8

21K 1.3K 8
                                    

Vienno mengetuk-ngetukkan jarinya ke meja. Ia ada janji dengan Kenzo.
Ya, setiap kali ada masalah, ia selalu mencari Kenzo.

Tiba-tiba matanya menyipit. Dilihatnya Vira, gadis yang baru dipacarinya hampir dua minggu ini sedang berduaan di pojok cafe.
Vienno geram. Gadis itu ternyata tidak secantik wajahnya. Untung ia memergoki gadis itu bersama laki-laki lain sekarang. Sebelum ia semakin jatuh hati pada wajah polos Vira yang ternyata bopeng didalam.

Perlahan tapi pasti, ia melangkah menuju tempat Vira berada. Rasanya ia mengenal laki-laki itu.

"Halo Vira?" sapanya dingin membuat gadis itu dan lelaki di hadapannya melepaskan tautan tangan mereka dan memandang Vienno dengan wajah pias.

"Vienno?"

"Jadi sekarang kamu dengan Teddy?" tanya Vienno datar dengan mata menyipit sinis.

"Gue bisa jelasin, Vien," ujar Teddy tergeragap.

"Tidak perlu!" sahut Vienno dingin sambil mengangkat tangannya melarang laki-laki yang sudah dianggapnya sahabat itu tanpa mengalihkan tatapannya dari Vira.

"Vienno sayang, ini tidak seperti yang kamu kira," Vira menatap Vienno gugup. Ia tidak menyangka Vienno akan memergokinya secepat ini.

"Oya? Apa yang kamu pikir dengan apa yang kukira?" tatapan tajam Vienno seolah menembus jantung Vira.

"Vien, aku dan Teddy tidak..."

"Cukup! Kalian berdua jangan pernah muncul dihadapanku lagi!" Vienno melempar tatapan beku nya pada dua orang di depannya lalu berbalik cepat berjalan keluar cafe.

"Sorry gue telat," Kenzo yang baru masuk hampir bertubrukan dengan Vienno di pintu.

"Kita ketempat lain saja," gumam Vienno gusar menyeret lengan Kenzo agar mengikutinya.

Kenzo yang kebingungan hanya diam saja mengikuti Vienno.

==========L==========

Kenzo tertawa keras saat mendengar penuturan Vienno. Wajahnya memerah.

"Astaga... Hahaha...bagaimana bisa? Ini sudah cewek ke berapa yang selingkuh di belakang lo?" tawa menggelegar Kenzo membuat Vienno mendengus keras. Matanya tajam menatap Kenzo. Lalu lama kelamaan bibirnya yang mengerucut ketat berubah menjadi sunggingan senyum yang makin lama makin lebar hingga membentuk tawa.

Vienno menertawakan ketololannya. Kebodohannya merenungi nasibnya yang selalu gagal dalam berhubungan dengan wanita.

Tawa keduanya membuat para pengunjung cafe kecil di dekat kantor Kenzo mengernyit sedikit terganggu.
Namun tidak sedikit gadis-gadis di sana berbisik-bisik mengagumi ketampanan keduanya.

"Jadi, apa poin pokoknya?" tanya Kenzo menyandarkan punggungnya dan melihat Vienno melakukan hal yang sama setelah mereka puas tertawa.

"Gue dengar kemarin Mom sama Dad bicara soal lo dan Cassie. Mereka mau yang terbaik buat Cassie. Dan yang gue dengar, mereka ingin kalian menikah segera, lalu setelah Cassie lulus, Cassie akan diserahi salah satu perusahaan Daddy. Gimana menurut lo?" Vienno melipat kedua tangannya ke meja dan memandang Kenzo yang termangu dihadapannya.

"Lo tau kan gimana perasaan gue ke adek lo? Gue juga mau yang terbaik buat Cassie. Tapi ngebiarin Cassie bekerja dan mengurus salah satu perusahaan besar Daddy Bram, gue rasa itu berat," Kenzo menarik nafas panjang. Pikirannya melayang pada Cassie.

"Lo jangan ngeremehin kemampuan adek gue," ujar Vienno tajam.

"Bukan! Bukan itu maksud gue, Vien. Gue yakin Cassie bisa dan mampu. Tapi gue gak tega. Persoalan yang harus dihadapi terlampau banyak. Lagi pula gue rasa, gue masih sanggup buat mencukupi semua kebutuhan Cassie kelak," ucap Kenzo buru-buru. Ia tidak ingin Vienno salah paham.

LOVE YOU EVER AFTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang