Sintren

20 0 0
                                    

Rembulan itu sembunyi dibalik awang-awang yang berkabut tipis
Turun pelan-pelan, membelai indahnya pagi dikota kita ini
Hari ini entah mengapa tak ada tangis
Yang biasanya setia mengiris hari berteman gerimis

Lalu diakhir bait senandung malam ini
Aku membayangkan tubuh anggunmu sedang liar
Menarikan sebuah tarian sintren nan mistis
Sebuah relikui hidup dari Sulasih dan Sulandono
Lekuk indah tubuhmu meliat
Anggun
Merangsang setiap ujung syarafku
Mistis seiring lekuk tubuhmu beriring diri dari sisa roh Dewi Lanjar

Malam pun semakin kelam
Kelabu
Dan tak perlu kita menyoal pertanda-demi-pertanda yang nampak
Aku hanya sekilas menjerumuskan batinku pada mistisnya wajahmu
Kedalaman itu aku gapai dalam alunan gaib dari halusnya tabiatmu

Ketiadaan yang sengaja aku adakan
Untuk mengundangmu kemari, makhluk kecilku
Maka ketika kau puas bermain pada manisnya maduku
Kembalilah engkau
Dan berbahagialah dalam kehampaan

Kelak bersatunya kita, abadi di penantian sepanjang usia Surga.

01:57, 10 Desember '15
Taman Kunang-Kunang

ObscuraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang