur untuk memakanmu. Reizi." Suara itu lantas membuat Reizi mengibaskan Kagunenya tiba-tiba. Membuat sosok yang bicara tadi hampir tidak sempat untuk menghindar. Lantas melompat setinggi mungkin. Untung masih sempat.

"Kau tau itu tidak sopan. Menggangu seorang gadis yang sedang makan. Ayato." Jawab Reizi lantas menghentikan acara makan malamnya. Jadi tidak mood karena diganggu.

"Jika kau mau, bilang saja. Ambil yang kau perlukan."

"Tidak. Aku bukan menggangumu untuk itu. Hanya saja aku jadi geli mengingat banyak sekali Ghoul yang ingin memakanmu dulu. Tertipu. Mengira kau adalah manusia. Garis keluargamu memang hebat."

"DIAM!! Ada apa kau mengganguku?" Teriak Reizi mulai kalap. Ayato terkekeh pelan. Lantas berjalan mendekat ke arah genangan darah segar.

"Mengganggu apanya? Kau yang justru menggangguku! Kabur dari markas dan membuat Tatara-san menyuruhku mencarimu! Dia bilang Eto ingin membunuhmu setelah ini. Dasar bodoh!" Ayato mengeluh kesal. Lantas menatap Reizi dengan tatapan tajam.

Reizi terdiam, lantas terkekeh pelan. Eto memang selalu ingin membunuhnya. Hanya saja itu hanya ancaman belaka. Agar Reizi takut dan tidak berani untuk kabur.

"Aneh! Dari banyak kesempatanmu untuk kabur. Kenapa kau tidak mengunjungi Touka dan lainnya? Malah melamun di taman dekat kantor CCG atau di sekitar apartemen Investigator itu? Apa yang sedang kau pikirkan?" Tanya Ayato. Reizi hanya diam. Menggenggam erat tangannya. Lantas memasang tudung kepala. Berjalan melewati Ayato.

"Yang aku pikirkan adalah. Aku tidak mau membuat Touka-san dan yang lain terlibat. Itulah aku menjauhi mereka. Lalu....." Reizi diam sebentar.

"Aku ingin Senpai perlahan mengingat masa lalunya. Aku terus memantaunya selama dua bulan ini.Syukurlah dia sedikit berkembang. Dia mulai mencari tau tentang dirinya dan kiriman itu.... Aku percaya suatu hari ia akan kembali ingat semuanya. Kembali ke cafe dan... dan...." Reizi terisak tidak sanggup melanjutkan kata-katanya. Air matanya mengalir deras. Ayato menepuk bahunya dengan keras.

"Dasar cengeng. Mengingatnya saja bisa membuatmu menangis. Sudahlah Reizi, tidak perlu merepotkan dirimu sendiri untuk membuat ingatannya kembali. Kalian sudah bukan lagi seperti dulu. Kau dan dia adalah Ghoul dan Investigator.Kalian hanya akan berakhir saling membunuh...."

Reizi menghapus air matanya. Semua ingatan itu membuat dadanya sesak.

"Aku tau itu... Ayato..."

Are You!??Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang