-Typo Dedicated-
"Namaku Haise Sasaki. Boleh aku tau namamu?" Tanya pria berambut hitam putih dihadapan Reizi.
"Haise...."
Reizi menatap pria bernama Haise Sasaki dihadapannya dengan wajah datar. Ne, apakah ia harus memperkenalkan dirinya juga? Apa kata Touka-san saat tau mereka akhirnya saling berkenalan?"Haise-san desu ka? Kau bisa panggil aku Reizi." Jawab Rezi kemudian.
Haise tersenyum lebar. Terlihat sangat senang. Sementara Reizi menatapnya keheranan.
"Reizi-chan. Senang bertemu denganmu----" Tiba-tiba ucapan Haise terhenti. Haise meraih saku celananya yang bergertar oleh ponselnya. Haise lalu memberi isyarat pada Reizi untuk mengangkat telepon. Reizi mengganguk paham. Tak lama kemudian Haise menutup teleponnya.
"Maaf Reizi-chan. Aku harus pergi sekarang. Atasanku memanggilku. Nanti kita bertemu lagi... Bye bye." Haise melambaikan tangannya pada Reizi. Reizi yang nampak kikuk, ikut melambaikannya tangannya.
"Bye..." Ucap Reizi setelah Haise berbalik dan berjalan pergi. Tangan Reizi masih mengambang diudara. Ia menatap punggung Haise yang perlahan bertambah kecil dan menghilang.
Entah mengapa jantung Reizi sedari tadi terus berdegup kencang. Padahal ini bukan pertama kali ia berhadapan dengan Haise. Tapi, mengapa pertemuan yang tadi itu terasa berbeda. Percakapan yang seperti itu, seperti pernah ia alami sebelumnya.
"Reizi-chan kah? Kenapa aku jadi teringat dengan Senpai?" Batin Reizi. Angin musim gugur berhembus pelan. Menerbangkan rambut keperakan Reizi. Reizi menyingkirkan helaian rambutnya yang menghalangi pandangannya. Lalu membawa novel karya Takatsuki Sen ditangannya dan pergi.
*******
"Bagaimana kalau kita minum dulu lalu pulang? Sudah lama aku ingin mengajak kalian kesana. Walau Urie tak ada, kita bertiga saja sudah cukup." Tanya Haise pada Shirazu dan Mutsuki. Mutsuki tersenyum tipis lantas mengangguk. Mengiyakan ajakan Haise.
Haise lalu berbalik badan dan berjalan duluan didepan Shirazu dan Mutsuki. Mutsuki menarik jaket Shirazu, berbisik dengannya. Sementara Haise didepan mereka memimpin arah dengan semangatnya.
Sudah lama sekali ia tidak ke Cafe itu. Padahal ia dulu ingin kesana setelah menuntaskan misi Lantern. Namun, karena hasil dari misi itu adalah kegagalan. Ia jadi urung kesana. Ditambah lagi tugasnya untuk membimbing anggota Quinckes. Membuatnya jadi mengurungkan niat lagi untuk kesana.
"Apakah aku akan bertemu dengannya lagi?" Batin Haise.
Haise, Musuki dan Shirazu berdiri didepan sebuah cafe kopi. Mutsuki menatap sebuah papan yang ada disamping pintu masuk. Membaca tulisan di papan itu dengan serius.
"RRRREEE? Bagaimana cara membacanya?" Tanya Mutsuki.
"Bukannya 'Ri'?"Sela Shirazu. Merekapun berhenti berdebat. Lalu masuk kedalam Cafe. Seketika aroma semerbak biji kopi dan bau harum lainnya menusuk indra penciuman mereka.
"Harum sekali. Pasti kopinya sangat enak" Ucap Mutsuki.
"Benarkan? Hidung kaguneku yang bilang begitu padaku." Ucap Haise sambil terkekeh pelan.
Mutsuki dan Shirazu saling pandang. "Hidung Kagune?" Batin Mutsuki. "Sel Rc yang bagus." Batin Shirazu.
"Selamat datang. Silakan duduk disana." Ucap seorang gadis berambut biru yang mengenakan pakaian pelayan. Haise, Mutsuki dan Shiarazu duduk di kursi yang di tunjuk oleh pelayan itu.
"Tolong kopinya tiga." Ucap Haise pada pelayan itu. Gadis berambut biru itu menggangguk, segera pergi memberikan pesanan kepada pria berambut putih yang tengah menyeduh kopi dibalik meja bar.

KAMU SEDANG MEMBACA
Are You!??
Fiksi Penggemar(Update 1 chapter/ bulan) Apakah kau itu ghoul? Ghoul yang bisa hidup di dunia yang kejam ini adalah Ghoul yang kuat. Tidak ada tempat untukku yang lemah. Orang itu lama-lama semakin memudar. Akankah ia mengingat aku dan masa lalunya? Ingin sekali a...