7

21.1K 1.3K 15
                                    

"Valen," panggil Marischa kesal.

Valen meliriknya sesaat, lalu sibuk dengan smartphone nya lagi.

"Valen," ulang Marischa dengan oktaf sedikit lebih tinggi.

Laki-laki itu tidak bergeming.

"Apa sih mau kamu?" Marischa berteriak tertahan dengan geram karena merasa di abaikan.

Valen mendongak, menyimpan smartphone-nya dan menyedekapkan tangannya di dada bidangnya menatap Marischa yang tampak cemberut.

"Sampai kapan kamu menahanku di sini? Mami Papi pasti kebingungan aku belum pulang sampai jam segini," Marischa mulai mengomel lagi.

Valen menahan senyum gelinya. Ia berusaha keras menampakkan wajah datar dan dinginnya.

Mereka sedang berada di atas atap apartemen Valen.
Valen sengaja membawa Marischa ke tempat itu setelah sekian lama Marischa bungkam tidak menjawab pertanyaan Valen.

Valen tidak tau kenapa ia menahan Marischa berlama-lama seperti ini. Ia benar-benar hanya ingin tau alasan Marischa begitu membencinya. Ada rasa senang dalam hatinya berada dekat Marischa.

"Val, anterin aku pulang!" cetus Marischa kesal.

"Jawab dulu pertanyaanku, Icha. Aku sudah memberitahu Mami Cla dan Papi Jo bahwa kita akan pulang larut. Dan... Kurasa aku bisa memberitahu mereka kalau aku tidak bisa mengantarmu pulang malam ini jika kamu berkeras tidak menjawab pertanyaanku," ujar Valen santai.

Marischa membelalak mendengar kata-kata Valen. Berdua dengan Valen sepanjang malam? Bermimpi pun Marischa tidak pernah!

"Tapi Val, aku belum mandi. Lengket tau," Marischa mencoba membujuk Valen dengan suara memelasnya.

"Kamu bisa mandi di apartemenku," sahut Valen kalem membuat Marischa harus berpikir keras untuk mencari alasan agar Valen mau mengantarnya pulang, atau setidaknya membiarkan ia pulang dengan taksi.

"Di sini anginnya kenceng, Val. Aku takut. Aku pulang aja ya? Atau kita bicara di rumahku saja," bujuk Marischa dengan intonasi yang lebih lembut.

Valen menaikkan sebelah alisnya.

"Kita bisa ke apartemen kalau kamu takut. Tapi aku tidak akan mengijinkanmu pulang sebelum aku tau alasan kenapa kamu begitu membenci dan memusuhiku," Valen mendekati Marischa. Ia berdiri tepat di samping gadis itu.

Marischa menggeser tubuhnya mengambil jarak dari Valen.

"Kenapa jauh-jauh? Kamu calon istriku," kata Valen meraih lengan Marischa dan menariknya tiba-tiba sehingga tubuh gadis itu membentur tubuhnya.

"Valen lepas!" sungut Marischa dan berusaha menjauh meskipun akhirnya ia hanya bisa mendengus kesal karena lengan Valen tetap kokoh melingkari pinggangnya.

Valen menatap tajam tepat ke manik mata Marischa, membuat gadis itu susah payah menelan ludahnya.

"Kamu harus diajarkan bagaimana cara menghormati calon suamimu, Cha," desis Valen. Ia menundukkan wajahnya sambil sebelah tangannya mengangkat dagu Marischa, lalu tiba-tiba dan tanpa ragu melumat bibir gadis itu dengan kasar.

Tubuh Marischa kaku. Matanya membelalak. Tangannya mendorong dada Valen, berusaha meronta memisahkan dirinya dari pelukan laki-laki itu.

Bibir Marischa terkatup rapat, membuat Valen gemas. Digigitnya bibir bawah gadis itu hingga memekik kecil, lalu dengan segera Valen menyusupkan lidahnya mengeksplorasi rongga mulut Marischa yang kini terbuka.

Penolakan Marischa melemah. Apalagi saat Valen mengubah ritme ciumannya menjadi sangat lembut.
Marischa terbuai. Ia menikmati setiap kecupan yang diberikan oleh Valen. Kakinya seperti tidak bertulang. Hampir saja Marischa meluruh jika Valen tidak memeluk pinggangnya dengan kuat.
Tanpa sadar, Marischa mengangkat kedua lengannya dan mengunci leher Valen, memejamkan matanya dan menikmati apa yang Valen lakukan padanya.

LOVE YOU EVER AFTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang