29

19.1K 1.2K 47
                                        

Villa itu tidak besar. Tapi cukup luas dan asri.
Cassie memandang ke sekelilingnya. Sofa tempatnya duduk menghadap ke sebuah televisi 32 inchi yang sedang menayangkan berita terbaru.

Dilihatnya Kenzo tengah sibuk dengan bungkusan plastik yang sedang dibuka dan ditatanya di meja makan.

Rupanya Kenzo membeli masakan untuk makan malam.

Cassie mengembalikan pandangannya ke layar datar di depannya saat Kenzo menghampirinya dan duduk di sampingnya.

"Cass, mau makan sekarang? Mumpung masih panas. Mommy Vien dan Daddy Bram besok baru bisa kesini. Karena malam ini mereka harus menghadiri pesta pernikahan relasi bisnisnya. Tapi aku sudah minta tolong Vienno untuk membawakan pakaianmu yang akan diantarkan Patra kemari," dengan hati-hati Kenzo menyentuh bahu Cassie.

Cassie hanya diam saja.

"Cass, kamu harus makan. Aku ambilkan ya?" tanpa menunggu, Kenzo kembali ke meja makan, mengambilkan makanan kesukaan Cassie.

"Kamu makan ya," Kenzo menyodorkan piring ke hadapan Cassie, tapi Cassie hanya melirik sekilas sebelum kembali melihat ke televisi.

"Kamu harus makan, Cass. Aku suapi ya," dengan menahan sedihnya, Kenzo terus berusaha membujuk Cassie.

Kenzo menyendok nasi dan sayur, lalu mengarahkan sendok itu ke mulut gadisnya.

Cassie masih bungkam, membuat Kenzo makin sedih.

"Apa yang harus kulakukan agar kamu mau makan?" tanya Kenzo putus asa. Ia meletakkan piring yang dibawanya ke meja di depan Cassie.
Duduknya melorot hingga ia berlutut di lantai. Tangannya meraih jemari Cassie hati-hati, dengan ketakutan bahwa gadis itu akan menepiskannya.

"Cass, kamu boleh tampar aku. Kamu boleh mencaciku, bahkan kamu boleh membunuhku jika kamu ingin. Aku tidak akan lari. Tapi please, kamu makan. Aku tidak mau kamu sakit," kata Kenzo mengeratkan genggamannya atas tangan Cassie.

Cassie masih tetap diam.

Suasana hening itu terusik dengan suara ketukan di pintu yang sudah terbuka.

Kenzo menoleh. Tampak Patra berdiri diam di sana.

"Kenapa kamu berdiri disitu? Masuk! Apa sudah kamu bawa semua?" Patra mengangguk mendekat ke tempat Kenzo yang masih berlutut.

Patra menyerahkan tas yang dibawanya.
Lalu Kenzo beralih pada gadisnya lagi.

"Atau kamu mau ganti pakaian dulu? Tentu tidak nyaman kalau masih menggunakan baju itu. Kamu bisa ganti baju di kamar, lalu makan. Atau kalau kamu mau makan dulu juga tidak apa-apa. Yang penting kamu makan, Cass," Kenzo masih berusaha membujuk Cassie.

Hening lagi.
Cassie tetap tidak bergerak.

Kenzo mengusap wajahnya, terlihat frustasi.

"Baiklah, Cass. Aku tinggalkan kamu disini, tapi please, makanlah," dengan berat hati, Kenzo melangkah lunglai keluar dari Villa.

Patra terdiam melihatnya. Melihat Pak Boss nya begitu menyedihkan, membuat Patra tidak terima.

"Kenapa kamu begitu keras hati? Kenapa menghukum Pak Boss sedemikian keras atas kesalahan yang belum tentu benar dia lakukan? Kenapa hanya karena suatu hal yang belum pasti, kamu tega membuat laki-laki setegar Pak Boss menjadi hancur?" pertanyaan bertubi-tubi dari Patra menyentak hati Cassie.

"Kamu tidak merasakan bagaimana sakitnya melihat orang yang kamu cintai sepenuh hati berpelukan dan ber..."

"Kamu tidak bisa menuduh sebelum mendengarkan penjelasannya. Sementara kamu tau, Pak Kenzo begitu mencintai kamu, bahkan rela menanggung kerugian yang sangat besar karena menjaga kesetiaannya padamu," sentak Patra memotong kalimat Cassie. Ia sudah tidak tahan melihat betapa menderitanya Pak Boss nya karena perlakuan Cassie.

LOVE YOU EVER AFTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang