Welcome back to Are You!??. Ini chapter 3-nya. Lets enjoy....
-Typo dedicated-
Haise dan Mutsuki keesokan harinya memulai misi mereka. Melenyapkan Lantern. Siang harinya mereka berdua dengan jaket putih khas seorang investigator dan koper putih yang mereka jinjing di samping tubuh mereka mulai mencari jejak Lantern. Haise melihat-lihat beberapa lembar kertas ditangannya dengan serius. Mereka berdua memulai pencarian dengan mengunjungi lokasi-lokasi perburuan Lantern. Mencari petunjuk untuk dapat segera menemukannya dan melenyapkannya.
Haise dan Mutsuki menatap kertas ditangan mereka, lalu beralih menatap lokasi kejadian dihadapan mereka yang di batasi garis polisi. Haise melewati garis polisi itu. Mulai mencari petunjuk tentang Lantern dan dimana ia akan muncul malam ini. Mengapa malam ini?. Menurut data dikertasnya. Lantern selalu berburu pada saat malam hari. Mirip seperti Ghoul pada umumnya.
Mata Haise menatap kesekelilingnya. Mencari kesamaan dan petunjuk baru yang dapat berguna baginya. Mutsuki partnernya juga sama. Ia mulai menyisir lokasi dengan meraba-raba benda disekitar sana. Pada akhirnya Mutsuki menghentikan kegiatannya dan mendekat pada Haise. Haise memicingakan matanya pada genangan darah kering yang ada dihadapannya. Pastinya itu darah korban dari Lantern.
Ia kembali menatap kertas ditangannya. Menurut kertas ditangannya. Tempat ini adalah tempat terakhir yang merupakan kejadian terbaru pada kasusu ini. Dimana terjadi kemarin lusa. Haise memicingkan matanya menatap kertas itu lekat-lakat. Matanya tiba-tiba terbuka lebar menyadari sesuatu yang baru saja ia sadari.
"Haise-san. Tak ada barang bukti disekitar lokasi kejadian ini. Bagaimana? Ini adalah tempat terakhir dari perncarian kita." Ucap Matsuki setelah berada disamping Haise. Haise melepaskan pandangannya dari kertas diatangannya dan menoleh pada partnernya itu.
"Kau benar ini lokasi terakhir. Tapi kau tak usah cemas. Karena ini sudah cukup untuk mengetahui dimana Lantern akan muncul lagi." Mata Mutsuki terbelalak kaget mendengar ucapan Haise. Ia terkejut dan tak percaya. Sedari tadi ia tidak menemukan apa-apa sementara partnernya ini sudah memprediksikan dimana Ghoul itu akan muncul. Partnernya ini sungguh tak dapat ia percaya. Titel investigator Rank 1 miliknya tak bisa dibohongi.
"Dimana dan kapan ia akan muncul lagi?" Tanya Mutsuki.
"Ia akan muncul malam ini. Lokasinya aku belum yakin. Tapi, menurut data kejadian. Lantern ini memburu para pejalan kaki yang pergi sendiri. Beberapa kasus malahan terjadi di tempat yang cukup ramai. Ghoul ini tidak takut diburu rupanya." Mutsuki mengangguk paham.
"Malam ini adalah malam Hallowen. Pasti ada pekerja malam yang biasa ada di jalan sambil memakai kostum atau mungkin anak-anak yang keluar untuk berburu permen. Ia akan muncul lagi di tempat yang lumayan sepi dan biasa dilewati oleh pejalan kaki malam ini. Aku sudah menyisir tempat yang kemungkinan besar, dia akan muncul" Haise menghentikan kata-katanya.
"Aku mengerti. Karena malam ini adalah malam Hallowen. Kemungkinan besar yang ia buru adalah—"
"Anak-anak." Ucap Haise memotong Mutsuki. Mutsuki mengangguk sekali. Haise menoleh ke arah lain di barat. Dipandangnya matahari yang tak terasa semakin tenggelam di ufuk barat. Memancarkan cahaya jingga yang terlihat sangat cantik dan membuat siapa saja terkagum dan ingin berlama-lama melihatnya.
"Ayo! Kita harus cepat. Hari sudah beranjak malam!" Ucap Haise seraya meninggalkan tempat itu bersama Mutsuki. Malam ini mereka yakin akan menuntaskan misi Lantern ini.
*_*_*_*_*__*_*_*_*__*_*_*_
Matahari sudah benar-benar tenggelam di ufuk barat. Malam gelap dan dingin semakin berlalu. Reizi memeluk dirinya sendiri seraya merasakan udara dingin yang seperti menusuknya. Padahal ia sudah memilih jubah hitam yang paling tebal dan biasa ia gunakan bila ingin keluar di malam hari yang sedingin malam ini. Rambutnya ia warnai dengan warna biru gelap malam ini. Takut Touka akan menyemprotnya lebih banyak bila ia mewarnainya dengan warna merah seperti biasanya. Ia memilih warna biru gelap karena, selain ia tak punya pilihan. Ia terinspirasi dari Touka.
Reizi membenarkan posisi sepatunya agar nyaman ia pakai. Sekarang ia tengah berdiri di dekat pintu belakang cafe, menunggu Hinami dan Touka muncul. Malam ini ia akan menemani Hinami menjalankan misinya bersama Touka. Tiba-tiba pintu belakang cafe terbuka pelan. Hinami dan Touka muncul dari dalam sana. Pakaina mereka bertiga tidak berbeda jauh—Jubah hitam. Hanya saja Hinami tidak memasang penutup kepala pada jubahnya dan Touka mengenakan jubah yang berwarna merah marun yang berbeda dengan warna jubah Reizi dan Hinami.
"Kau sudah datang Reizi-chan. Maaf membuatmu menunggu." Ucap Hinami ramah seraya menutup pintu belakang cafe. Touka menatap Reizi dengan tajam.
"Kenapa kau mengecatnya dengan warna yang sama seperti rambutku?"Tanya Touka tidak setuju. Reizi tersenyum canggung seraya memijit pelipisnya.
"Ano..... Mungkin karena aku terinpirasi darimu Touka-san." Ucap Reizi seadanya yang langsung dibalas Touka dengan dahi berkerut. Touka menghela nafas pelan.
"Paling tidak kau tidak mencolok dengan itu." Ucap Touka tak ingin memperlarut masalah. Reizi tersenyum tambah canggung mendengar ucapan Touka yang terlihat pasrah. Reizi menoleh pada Hinami yang nampak sedang mebenarkan sepatunya.
"Hinami-san. Mengapa kita harus memakai pakaian berburu? Bukankah kita hanya mencari keberadaan Ghoul itu?" Tanya Reizi. Memang sudah sedari tadi ia merasa bingung sendiri karena harus mengenakan pakaian berburu. Terlebih lagi ia sudah jarang melakukannya sejak bekerja di cafe Touka. Hinami menatap Reizi.
"Maaf Reizi-chan. Sepertinya aku lupa mengatakannya padamu. Sebenarnya misi ini tidak hanya mencari keberadaan Ghoul itu saja. Tapi, kita harus menangkapnya hidup-hidup untuk menanyai alasannya dan menanyainya beberapa hal. Takutnya akan ada merpati juga disana yang dapat mengetahui identitas kita. Itulah kita berpakaian seperti ini." Jelas Hinami. Reizi mengangguk paham.
"Berarti kita akan berhadapan dengan merpati juga disana?" Tanya Reizi takut-takut. Walau para merpati itu hanya menggunakan senjata khusus berupa quinque berbeda jauh dengan para Ghoul yang memiliki kagune. Tetap saja. Bertarung dengan merpati tidaklah mudah. Sebelumnya Reizi tidak pernah berhadapan dengan merpati. Ia lebih memilih menghindari mereka karena mereka terkenal tidak kenal ampun bila berurusan dengan Ghoul.
Hinami mengangguk mantap "Apapun kemungkinannnya. Bila tak ada cara lain. Kita akan menghadapi mereka."
Reizi menatap Hinami lekat-lekat, mencari keraguan pada perkataan Hinami. Namun, tidak ada. Hinami mengatakannya dengan amat yakin dan seperti siap dengan apapun kemungkinannya. Tubuh Reizi mulai bergetar hebat. Sejujurnya kenyataan ia akan kemungkinan besar bertemu dengan merpati dan berhadapan dengannya membuatnya sangat takut.
Ditatapnya wajah Hinami sekali lagi. Wajahnya nampak biasa, tidak ada keraguan. Mungkin karena misinya yang membuatnya jadi sering bertemu dengan mereka, apa lagi berhadapan dengannya. Reizi sama sekali tidak menyangka misi ini akan seberat ini. Ia juga tidak bisa membayangkan kalau inilah yang biasa Hinami lakukan hingga ia jarang kembali ke cafe dan mengunjungi dirinya serta Touka.
Touka menepuk sebelah bahu Reizi.
"Mungkin ini memang misi yang berbahaya. Tapi, ingatlah. Kau tidak sendiri menghadapinya. Ada kami. Jadi, berhentilah memasang wajah ketakutan itu seakan-akan kau akan benar-benar mati malam ini. Mereka hanya merpati, hanya manusia. Mereka tidak lebih kuat dari kita yang memilik kagune. Sekarang yakinlah kalau kau tidak akan mati malam ini. Melihatmu seperti ini membuatku ingin memukulmu." Ucap Touka kemudian. Seakan-akan memberi Reizi motivasi. Reizi tersenyum kecil. Benar juga yang dikatakan Touka. Dia tidak sendiri. Ada Hinami dan Touka yang bersamanya.
Touka memasangkan topeng berbentuk kelinci yang menutupi seluruh wajahnya. Hanya ada dua lubang kecil untuk matanya. Topeng yang sudah lama tidak ia gunakan. Hinami pun sama. Ia memasng topeng hitam yang hanya menutupi setengah wajahnya meninggalkan bagian bawah wajahnya. Reizi ikut memasang topengnya. Topeng putih susu dengan corak gigi putih rapat dan gusi merah yang tampak menyeramkan saat Reizi memakainya.
Hinami mengedikkan dagunya. Seakan bertanya apakah Touka dan Reizi telah siap. Semenatar Touka dan Reizi mengangguk mantap. Hinami berjalan duluan perlahan-lahan semakin cepat. Diikuti dengan Touka dan Reizi membentuk seperti barisan dibelakangnya.
Pukul sepuluh malam. Mereka bertiga memulai misi tersebut.
Lanjut di Are You-4. Jaane....
KAMU SEDANG MEMBACA
Are You!??
Fiksi Penggemar(Update 1 chapter/ bulan) Apakah kau itu ghoul? Ghoul yang bisa hidup di dunia yang kejam ini adalah Ghoul yang kuat. Tidak ada tempat untukku yang lemah. Orang itu lama-lama semakin memudar. Akankah ia mengingat aku dan masa lalunya? Ingin sekali a...