6

21.2K 1.3K 9
                                    

Langit sudah memerah, menandakan senja membayang di langit. Cassie tengah membereskan buku-bukunya. Hari ini Kenzo bilang akan mengajaknya dinner. Ia harus bergegas jika tidak mau membuat Kenzo menunggu.

Dengan berlari kecil, Cassie menuju ke parkiran kampus. Dilihatnya mobil putih Valen sudah menunggu.
Ia memang sengaja minta tolong Valen agar menjemputnya, dan menolak jemputan Kenzo. Ia ingin membuat kejutan untuk Kenzo pada dinner pertama mereka semenjak perjodohan itu.

"Kenapa lama banget?" tanya Valen saat Cassie mendekat.

"Sorry. Tadi nyerahin tugas ke Pak Faza dulu," jawab Cassie meminta maaf.

"Ya sudah, ayo," Valen membukakan pintu mobil untuk Cassie sebelum ia sendiri masuk ke sisi satunya.

Valen segera meninggalkan halaman kampus. Tadi Cassie menghubunginya minta di jemput. Tumben, pikirnya. Tapi setelah Cassie memberitahukan alasannya, Valen mengerti. Apalagi alasan Cassie kalau bukan Kenzo?

Sementara di sudut halaman kampus, seorang gadis tampak menatap nanar Pajero Putih Valen yang meninggalkan pelataran parkir kampus.

Ternyata Valen masih punya rasa dengan Cassie, batin gadis itu sedih. Ia menghela nafas panjang, menunduk dan berjalan malas menuju ruang Mr David si dosen killer yang sudah tiga hari ini dengan semena-mena menyuruhnya ini itu dengan dalih sangsi untuknya sebagai asisten seminggunya.
Ya, gadis itu Marischa!

Marischa tidak mengerti kenapa ia merasa sakit hati melihat Valen dan Cassie. Apakah ia tidak terima karena Cassie berduaan dengan Valen sementara seharusnya Cassie adalah calon tunangan Kenzo, kakaknya? Atau, ia sakit hati karena Valen yang sudah dijodohkan dengannya sekarang sedang berduaan dengan Cassie?

"Sampai kapan kamu akan melamun seperti itu, Nona Marischa? Bagaimana bisa menyelesaikan pekerjaanmu jika pikiranmu tidak berada di sini?" tegur David membuyarkan lamunan Marischa.

"Maaf," ucap Marischa lesu. Ia benar-benar bingung. Bagaimana bisa perasaannya tidak suka melihat kebersamaan Valen dengan Cassie?

David mengernyit memperhatikan Marischa. Gadis itu tidak seperti biasanya.

"Sudah. Hentikan pekerjaanmu! Ikut aku sekarang!" David sudah berdiri di hadapan Marischa dan mematikan komputer di depan gadis itu. Tangannya meraih lengan Marischa dan menghelanya keluar ruangan.

Langit sudah makin gelap. Marischa masih terdiam mengikuti David yang menyuruhnya masuk ke Fortuner hitam David.

David tidak ingin membuang banyak waktu. Segera dipacu mobilnya menuju ke sebuah Cafe yang cukup lengang.

Mereka duduk di sudut cafe yang terhalang rak yang berisi pernak-pernik hiasan kecil-kecil.

Marischa hanya menurut ketika David menyuruhnya duduk.

"Mau pesan apa?" David menyodorkan daftar menu pada gadis itu.

Marischa membaca sekilas dan menyerahkan kembali pada David.

"Green tea latte dan roll cheese banana," ujarnya acuh.

"Yang lain?" tanya David menatap wajah lesu Marischa.

"Cukup," geleng Marischa enggan.

Setelah menyerahkan daftar menu pada waiter dan memesan, David kembali memusatkan perhatiannya pada mahasiswi cantiknya.

"Kenapa hari ini kamu tidak fokus? Ada masalah?" tanya David perhatian.

Marischa menatap David, lalu menunduk sambil menggeleng kecil.

"Kamu bertengkar dengan pacar kamu?" tanya David hati-hati.

Marischa mendongak menatap manik mata David.

LOVE YOU EVER AFTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang