37

18.3K 1.2K 50
                                    

Makasih buat yg udah vote dan komen...aku seneng banget kalian respon cerita aku....
Sesuai janjiku, aku update lagi... semoga suka.... dan.... maaf kalo part ini lagi-lagi mengecewakan....😂😂

penulisnya tega gantungin mulu. Gak rela Vienno jadian sama Keyra....😁😁 peace ✌✌

Langsung aja deh....

Marischa dan Cassie memandang kedua orang di hadapannya dengan bingung.

Vienno dengan wajah super dingin dan rahang mengeras terlihat duduk di pantry sambil mengaduk kopinya yang hitam pekat. Sementara Keyra dengan mata sembab berusaha menyembunyikan tangisnya, sibuk menuang orange juice kemasan besar kedalam gelas.

"Kenapa mereka berdua?" bisik Marischa menjawil lengan Cassie.

Cassie mengangkat bahunya
"Tidak tau," jawabnya tanpa mengalihkan matanya dari kedua orang yang bertingkah aneh itu.

Perlahan Cassie dan Marischa mendekat.

"Kalian berdua kenapa?" tanya Cassie memandang keduanya bergantian dengan wajah heran. Seingatnya keduanya baik-baik saja saat ia dan Kenzo meninggalkan mereka. Kenapa sekarang keduanya terlihat kaku dan aneh begini?

"Eh, Kak Cassie. Tidak ada apa-apa, Kak. Ehm... Keyra ke kamar dulu ya, Kak," tanpa menunggu jawaban, Keyra meninggalkan ketiga orang itu dengan setengah berlari.

Plakk!
Vienno berjenggit menoleh pada adiknya yang memukul bahunya keras.

"Ada apa sih?" sungut Vienno melihat Cassie duduk di sebelahnya diikuti Marischa. Mereka berdua sedang memandangnya dengan wajah penuh tuntutan penjelasan.

"Apa?" sentak Vienno tajam.

"Kenapa Keyra? Kakak apakan dia?" tanya Cassie memandang kakaknya kesal.

"Hei! Kakak nggak apa-apain Keyra. Kenapa kalian berdua melihat kakak seperti itu?" Vienno mengerutkan keningnya tidak suka.

"Tidak mungkin Keyra menangis tanpa sebab. Dan pasti penyebabnya Kakak, kan?" tuding Cassie sebal.

"Kak Vien, Keyra nya di apain sampai nangis begitu?" pertanyaan Marischa yang menambahi tudingan Cassie makin membuat Vienno sakit kepala.

"Kalian berdua kenapa sih? Tanya saja langsung pada Keyra! Kakak pusing!" cetus Vienno kesal, lalu berdiri meninggalkan Marischa dan Cassie yang saling pandang tidak mengerti.

Vienno berjalan cepat menaiki tangga, menuju ke balkon favoritnya.
Memandang ke kejauhan, melihat hamparan pohon teh yang biasanya sanggup menenangkannya, kali ini tidak bisa meredakan emosinya.

Ingatannya kembali saat ia dan Keyra berada di perpustakaan kecilnya. Ia salah sangka. Untung saja ia belum mengatakan isi hatinya.
Sekarang ia yakin, Keyra memang tidak pernah punya perasaan lebih padanya selain rasa terima kasih dan merasa berhutang budi.

Vienno mengusap wajahnya dengan kasar. Perasaannya porak poranda.

Flashback on.

"Tidak apa-apa, Kak. Keyra hanya terharu. Keyra...Ehm...Key ikut senang kalau Kak Vienno bahagia. Semangat ya Kak. Keyra yakin, Kak Diana pasti bisa membahagiakan Kakak," ucapan gadis itu membuat hatinya mencelos. Rasanya seperti dibuai dan dilambungkan tinggi, lalu dihempaskan dengan keras.

"Terimakasih. Mungkin sepulang dari sini, aku akan menyusul Diana ke Paris," ia menutupi kecewanya.

Gadis itu tersenyum.
"Aku akan selalu berdoa untuk kebahagiaan Kakak."

LOVE YOU EVER AFTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang