Sepeninggal Marischa, David termenung di ruangannya. Ia meraba dadanya. Ada apa sebenarnya dengan dirinya? Sejak pertama ia bertemu Marischa beberapa bulan lalu, ia merasakan ada sesuatu yang menarik hatinya.
Gadis manis yang sama sekali tidak peduli dengan apa yang menjadi kelebihan David hingga para gadis memujanya. Gadis itu membuatnya kehabisan akal mencari cara agar ia bisa mendekatinya.
Dan saat itu tiba. David tidak mungkin membuang kesempatan itu. Gadis itu terlambat masuk ke kelasnya! Hanya lima menit dan untuk pertama kalinya, tapi cukup untuk David mendapatkan cara agar ia bisa mendekati Marischa.
Gadis itu tidak bisa menolak sangsi yang diberikannya.David tersenyum membayangkan hari-harinya seminggu ke depan bersama Marischa. Dan setelahnya, ia akan mencari akal untuk dapat berdekatan dengan gadis itu lagi.
David dapat mengingat dengan jelas betapa dekatnya ia dengan Marischa tadi. Kalau saja Marischa tidak segera menegakkan tubuh dan menjauhinya, ia tidak yakin bisa menahan diri untuk tidak mencium bibir mungil gadis itu. Aroma wangi gadis itu memabukkannya. Membuatnya melupakan sekelilingnya.
David mengusap kasar wajahnya. Ia membereskan buku-bukunya, dan bergegas keluar ruangannya untuk menghadiri rapat siang ini bersama dekan dan para dosen lainnya.
==========L==========
Cafe di sudut keramaian itu tampak lengang. Valen dan Marischa tampak sedang duduk berhadapan. Wajah cemberut Marischa masih setia menghiasi raut ayunya di depan Valen.
"Kamu gak capek cemberut terus?" usik Valen memecah kediaman mereka.
"Kenapa mengajakku kemari?" tanya Marischa ketus.
"Memang salah kalau aku mengajak calon istriku makan siang?" tanya Valen kalem, mengabaikan kekesalan Marischa.
"Siapa yang sudi jadi calon istrimu?" sungut Marischa meradang.
"Mau tidak mau, suka tidak suka, kamu itu calon istriku, Cha. Jadi bersikap baik lah padaku," ujar Valen sabar. Ia tau bahwa untuk meluluhkan hati Marischa tidak cukup sehari dua hari. Ia sudah mencobanya bertahun-tahun. Dan kali ini, ia harus lebih sabar lagi.
"Tapi aku..."
Cup!
Valen mengecup bibir Marischa sekilas, membungkam protes gadis itu.
Marischa tertegun. Ini first kiss nya! Dan Valen yang mengambilnya!
Mata Marischa mendelik. Wajahnya merah padam.
"Apa-apaan kamu Val? Kamu mengambil first kiss ku!" jerit Marischa tertahan.
Valen menaikkan kedua alisnya, tersenyum menanggapi amarah Marischa yang sudah di duganya.
"VALEN!" bentak Marischa melihat laki-laki dihadapannya hanya tersenyum miring menanggapi kegeramannya.
"Iya, Icha sayang?"
Darah Marischa makin mendidih. Sejak Papi-nya menjodohkannya dengan Valen, laki-laki itu semakin menyebalkan di matanya.
Marischa berdiri, menghentakkan kakinya hendak melangkah pergi saat Valen menarik tangannya hingga Marischa terduduk di pangkuan Valen.
"Jangan memaksaku untuk menciummu lagi, Cha!" bisik Valen mendesis di telinga Marischa.
Gadis itu berontak hendak berdiri, tapi lengan Valen dengan kuat mengunci tubuh Marischa agar tetap diam di pangkuannya.
Marischa mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru Cafe. Untung tidak ada yang melihat aksi Valen. Cafe sedang sepi, dan mereka berada di sudut ruang yang cukup tertutup oleh pohon-pohon plastik yang menjadi ornamen cafe tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE YOU EVER AFTER
RomanceNext Generation Sequel dari : A Wedding Story Sincerity of Love Sense for You