27

22.3K 1.2K 33
                                    

Malam mulai merayap, meninggalkan senja merah yang makin temaram.
Valen dan Marischa masih terdiam di tempatnya, berusaha menenangkan gemuruh hatinya masing-masing.

Valen menarik nafas dalam-dalam. Jujur ia mengakui dalam hatinya kalau ia cemburu. Teramat sangat cemburu pada dosen muda itu. Ia laki-laki, ia sangat menyadari dan tau bahwa dosen itu menyukai Marischa. Mencintai istrinya!

Sialnya, Marischa seperti tidak menyadari semua itu. Istrinya nampak bersikap menerima semua perhatian dan pendekatan dosen itu terhadapnya. Apakah Marischa juga mempunyai perasaan yang sama pada laki-laki itu?
Tidak!
Valen menggelengkan kepalanya, berusaha menepis dugaan-dugaan buruk yang ada di pikirannya.
Ia tau, Marischa pernah menyukainya saat mereka kecil. Dan entah kenapa, gadis itu mulai menjauh dan menjauh. Terutama setelah kejadian yang menyebabkan kepala Kenzo berdarah karena ulahnya.

Nafas Marischa masih terasa menyapu lehernya. Ditatapnya gadis yang masih menengadah memandangnya dengan tatapan yang sulit ia mengerti.

Perlahan Valen menurunkan wajahnya, mengecup bibir istrinya yang membengkak karena ciuman kasarnya tadi. Tangannya menyusuri bibir itu lembut.

Mata Marischa memejam beberapa saat, lalu terbuka lagi dan membalas tatapannya.

"Icha, aku....please jangan berbuat seperti ini lagi," suara serak Valen terdengar putus asa.

Marischa melebarkan matanya. Ia tidak mengerti kemana arah bicara Valen. Ia hanya diam menunggu Valen melanjutkan perkataannya.

"Jauhi dosen itu, Cha!" suara putus asa itu berubah menjadi tekanan.

"Bagaimana bisa aku menjauhi Mr David? Dia dosenku. Mengajar kelasku," sahut Marischa tercekat.

"Setidaknya jangan berduaan dengannya!"

"Kamu kenapa sih sebenarnya, Val? Ini tidak masuk akal!" protes Marischa menantang Valen.

"Marischa, kamu istriku sekarang. Jadi kamu seharusnya menuruti kata-kataku," Valen menekan suaranya. Ia berusaha mengendapkan kemarahan yang masih bergolak dalam dadanya.

"Aku masih ingat itu, Val. Tapi di kampus, Mr David itu dosenku. Mana bisa aku menjauhinya?"

Valen meraih lengan Marischa, menariknya mendekat dan menempelkan dahinya ke dahi istrinya. Matanya dipejamkan sesaat. Valen menarik nafas panjang. Apakah ia harus mengungkapkannya sekarang? Bagaimana kalau Marischa menertawakannya? Bagaimana kalau Marischa tidak menyukainya? Bagaimana kalau Marischa malah membencinya? Apakah aku siap kehilangan Marischa? Apakah aku bisa?

"Dengar, Cha, aku... tidak... suka... melihatmu... bersama... dosen... itu... lagi!" Valen mengucapkan kalimatnya perlahan dan memberi tekanan di setiap katanya.

Marischa bergidik mendengarnya. Berbagai dugaan melintas cepat. Ia menahan nafas.

"Jangan bilang kamu cemburu, Val," gumam gadis itu tercekat.

"Aku suamimu, Marischa! Aku tidak suka kamu dekat-dekat dengan lelaki lain. Kamu milikku! Dan... Ya, aku cemburu melihatmu bersama dosen itu!" sahut Valen lemah, terdengar sangat frustrasi.

Marischa membekap mulutnya. Matanya membola. Ia tidak percaya dengan apa yang di dengarnya.
Tapi tidak! Ia tidak salah dengar. Valen dengan jelas mengatakan bahwa ia cemburu! Astaga!
Kalau Valen merasa cemburu, berarti..
Apakah suaminya ini mencintainya?

"Jangan mengucapkan sesuatu yang bodoh, Val. Kamu tidak sedang cemburu kan? Kamu hanya merasa ego kamu terusik karena aku, istri kamu, bersama laki-laki lain. Dan kamu tidak cemburu, karena tidak..."

Kalimat Marischa terhenti. Valen meraih tengkuknya dan membenamkan bibir manis itu ke bibirnya, tidak sabar mendengar kata-kata penuh ketidak percayaan itu.

LOVE YOU EVER AFTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang