Valen melirik gadis yang duduk di sebelahnya. Wajah gadis itu cemberut. Valen tersenyum geli meskipun ada perasaan sedih melihat Marischa belum juga melupakan kesalahannya dulu.
"Kenapa cemberut terus sih? Wajar kan kalo aku nganterin kamu pulang? Apa kata Mami Cla kalo aku gak mau nganterin kamu pulang padahal aku jelas-jelas ketemu sama kamu dan kamu sendirian gak ada temen?" ujar Valen dengan sabar.
"Aku bisa pulang sendiri! Aku gak butuh kamu buat anterin aku pulang!" cetus Icha melengos kesal.
"Mau sampai kapan sih Cha kamu jutek gini ke aku?" keluh Valen. Kenapa Icha masih belum memaafkannya? Sikap Icha kepadanya memang tidak sejutek dulu, tapi tetap saja membuat Valen tidak enak.
"Tau ah!" Icha melirik Valen kesal. Bibirnya mengerucut.
Valen menghela nafas. Ia harus bisa membuat Icha tidak jutek lagi padanya. Ia merasa tidak enak dengan permusuhan yang ditunjukkan Icha terhadapnya selama ini.
Valen menurunkan Icha di depan rumah.
"Ngapain kamu ikutan turun?" tanya Icha galak melihat Valen menyusulnya hendak masuk ke dalam rumah.
"Eh, Valen? Ayo masuk! Mami udah siapin makan siang tuh. Ayo! Kamu mau kan makan siang di sini sama-sama?" tiba-tiba saja Mami Cla sudah membuka pintu dan menyapa Valen dengan ramahnya.
Marischa mendelik, menghentakkan kakinya kesal lalu berlari ke dalam.
Mami Cla menghela nafas melihat sikap Icha yang masih saja memusuhi Valen.
"Kamu yang sabar ya, Valen. Maklum, Icha manja banget anaknya," Mami Cla menepuk bahu Valen pelan.
Valen tersenyum kecut, mengangguk.
"Iya, tidak apa-apa Mam," ujar Valen ringan.
"Ya sudah, ayo masuk. Kita makan siang bareng. Papi Jo udah nungguin," Valen mengangguk lagi dan berjalan menuju meja makan
Disana sudah ada Papi Jo dan Marischa.==========L==========
Kenzo baru saja merebahkan tubuhnya ke sofa saat didengarnya suara bel pintu.
Dengan malas di seretnya kakinya membuka pintu tanpa melihat siapa yang datang dari layar monitornya.
"Sorry gue ganggu lo, Bro! Gue butuh tumpangan tidur malam ini," Kenzo mengernyit melihat Vienno berdiri di depan pintu apartemen nya dengan pakaian kusut dan wajah lelahnya.
"Lo kenapa, Vien? Kucel amat?" Kenzo mengerutkan dahinya melihat Vienno dari ujung kaki sampai ujung kepala.
"Jangan liatin gue kaya gitu, Ken. Gue gak apa-apa," Vienno mendorong tubuh Kenzo yang menghalangi jalannya, dan menuju ke sofa.
"Gak mungkin lo gak kenapa-napa. Vienno yang gue tau selalu perlente. Gak kaya lo gini," gerutu Kenzo mencibir.
"Fella main api di belakang gue, Ken," Vienno mengusap kasar wajahnya.
"Maksud lo?"
"Gue lihat dengan mata gue sendiri. Gue pergokin dia barusan di club sama Rio. Mereka udah kaya pasangan mesum yang gak tau malu!" Vienno menggeram marah.
"Lo harusnya bersyukur, Vien. Lo tau kebusukan Fella sebelum lo beneran jatuh terlalu dalam," ujar Kenzo prihatin melihat keadaan Vienno.
"Gue kecewa banget sama Fella, Ken. Gue kira dia cewek baik-baik," gumam Vienno lelah.
"Masih banyak cewek baik di luar sana, Vien. Lupain aja Fella. Dia gak pantes dapetin lo. Lo terlalu berharga buat orang macam Fella," Kenzo mencoba menghibur Vienno.
Sejak awal, Kenzo tau bagaimana Fella, karena gadis itu sempat berusaha menggodanya.
Tentu saja Kenzo tidak meliriknya sama sekali. Dalam hatinya cuma ada satu gadis. Dan itu adalah Cassie. Kenzo tidak pernah bisa berpaling dari Cassie, pun ketika mereka kecil dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE YOU EVER AFTER
RomanceNext Generation Sequel dari : A Wedding Story Sincerity of Love Sense for You