10

22K 1.3K 23
                                    

Kampus masih sepi. David terlihat menoleh ke arah pelataran parkir beberapa kali.
Sudah lebih dari seminggu ini ia tidak bertemu Marischa.
Ia baru saja kembali dari Canada mengunjungi papa mama nya.
Sebenarnya bukan ia sengaja ingin bertemu kedua orang tuanya, tapi hanya sekedar ingin mendinginkan hatinya yang panas karena pertunangan Marischa.

Matanya menyipit, mencari-cari sosok yang sangat dirindukannya.

Ia tidak bisa mengingkari perasaannya. Gadis itu sudah menyita habis perhatiannya. Seminggu berada di Canada, bukannya tenang, tapi malah membuat hatinya terkepung rindu yang makin hari makin menyiksanya.

David menyadari, ia tidak boleh mengganggu pertunangan itu. Apakah ia salah jika ia selalu ingin melihat gadis yang dikasihinya itu?

Ia teringat saat gadis itu menemaninya seminar. Gadis itu dengan sepenuh hati membantunya menyiapkan semua yang diperlukannya. Ada rasa bangga ketika ia berjalan berdampingan dengan Marischa. Ia merasa lengkap dan sempurna saat bersama gadis itu.

David tau itu hanyalah perasaan semunya. Ia berpura-pura. Ia berkhayal. Karena pada kenyataannya Marischa bukanlah miliknya.

Kini matanya melebar, senyumnya mengembang. Dilihatnya gadis manis nya melangkah tenang memasuki lorong kampus.

David tidak bisa membohongi hati kecilnya, bahwa ia sangat merindukan gadis itu.

"Selamat pagi, Marischa," sapanya begitu gadis itu mendekat.

Marischa menoleh dan mendapati seulas senyum menyambutnya.

"Pagi Mr David. Apa kabar? Lama juga Mister pulang kampungnya," seloroh Marischa, membuat jantung David melonjak kegirangan. Apakah ia juga merindukanku? Tebak batinnya berharap.

"Ehm. Ada oleh-oleh buatmu. Anggap saja sebagai bentuk ucapan terima kasih karena kamu sudah membantuku di acara seminar waktu itu," David menyerahkan sebuah kotak mungil berbentuk persegi pada Marischa.

"Apa ini, Mister?" ragu-ragu Marischa menerima kotak itu.

"Bukalah," kata David tanpa melepas pandangannya dari wajah ayu mahasiswinya itu.

Perlahan Marischa membuka bungkusan persegi itu. Dengan hati-hati ditariknya pita berwarna emas itu hingga kertas kado berwarna merah maroon itu terbuka. Didalamnya terdapat kotak berlapis beludru berwarna merah.

Marischa memandang David bingung. Tapi ia meneruskan membuka kotak itu setelah melihat David memberikan isyarat untuk terus membuka pemberiannya.

Mata Marischa membelalak takjub. Seuntai gelang berwarna silver dengan mainan berbentuk bintang menggantung pada lima titik yang menyebar. Pada tengah setiap bintangnya terdapat diamond kecil yang tampak gemerlap tertimpa sinar.

Marischa memandang David.
David memahami kebingungan Marischa. Diambilnya gelang itu dan memasangkannya ke pergelangan tangan gadis itu.

"Mister," Marischa tidak tau harus mengatakan apa.

"Ini hanya ucapan terima kasihku saja, Marischa. Jangan terlalu dipikirkan," ujar David menenangkan.

"Tapi ini terlalu berlebihan, Mr David," sahut Marischa pelan.

"Tolong terima pemberianku, Marischa. Hanya ini yang bisa kuberikan padamu," suara David terdengar sedikit serak.

Cukup lama Marischa memandang dosen yang terkenal killer itu sebelum ia mengangguk kecil dengan ragu.

Seketika senyum David kembali mengembang melihat anggukan gadis itu.

==========L==========

Valen menarik lengan Marischa dengan kasar. Ia sudah berusaha menahan diri sejak tadi. Dan sekarang ia benar-benar habis kesabaran.

LOVE YOU EVER AFTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang