20

21.2K 1.2K 26
                                    

Hai readers....
Buat yang nungguin Valen ma Icha, maaf banget....mereka berdua belum mau muncul.... Masih betah bulan madu katanya... Ntar aku bujukin mereka biar mau keluar deh... Hihihi...

Oke...cekidot....

ooOOoo

Cafe di dekat kantor Kenzo masih belum ramai. Santi mengambil tempat di sudut ruang.
Patra mengikutinya dari belakang.

Setelah memesan minuman dan makanan, Santi terpekur.
Patra yang duduk di depannya hanya diam menunggu.

Santi menarik nafas, mengangkat kepalanya memandang Patra.

"Sulit sekali membuang perasaan yang sudah terlanjur tumbuh," ujar Santi memecah keterdiamannya.

Patra menaikkan sebelah alisnya tanpa komentar. Ia masih menunggu. Ia ingin Santi mengeluarkan semuanya.

"Aku tau aku salah memelihara perasaan ini dan membiarkannya berkembang. Tapi aku juga ingin seperti gadis-gadis lain. Merasakan cinta, disayang, diperhatikan, dicintai dan mencintai. Apa aku salah mempunyai keinginan itu?"

Patra menggeleng pelan lalu membetulkan letak kacamata minusnya. Ia masih belum berkata-kata.

"Kamu tau? Bagaimana takutnya aku saat Pak Rustam membawaku dan menawarkan ku pada Pak Kenzo? Aku tidak punya pilihan saat itu. Pak Rustam mengancam akan memenjarakan ayahku, dan menyita rumah kami. Saat melihatku, Pak Rustam mengajakku bicara empat mata karena ayahku sudah babak belur dipukuli oleh preman-preman suruhan Pak Rustam. Sementara ibuku, ia ketakutan melihat keadaan ayahku, dan hanya bisa menangis. Lalu Pak Rustam mengajukan penawarannya. Ia sedang mengajukan proposal dan menginginkan kerjasama dengan perusahaan Pak Kenzo. Ia menyadari bahwa untuk bekerjasama dengan perusahaan sebesar itu, pasti banyak pesaing. Ia ingin aku melayani Pak Kenzo untuk memuluskan proposal nya. Aku ingin menolak. Tapi melihat ancaman mereka, aku pikir apa salahnya aku mengorbankan diriku untuk ayah ibuku dan kedua adikku? Tapi melihat reaksi Pak Kenzo, aku lega. Aku ingin berterimakasih padanya. Karena itu aku mengikutinya. Dan kamu tau, Patra? Dengan kebaikannya, ia malah menawariku pekerjaan dan menutup hutang ayahku. Aku yakin, jika laki-laki lain dalam posisi Pak Kenzo, ia pasti akan mengambil kesempatan itu. Dan saat ini aku tidak akan bekerja seatap denganmu, tapi terbuang di rumah-rumah pelacuran!" Santi terisak, tatapannya menerawang jauh. Seolah ia membayangkan apa yang akan ia alami jika saja terbuang di tempat kotor itu. Namun ceritanya mengalir begitu saja.

Patra menepuk-nepuk punggung tangan Santi, berusaha menenangkan gadis itu.

"Lalu aku mendengar dari teman-teman tentang keseharian Pak Kenzo. Kebaikannya, kesopanan nya, ketampanannya, bahkan kesetiaannya pada tunangannya. Salahkah aku menyukainya? Jawab aku Patra, apa aku salah jika aku juga ingin mempunyai kekasih seperti Pak Kenzo?" Santi menundukkan kepalanya, menangis tersedu.

Patra menghela nafas. Ia juga mempunyai kisah pilu sebelum bertemu Pak Boss nya. Karena kebaikan Kenzo lah ia kini menjadi sekretaris laki-laki itu.

"Tidak. Ingin mencintai dan dicintai itu tidak salah. Hanya kamu salah menempatkan cinta itu, San. Kamu tau Pak Kenzo punya kekasih. Mereka saling mencintai, mereka sudah bertunangan dan akan menikah. Kenapa kamu membiarkan perasaan kagum itu berkembang menjadi cinta? Bahkan kamu memupuknya dengan terlalu banyak berharap. San, lepaskan cinta itu. Masih banyak laki-laki lain yang baik, yang akan mencintai kamu seperti yang kamu harapkan. Bahkan mungkin lebih dari yang kamu inginkan," ujar Patra berusaha memberikan pengertian pada Santi.

"Tapi Pat, mana ada laki-laki yang seperti Pak Kenzo? Kebaikannya, kesopanan nya, perhatiannya, dan kesetiaannya..."

"Banyak San! Banyak! Kamu hanya tinggal membuka diri, membuka hati, jangan terpaku pada keadaanmu sekarang. Jangan selalu melihat masa lalu," potong Patra.

LOVE YOU EVER AFTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang