1

75.6K 2.3K 12
                                    

Kampus mulai sepi. Seorang gadis dengan rambut panjang sepunggung yang di gerai bebas sedang berjalan berjingkat menghindari genangan air sisa hujan deras yang baru saja mengguyur bumi.

Sesampai di pos penjagaan, ia berdiri bersandar di dinding pos sambil matanya diedarkan ke seluruh penjuru parkiran.

"Kok pulangnya belakangan, Neng?" seorang security paruh baya bertubuh sedang dengan perut agak membuncit menyapanya.

"Iya Pak, dari perpustakaan nyari bahan tambahan buat belajar. Kan ujian udah dekat," gadis itu tersenyum memamerkan barisan gigi putihnya yang rapi.

"Nunggu jemputan?" security itu bertanya lagi.

"He eh. Kok belum jemput ya Pak?" gadis itu mengerucutkan bibir tipisnya kesal.

"Mas Vienno atau Mas Kenzo, Neng Cassie?" tanya security yang sudah hafal dengan gadis cantik itu. Tentu saja! Siapa yang tidak mengenal Cassie? Dia adalah gadis kesayangan Kenzo, cucu kebanggaan almarhum Devan Kaindra, yang sekarang menjadi pemilik universitas swasta yang terkenal ini.

"Kak Vienno, Pak Marto," jawab Cassie lesu. Selalu saja Vienno terlambat menjemputnya. Tidak seperti Kenzo yang sudah standby menunggunya saat ia keluar dari kampus.

Pak Marto sang security pun hanya tertawa geli melihat gadis berparas ayu itu merengut kesal.

Tiba-tiba sebuah range rover berwarna putih berhenti tepat di depan pos penjagaan.
Seorang laki-laki muda dengan senyum menawannya turun dan menghampiri Cassie yang membelalak kaget bercampur senang.

"Kak Kenzo? Kok kakak yang jemput? Mana Kak Vienno? Bukannya kakak ada pekerjaan di Tokyo? Kapan kakak pulang? Kok gak kasih kabar Cassie?" tanya Cassie bertubi-tubi. Ia tak menyangka Kenzo menjemputnya.

Kenzo tersenyum geli mendengar rentetan pertanyaan dari bibir merah alami Cassie. Sungguh, gadis dihadapannya ini sudah memikatnya sejak delapan belas tahun tahun yang lalu. Sempat membuatnya bersaing dengan Valen untuk mendapatkan perhatian gadis itu saat gadis itu masih berusia dua belas tahun dan hasilnya, ia mendapatkan tanda di dahinya karena tindakan gegabahnya yang tidak waspada dari Valen.
Itu cerita lama. Sangat lama. Valen sangat menyesali perbuatannya. Bekas luka di dahinya juga sudah hampir tidak terlihat. Hanya Cassie saja yang masih bisa melihat bekas itu dan ia akan dengan senang hati menikmati ekspresi Cassie saat mengusap bekas luka itu. Lagipula ia juga tidak bisa menyalahkan Valen. Mungkin ia akan berbuat hal yang sama jika ia di posisi Valen saat itu.

"Kak Kenzo? Woiii," Kenzo tersentak. Cassie menggoyang-goyangkan tangan di hadapannya, memutus ingatan masa lalunya.

"Iya Cass, sorry nanya apa tadi? Ah iya, Kakak barusan nyampe. Ini baru dari bandara belum balik ke rumah. Kakak yang bilang ke Vienno buat gantiin jemput kamu," Kenzo menjawab pertanyaan Cassie.

Cassie mengangguk-angguk menggemaskan. Kenzo tertawa mengacak poni gadis itu dan mendapatkan pelototan kesal dari Cassie.

"Kak Kenzo!" serunya kesal sambil membenahi poninya.

"Jangan cemberut, Cassie cantik! Ayo Kakak antar kamu pulang," Kenzo meraih bahu Cassie dan merangkulnya, membimbingnya masuk ke mobilnya.

Setelah berpamitan dengan Pak Marto, yang dibalas dengan sikap hormat, range rover putih itu segera melaju membelah jalan raya.

"Kak Kenzo pulang ke mami Cla atau ke apartemen?" tanya Cassie saat mereka berdua meninggalkan kampus.

"Kenapa?" tanya Kenzo datar tanpa mengalihkan tatapannya dari lalu lintas di hadapannya.

"Mmm... Tidak apa-apa. Apa Kak Kenzo masih marah dengan Mami Cla?" tanya Cassie membuat Kenzo menghela nafas panjang dan menghembuskannya kuat-kuat.

LOVE YOU EVER AFTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang