28

19.9K 1.2K 38
                                    

Tania dan Keyra mengangguk-angguk memperhatikan Bu Tere menjelaskan maksudnya. Sementara Theo dan Jonas mengerutkan dahi mencoba memahami perkataan ibu panti itu.

Tadinya Bu Tere hanya mengundang Keyra dan Theo yang memang sudah sering membantu Panti Asuhan miliknya. Tapi Tania dan Jonas memaksa ikut saat mereka mengetahui bahwa Keyra dan Theo hendak ke panti asuhan Kasih Bunda itu.
Dan jadilah mereka berempat berada di kantor Bu Tere sekarang bersama beberapa orang pengurus panti yang lain.

"Memang tanah itu ditawarkan berapa, Bu?" tanya Theo saat Bu Tere menyampaikan maksudnya untuk membeli tanah yang berada di belakang panti asuhan yang ditawarkan padanya.

"Pemilik tanah itu mengatakan kalau ibu setuju membeli tanah itu, ibu dapat potongan harga. Tapi kalau ibu tidak membeli tanah itu, ia bisa menjual ke orang lain dengan harga yang lebih tinggi," jelas Bu Tere.

"Kalau memang ibu mendapatkan potongan harga dan selisihnya lumayan besar, kenapa tidak dibeli saja, Bu?" tanya Tania tidak sabar. Ia memang selalu seperti itu. Suka ceplas-ceplos, langsung pada pokok masalah dan tidak suka bertele-tele.

"Lumayan besar sebenarnya. Cuma ibu tidak punya cukup uang untuk membeli tanah itu. Pemilik tanah itu ingin jawaban secepatnya karena ia membutuhkan uangnya untuk modal dan biaya transmigrasi ke Kalimantan," jawab Bu Tere terlihat murung.

"Bagaimana kalau kita minta sumbangan ke donatur panti aja Bu?" usul Theo.

"Ibu merasa tidak enak, Theo. Mereka kan sudah menyumbang rutin tiap bulannya. Beberapa bulan lalu mereka juga sudah menyumbang saat kita mengadakan penggalangan dana untuk perbaikan panti," Bu Tere menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi.

"Tapi tidak ada jalan lain, Bu. Saya setuju dengan usulan Theo," kata Mia, salah satu administrasi di panti.

"Betul Mbak Mia, saya juga setuju dengan Theo," sahut Pak Pandu, yang sehari-hari bekerja sebagai pengawas proyek di sebuah perusahaan konstruksi.

"Seperti yang Bu Tere bilang, para donatur sudah cukup banyak memberikan bantuan pada panti. Kita tidak enak jika meminta bantuan lagi. Tapi saat ini kita memang perlu perluasan panti, mengingat ada beberapa tambahan anak baru yang otomatis memerlukan kamar baru, juga tempat bermain yang luas. Kalau menurut Keyra, sebaiknya kita membuat undangan untuk para Donatur, untuk membicarakan hal ini. Bagaimanapun juga, mereka pasti punya pendapat berbeda. Siapa tau, pendapat mereka lebih baik dari kita dan kita bisa menemukan solusi dari permasalahan ini," Keyra mengemukakan pendapatnya panjang lebar. Tanpa disadarinya, tatapan Jonas terpaku padanya. Tatapan kekaguman yang tidak dapat disembunyikan.

"Aku setuju dengan usul Keyra," kata Jonas lantang yang langsung diberikan cibiran oleh Tania.

"Modus aja lo!" ledek Tania disambut ringisan Jonas.

"Tapi betul juga kata Keyra, Bu. Bagaimana kalau dipertimbangkan usul Keyra. Setidaknya semakin banyak yang memikirkan masalah ini, solusi yang kita dapat semakin banyak dan beragam," cetus Mas Raka, pembina anak-anak panti mendukung usulan Keyra.

Bu Tere tampak berpikir keras. Tidak ada salahnya mengikuti saran Keyra. Melibatkan pemikiran para donatur tetap untuk masalah panti tidaklah buruk. Karena sebenarnya para donatur yang rata-rata pengusaha itu tentu lebih mampu memberikan masukan tanpa membebani mereka.

"Baiklah, kita coba usulan Keyra. Mia, tolong kamu buatkan undangannya, nanti kita kirimkan pada para donatur tetap kita," kata Bu Tere yang langsung diiyakan oleh Mia.

"Dan kita minta bantuan adik-adik sekalian untuk menyampaikan undangan itu ya," pinta Mas Raka pada Keyra dan teman-teman nya.

"Siap, Mas Raka!" sahut mereka kompak.

LOVE YOU EVER AFTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang