Moksa Alam

3 0 0
                                    

Hari ini aku menikmati indah tubuhku untuk terakhirnya
Kenapa?
Karena kalian telah menelanjangi
Rela menanggalkan kehormatan diri ini
Hanya demi seceruk duniawi

Tak kah kau rasa
Bentang cakrawala
Semakin sesak menindihmu
Tanpaku?
Tidakkah kau empati pada sebagian dari
Kalian
Yang tergusur?
Yang rela membaur
Tanpa ada rasa nyaman
Tanpa dapat rasa aman

Dan kini kalian menghakimiku?
Diatas tubuhku
Kalian bertai!
Kalian tumpuk semau kalian tinja
Kalian keruk sesuka kalian yang berharga dariku

Ini milikku
Ini kesayanganku
Hingga sekarang tubuhku
Jadi sasaran keserakahanmu?

Akulah telah bersabar
Menatap kalian yang kini sedang menancapkan lengan besi itu
Pada perutku
Hanya demi kenyangnua perut kalian
Menggembung!

Tunduklah
Dimana kalian perpijak
Dimana kalian buang hajat!
Itu mukaku!

Hingga kapan kalian semena?
Akulah ibu kalian
Akulah bapak kalian
Dimana akulah sekarang
Disitulah kalian berpulang!

Haruskah aku murka
Ketika tancapan lengan besi itu semakin dalam
Menggerogoti liang garbaku
Dalam
Dalam
Dalam dan semakin dalam

Hingga kelam kini petang
Kalian masih sibuk menyedot intisariku
Entah apa
Apa kalian tunggu murkaku?

Aku beri contoh
Tambora
Krakatoa
Merapi
Gelombang ombak raksasa
Kalian rasa kurang?

Aku kasihan pada kalian
Aku beri kalian harta
Kalian coreng mukaku dengan sampah
Aku beri kalian kerja
Kalian cemari darahku dengan limbah
Entah apa aku mesti bersikap

Sekarang kalian bakar sumber kalian napas
Jangan salahkan aku jika nafasku
Yang bercampus kepulan putih
Menyiksa kalian
Membunuh anakmu
Meracuni tenggorokan
Jangan salahkan aku!

Tancapan paki bumi itu menyiksaku
Hanya demi sarana pijak kalian?
Sebandingkah?
Aspal panas meleleh
Hingga mengkering dan membaru di atas pantatku
Sebegitu sadiskah sifatmu,
Hei putera Adam?

Aku menyalahkan Tuhan!
Aku menyalahkan-Nya karena telah membuang Adam dan Hawa padaku
Aku terima mereka
Aku kasihi berdua
Tapi kenapa kalian sekarang tak tau balas budi
Tanpaku apa daya kalian?
Pada air kencingku kalian minum
Pada kentutku kalian nafas
Dan pada taiku yang berbunga
Kalian makan

Akhirnya semua salah Tuhan
Tuhan memposisikanku sebagai tempat sampah
Ya tempat sampah
Yang kini harus rela
Melihat bagian diriku
Kehormatanku
Termasuk puteraku dihancurka
Direnggut oleh sampah tak bermoral

Aku salah?
Berani kalian salahkan aku?
Aku tanya kalian?
Aku salah jika kalian aku ratakan dengan tanah?
Aku salah jika sumur kalian kering?
Aku salah jika padi kalian tak lagi kuning?
Aku salah
Aku salah
Ya aku salah
Dan salah
Sementara kalian?
Sibuk membenarkan letak kemeja dan gores gincu
Serta bedak di wajah

Aku telah tua
Dan aku lelah
Aku telah putuskan untuk memilih hari kematianku
Dan itu
Itu telah dekat
Dekat sekali
Sampai tak kalian sadari
Jika nanti aku sirna
Aku masih memikirkan kalian
Ya
Kalian!

Tunggu moksaku!
Kalianlah sampah
Dan akulah salah!

00:00, 16 November '15
Malang-Mojokerto-Malang
A. T. H. Pamuji

ObscuraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang