38

19.6K 1.2K 38
                                    

Warning !!!! 18++
Be wise for watching!!!

-----

Gerimis turun kecil-kecil. Rinai tipisnya tetap saja sanggup membasahi siapapun yang berada di bawahnya. Pun Vienno yang berdiri menyandar di moncong mobilnya.

Ia tidak tau, mau sampai kapan ia seperti ini? Mengingat mata indah penuh air mata itu membuat hatinya ngilu. Betapa ia ingin menjadi satu-satunya sandaran untuk gadis itu. Betapa ia sangat menginginkan menjadi satu-satunya yang gadis itu butuhkan.
Tapi apa kenyataannya? Ia tidak bisa. Gadis itu tidak mengharapkannya.

Dengan senyum tulus dan pancaran kebahagiaan, gadis itu menyuruhnya menyusul Diana, dan menyatakan perasaannya.

Key, apakah sedikitpun tidak ada perasaan sukamu terhadapku? Apakah Jonas sudah membuat hatimu seutuhnya miliknya? Apakah Theo? Atau bahkan Patra? Kalian terlihat sangat dekat saat di Villa. Batin Vienno mereka-reka.

Kejadian dalam ruang buku di Villa beberapa hari lalu membuat Vienno pergi dari Villa meskipun sebenarnya mereka masih sehari lagi di sana.

Tapi Vienno sudah tidak tahan. Karena itu, dengan alasan pekerjaan, Vienno meninggalkan Villa terlebih dahulu.

Vienno tau, Mommy-nya pasti kecewa karena ia meninggalkan mereka sebelum selesai acara. Tapi Vienno bisa apa?
Apa ia harus bertahan disana melihat Keyra yang semakin menjajah hatinya berdekatan, bercanda dengan Theo dan Patra? Apa ia harus merasa puas hanya memandang gadis itu tanpa boleh mendekat?
Tidak! Vienno bukan orang yang bisa puas hanya memandangi gadis yang dicintainya dari kejauhan dan membiarkan gadis itu bersama orang lain.
Kalau memang gadis itu tidak menginginkannya, ia akan menjauh dan tidak ingin melihatnya.
Karena melihat gadis itu, berarti ia memelihara luka dalam hatinya. Dan itu menyakitkan untuknya.

"Aku tau, Kakak pasti disini," Vienno memutar tubuhnya cepat mendengar suara yang sangat dikenalnya menyapa telinganya.

"Mau apa kamu kesini?" tanya Vienno dingin. Ia mengalihkan tatapannya kembali pada hamparan hijau di hadapannya, seolah hamparan padi yang sedang bertumbuh itu lebih menarik daripada sosok dibelakangnya.

"Kenapa Kakak menyerah?"

"Bukan urusanmu!"

"Ini sama seperti tidak berusaha sama sekali."

"Pulanglah. Jangan menggangguku!"

"Aku akan pulang segera setelah aku memastikan bahwa Kakak akan membuatnya bahagia, bukan menyakitinya."

"Tau apa kamu? Siapa menyakiti siapa?"

"Semua ini salah paham!"

"Sudah. Pulang saja. Kamu membuatku makin pusing!"

"Aku tidak mau! Aku harus memastikan Kakak tidak akan bunuh diri."

"Pulang kataku! Aku tidak akan bunuh diri!"

"Benarkah?"

"Hmm."

"Bukannya Kakak sedang patah hati?"

"Jangan memancingku untuk berbuat kasar padamu!"

"Sekasar apa?"

"Aku bisa menendang pantat besarmu dan melemparkanmu ke rawa-rawa sana," Vienno geram karena ketenangannya terganggu.

Suara kekehan tawa membuat telinganya sakit.

"Lakukan kalau itu bisa menyenangkan hatimu."

Vienno memutar tubuhnya, menatap tajam pada sosok gendut di yang sedang meringis menantangnya.

LOVE YOU EVER AFTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang